The Heart of Yellow

Chapter 2 ─ Part 3

Gulita kegelapan malam menyelimuti alam semesta. Hitam dingin berkuasa atas segala hal pada muka bumi Terra, masuk meresap ke dalam apapun yang bernafas dan berjalan. Di atas langit tipis bumi, melewati lapisan-lapisan kegelapan, adalah ribuan bintang gemilang, bergelantung di bentangan malam; menyajikan perasaan aman atau ngeri─seakan-akan melalui mereka, sang pengasa semesta mengamati seluruh penciptaan. Dan di antara mereka, dua bulan melayang.

Di bawah naungan mata-mata kejora langit, puluhan bangunan kain dan kayu perkemahan Yosefianist berdiri. Dansa pelita lampu minyak menerangi setiap sudut kompleks perkemahan, jadi pembantu dari pasangan bulan kembar langit, melawan gelap yang telah menakuti makhluk-makhluk sejak zaman purba.

Banyak penghuninya tengah istirahat; tidur, makan malam, melakukan aktivitas malam santai lain. Tidak sedikit tengah sibuk akan tugas; patroli luar kemah atau menjaga pos strategis, dan di antara mereka, adalah Ibu Kaum Epatina─Aithne, berjalan menyusuri antara bangunan perkemahan didampingi dua prajurit pengawal. Aithne memiliki tujuan tunggal akan langkahnya, yaitu bangunan utama pusat perkemahan; tempat pusat sang jendral─Ahlan of Ya'mtu.

Hijau gelap gaun Aithne berayun setiap kali kakinya memotong udara. Dalam hangat oranye api lampu, terungkap corak semburat akar warna hijau cerah terjahit pada kain; dua warna saling melengkapi ketika oranye manatap. Rambut perak mengalir turun pada punggung, barisan garis argentum indah, cermin dari tidak hanya oranyenya api, namun juga, putih bulan kembar. Demikian anugrah semesta kepada Aithne yang disebut 'penyihir'.

Halus dan lembut, karakteristik langkah kaki Aithne, hampir tak mengeluarkan suara. Jarak perjalanan semakin menipis. Aithne bisa melihat bangunan tujuannya. Sesekali, dirinya mendapat sapaan dari sekelompok-sekelompok prajurit; terutama dari mereka yang pernah melihatnya. Dia tidak keberatan. Dari situ, Aithne diingatkan akan suatu hal unik mengenai kaum Yosefianist: mereka itu beragam, sebagaimana mereka itu fanatik.

Merupakan suatu kesalahan besar untuk menggambarkan tentara Ahlan, dan Yosefianist secara umum, sebagai kelompok monolitik adamite─atau bahkan, khusus bangsa Kalbia saja.

Benar, memang adamite; spesifiknya bangsa Kalbia, merupakan pematik api dari pertunjukan lakon kebakaran hutan geopolitik ini. Tetapi, dalam puluhan tahun sejak nyalanya gelora Five Generations War, banyak ras, bangsa, dan kaum bergabung dengan para Yosefianist; dari ras daakite dan sultahn, termasuk bangsa Epatina.

Alasan mengapa mereka bergabung sangat bervariasi. Dari alasan didasarkan ekonomi, politik, sosial, dan utamanya, dasar religius. Tidak semua alasan itu murni atau bersih dari pamrih, namun Aithne percaya kalau semua itu sejalan dengan takdir semesta.

Aithne mengangkat kepala naik, mengikat pandang pada bulan kembar bumi Terra. Dari pemikiran kecil perjalanan tersebut, memori dari waktu itu naik ke permukaan, tatkala diri dia bertemu Yosef the Chosen One, dan bersama dengan sang Nabi; Ahlan of Ya'mtu─sang suami, untuk pertama kalinya.

Langit siang dicekik oleh asap hitam tebal, bangkit naik dari daging terbakar dan rumah yang hancur. Ritme kematian menari, mengisi udara dengan gema siksa dan tentangan; dualisme dari eksistensi. Penduduk desa Epatina bertarung demi hidup mereka, melawan penyerang vetalite dan dipaksa menghirup harum kematian saudara-saudari sendiri. Siapa yang gagal tidak akan dilupakan, bahwa mereka telah berdiri menghadap kekuasaan lebih besar dari mereka, dan Aithne berdiri jadi pemandu mereka yang dia pimpin.

Wanita, pria, dan anak-anak Epatina berdiri berdampingan, mempertahankan rumah mereka, tapi begitu, mereka tetap didorong mundur para penyerang. Benar mereka memiliki superioritas angka, tetapi vetalite adalah jenis yang berbeda. Kedua pihak mempunyai apa yang makhluk fana sebut 'kekuasaan sihir', namun milik para vetalite tercipta untuk membunuh, untuk memburu mangsa; selayaknya taring pada singa dan buaya.