Chapter 3 ─ Part 2

80 15 0
                                    


Iring-iring barisan pasukan Vetalite Hegemony menyusuri jalan tanah hutan. Pada empat sudut atap kereta rusa, dan tangan kavaleri rusa pengawal pilihan sekelilingnya, panji-panji kuning dan ungu, ada; berkibar lemah, tidak punya daya, sedikit angin datang mendorong. Tidak layak untuk diperhatikan. Ini mengapa, hijau pucat mata Sowyn fokus pada garis pohon-pohon hutan. Mereka lebih cantik, lebih hebat, pantas untuk dipandang. Di antara mereka, burung-burung hutan bernyanyi merdu. Ucapan selamat datang pada rombongan.

"Suara burung, jenis apa itu?"

Di dalam kereta rusa, hidup kebosanan, mengisi udara. Ia tidak mau pergi dari sana, walaupun angin mengalir bebas dari satu sisi jendela ke sisi lain. Sudah satu minggu waktu dimakan perjalanan. Tersisa tiga hari lagi bagi Sowyn dan budaknya; Kazmira, untuk mencapai Pistakara. Tidur, makan, jalan; tidur, makan, lalu jalan; lagi, lagi, dan lagi, berulang-ulang. Semua itu membuat Sowyn bosan.

"Mungkin... burung azurmara, tuan?" Kazmira, wanita itu mendongak, duduk bertekuk lutut di lantai kereta rusa, mengarah ke Sowyn; duduk pada kursi atasnya. Mata Kazmira tertutup, seolah-olah tengah tidur.

"Burung azurmara, ya..." ucap ulang sang pria, "burung itu mempunya bunyi yang unik dibandingkan burung pemangsa lain, warna birunya juga begitu indah. Walaupun begitu, aku tidak bisa melihatnya dari sini. Pemangsa licik yang suka bersembunyi." Sowyn bersandar pada jendela, mengistirahatkan lengan di bingkai jendela yang kemudian menekuk. Kepalan tangan jadi pilar sokongan pipi.

Kazmira mengangguk, "Tuan Sowyn akan bisa memuaskan keinginan tersebut saat kita sampai di Kota Pistakara. Saya dengar, hutan mereka menyimpan banyak populasi azumara." dan bersandar pada sekat kereta rusa. Sayang, sampai kapanpun, Kazmira tidak akan bisa melihat burung azumara, cuma mendengarkan saja. Dia buta, dan dia menerimanya.

"Hm, tidak salah. Aku akan punya banyak waktu setelah perang ini selesai untuk mencari mereka. Juga, kamu akan mati lebih dulu sebelum mereka punah." hembus nafas lesu keluar dari Sowyn. Kelopak mata sang vetalite perlahan tertutup, tanda dia menikmati lambaian segar udara hutan. Rambut oranye pucat Sowyn mengalir santai, dibelai angin sesekali.

Kazmira terkekeh kecil. "Apakah Tuan Sowyn menyukai mereka─burung azurmara itu?" tanya si wanita. Tangan saling sentuh, saling melipat pada pahanya.

"Tidak terlalu," hijau pucat permata terbuka perlahan, "mereka terlihat imut dan mengesankan, itu saja alasan kenapa aku menyukai mereka." imbuh Sowyn.

Kazmira mendongak, rubi rambut mengalir turun, hingga bahu. "Alasan yang sederhana, Tuan Sowyn. Bila anda mengizinkan, boleh saya menemani anda untuk mencari mereka?" pertanyaan Kazmira begitu polos.

Untuk wanita berstatus budak, Kazmira memiliki rasa ingin tahu besar. Mereka yang tidak mengenal si adamite betina mungkin akan menilai sifatnya sedemikian kekanak-kanakan. Sowyn; sang Tuan, tidak keberatan dengan sifat yang demikian, walaupun dia sudah berumur tiga puluh tahun─dalam usia adamite.

Sowyn menekuk leher sedikit, "ya, tentu saja, harus." dan terkekeh ringan. Selain pertanyaan penasaran, terkadang Kazmira menanyakan hal bodoh─tidak kalah menghibur juga.

Terdapat suatu aspek lucu di semua ini; dalam dinamika Sowyn dan Kazmira. Dia berbicara dengan si adamite selayaknya ia makhluk sebaya. Tetapi, dirinya tahu kalau Kazmira tidak pantas untuk mengerti pernyataan-pernyataan yang keluar dari instrumen suara Sowyn. Apakah pikiran Kazmira bahkan memahami bahasanya?

Sowyn mengangkat kepala dari lengan sandarannya. Duduk tegak dia pada kursi, perlahan-lahan menoleh, memandang rendah sang budak. Merasakan gerak tubuh sang Tuan, Kazmira lekas menunduk, 'melirik' lantai kereta rusa.

"Katakan padaku, Kaza. Kamu adalah budakku sejak hari lahirmu, kan?"

"Benar, Tuanku. Keluarga saya telah setia dan loyal melayani anda semenjak anda membantu leluhur saya dua ribu tahun lalu." balas Kazmira. Kepala dia tetap tundukkan, menaruh penghormatan mendalam pada sosok Sowyn.

The Heart of YellowWhere stories live. Discover now