Bab 04

3.2K 386 16
                                    

Hola

Sekar-Agra kembali...

Happy reading😚

"Sudah saya katakan saya tidak membutuhkannya!" Agra bergumam malas pada seseorang di seberang telepon.

"Anda hanya akan membuang-buang uang Anda!" sambungnya usai menghembuskan napasnya dengan lelah. Di tatapnya pemandangan kota Surabaya dari jendela kamar hotelnya.

Sudah tiga hari sejak peristiwa pertemuannya dengan Sekar di lobi hotel, namun hingga detik ini wanita itu tidak lagi di jumpainya. Ia pernah bertanya pada pihak hotel, menurut mereka Sekar hanyalah seorang pekerja part time disana yang mana sudah mengundurkan diri tiga hari lalu. Alamat rumah Sekar yang mereka berikan pun ternyata adalah alamat rumah orang tua Sekar di Jakarta yang kini sudah tidak lagi di tempati.

Sebenarnya Agra tidak peduli, namun ia perlu memastikan kehidupan wanita itu demi menepati janjinya pada Tyas.

Tepat setelah mengakhiri panggilan, pintu kamarnya di ketuk dari luar. Agra mendesah, itu pasti wanita penghibur yang di kirimkan oleh rekan bisnisnya tadi yang menelepon sebagai hadiah atas kerja sama perusahaan mereka.

Demi Tuhan, Agra tidak butuh itu!

Ia hanya ingin beristirahat malam ini sebab besok pagi ia harus kembali ke Jakarta.

Dengan malas-malasan, Agra membuka pintu, ia bermaksud akan langsung mengusir wanita itu dari kamarnya tapi lidahnya langsung kelu ketika menatap objek di hadapannya.

"Selamat malam Tuan, saya di kirim untuk menemani Anda malam ini," ucap wanita di hadapannya dengan wajah tertunduk.

Seperti orang linglung, Agra malah membuka lebar pintu kamarnya—seolah mempersilahkan si wanita untuk masuk.

Sang wanita lantas memasuki kamar dengan canggung, jemarinya tak henti meremas tas selempang miliknya, tampak jelas kegugupan yang ia tahankan keberadaannya. Ia bahkan tidak berani mendongakkan wajahnya sedikitpun, terlalu malu akan pekerjaannya saat ini.

"Jadi ini pekerjaanmu sekarang?"

Pertanyaan tajam itu membuat si wanita mendongak dan menatap sosok di hadapannya dengan terkejut.

"Mas Agra...." Sekar tercekat, tidak menyangka jika tamu yang harus ia layani malam ini adalah Agra. Seingatnya ini bukan hotel yang sama dimana dulu ia pernah bekerja part time.

Agra melangkah pelan, mendekati wanita berblazer mocca itu. Tatapan mata Agra yang menusuk membuat Sekar memilih menunduk kembali.

"Menghilang bertahun-tahun, tidak kusangka kamu lebih memilih pekerjaan kotor ini di banding menuruti permintaan mendiang sahabatmu!"

Sekar mendongak, matanya berkaca-kaca. "Mas tidak tahu apa-apa," sahutnya seraya memalingkan wajah.

Agra tersenyum sinis. "Ya, sejak dulu aku memang tidak tahu apa-apa tentang kamu! Kesalahanku karena setuju menikahimu, orang yang selalu memanfaatkan kebaikan mendiang istriku!" sindirnya dengan tatapan dinginnya.

"Cukup!" Sekar memejam sejenak, saat ia membuka mata tatapannya penuh luka. "Kita sudah tidak ada hubungan, jadi bisakah berhenti mengatakan hal itu?"

Agra terdiam, namun kemarahan masih tampak di kedua matanya.

"Maaf jika kedatanganku membuat suasana hati Mas menjadi buruk. Aku akan mengatakan pada bosku untuk mengirimi Mas wanita lain!"

Sekar lantas beranjak menuju pintu, tapi sebelum ia sempat membukanya, Agra sudah menarik lengannya. Pria itu lantas menjatuhkannya ke ranjang dan menindih tubuhnya.

Dia Dari Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang