Chapter 1 ─ Part 3

112 19 1
                                    

Bumi Terra memiliki umur muda ketika suatu makhluk bangkit dari kuah rahim penciptaan. Mereka adalah Perpetual. Tidak seperti makhluk bumi lain, namun tidak berbeda sama sekali. Pemakan energi dari muka dan dalam bumi, makhluk dengan kuasa besar. Dewa-Dewi─ sebagaimana mereka dipahami kaum-kaum kuno, menguasai jiwa dan pikiran mereka yang tidak tahu lebih.

Demikian eksistensi Perpetual pada bumi Tuhan selama ratusan ribu tahun. Namun, semenjak Yosef the Chosen One menerima tampuk kenabian, dinamika mereka mendapat perubahan; sesuai ucapan sang Nabi, "penghukuman ilahi pada makhluk yang mengaku penguasa semesta dan isinya."

Five Generations War─ konflik bukan hanya antara Vetalite Hegemon dan Yosefianist, melainkan, Yosefianist dan seluruh kaum kafir bumi Terra; baik adamite atau ras lainnya. Hampa biru angkasa ialah saksi atas jejak kampanye perang Yosef the Chosen One.

Di bawah langit dan pada sepanjang langkah, 'Dewa-Dewi' kaum kafir jatuh tersungkur mengenaskan tanpa daya. Di antara mereka, Perpetual yang kini King In Yellow tatap─ Karzul; God of Hate and Future, manifestasi benci kepada masa depan kaum Sibylline, negeri yang Yosefianist hancurkan sembilan tahun lalu.

Tangan Karzul melesat di antara butiran hujan. Tubuh dia bagaikan monumen batu. Berdiri melampaui barisan pepohonan hutan di depan. Semua mata mampu melihatnya, mau dari ujung formasi Yosefianist atau lawannya. King In Yellow berdiri─melayang jauh dari jangkauan kepalan Karzul. Tiap lesat pukulan jatuh kepada hampanya udara dingin. Bagi sang Perpetual, jarak tidak menjadi masalah.

King In Yellow terhempas mundur puluhan langkah. Tidak oleh manipulasi gravitasi, tidak pula oleh telekinesis. Bukan kemampuan flamboyan ala Immortal King. Melainkan oleh tekanan angin hasil pukulan 'kosong' Karzul.

Deru angin yang menghantam sedemikian dahsyat, jubah kuning kebesaran sang King In Yellow berkibar kasar, mengikuti arus aliran angin ke belakang. Dua tangan dia naik ke atas kepala, lalu turun─membentuk lingkaran thaumaturgi unik yang bangkit di hadapan. Dinding penahan arus angin pukulan Karzul, instrumen tunggal untuk melindungi diri. Bila bukan karena fakta jubahnya merupakan bagian dari tubuh, sudah pasti kain itu akan lepas, pergi entah kemana.

"Engkau memiliki kekuatan besar. Kentara dari aksimu. Mengecewakan sekali engkau hidup di bawah ampunan anak-anak fana Adam." desiran tenang suara mengalir antara dua gunung bagaikan sungai; jauh, lembut, dan halus, menjilat indra pendengaran Karzul. Selayaknya berbisik tepat di telinga. Fokus sang Perpetual terlempar ke langit, hanya sebentar, sebelum dirinya gapai sekali lagi.

Uap meletus dari punggung Karzul. Teriakan desing panas mengisi udara pada semua arah mata angin, hanya untuk ditelan mentah-mentah oleh sorakan serempak pasukan Yosefianist. Berani atau gila; di antara itu, masih buram. Baris pasukan Hegemon mereka hantam. Tsunami besi dan daging, menebas dan menusuk siapapun yang melawan, dan mengejar apapun yang mundur. Satu langkah menuju kemenangan total.

Kapten Barabas berdiri tegap, paling depan, di antara kesakitan dan kematian. Tangan menarik lepas pedang dari mayat prajurit Hegemon, meninggalkan jurang luka pada dada yang dia tutupi dengan tapak besi─menginjaknya. Walau dirinya telah bebas, serangan King In Yellow melelehkan stamina, terlihat dari gerak lemas tubuh Barabas. Nafas pula sama─begitu berat, bagaikan menarik ikan besar dari dalamnya sungai

"Maju! Jangan berhenti! Mereka ada dalam ambang kekalahan!" Barabas memaksa keluar setiap kata, telaga bagi dahaga semangat prajurit--prajurit Yosefianist, "Rabb bersama kalian semua, maju dan terus serang, prajurit ilahi!" tiap kata adalah batang kayu bagi bara api merah─semangat hati kaum-kaum tertindas.

Tangan Kimos─kanan yang bersih dari luka, merentangkan pelukan tegas pada akar bilah pedang. Tebas dan tusuk melesat. Katrol pengangkat nyawa prajurit Hegemon. Panik dan takut; dua hal itu membanjiri kalbu formasi Hegemon. Kimos menemukannya pada semua muka-muka musuh. Barangkali, akan jadi penghibur bagi mereka, bila mengetahui umur panjangnya berakhir di tangan seseorang dengan ekspresi wajah senada. Cadar besi mampu menutupinya, namun, realita tidak bisa dibohongi.

The Heart of YellowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang