47. Kabur

34.1K 2.7K 193
                                    

Ups! Siapapun mereka, yang jelas saat ini mereka sedang dalam bahaya. Mereka memancing jiwa kejam Aarazka untuk keluar, lihatlah sekarang, seharusnya yang mengintimidasi disini adalah para penjahat tersebut. Karena jumlah dan pergerakan mereka yang bisa dikatakan lebih unggul tetapi justru merekalah yang menjadi pihak terintimidasi. 

Salah seorang penjahat yang sepertinya adalah ketuanya lantas berdehem untuk mengurangi suasana menegangkan ini. Kemudian matanya melirik pada Camellia, ia dapat memperhatikan bahwa pria yang ia sandera alias Aarazka langsung terlihat murka ketika mendengar teriakan si wanita atau Camellia. Jadi ia menyimpulkan jika wanita yang telah berada dalam jangkauan anak buahnya adalah kelemahan si lelaki tersebut. Maka tanpa banyak kata-kata lagi, ia segera mendekat pada Camellia.

Camellia sudah mematung di tempat, takut jika salah bergerak sedikit saja..bukan tak mungkin bilah pisau itu akan mengenai lehernya. Camellia hanya bisa diam dengan kondisi tubuh yang telah menegang,  

Mata gadis terlihat ketakutan, ia fokus menatap Aarazka meminta pertolongan. Walaupun posisi Aarazka yang masih ditodong dengan sebilah pedang panjang, tetapi mimik wajah pria itu sama sekali tidak gentar. Justru ekspresi mengerikan dengan mata mendelik tajam dan menukik menatap pada penjahat yang sedang menyandera Camellia dari belakang.

"Serahkan!" Pekik seseorang tiba-tiba kemudian segera mengambil alih posisi anak buahnya, kini ia yang merupakan kapten dari kelompok penjahat itu sudah menggantikan posisi penjahat sebelumnya. Kini tangan kanannyalah yang sedang menyandera Camellia dengan sebilah pisau dekat leher gadis itu, lalu tangan kirinya sedang memelintir kedua pergelangan tangan Camellia ke belakang tubuh gadis itu.

Camellia benar-benar terjebak, ia ingin berlari tetapi takut jika nanti pisau tajam itu malah menancap di lehernya. Lantas hal yang paling bisa ia lakukan adalah, meminta bantuan Aarazka.

Berbeda dengan bosnya, para anak buah penjahat itu mulai merasakan aura kengerian di sekitar mereka. Terlebih posisi mereka yang sedang menyekap Aarazka dengan mengerubunginya, tak lupa menodongkan tiap-tiap pedang mereka ke arah Aarazka. Hingga posisi Aarazka saat ini telah benar-benar terjebak dengan sekeliling yang telah dipenuhi oleh pedang terbuka yang siap menyayat kapan saja jika ia melakukan pergerakan.

Tetapi, walau posisinya benar-benar tidak menguntungkan saat ini. Aarazka justru memusatkan perhatiannya pada Camellia di depan sana, gadis itu sudah berdiri ketakutan sebab ulah penjahat bajingan di belakangnya. Aarazka murka, hatinya berkobar-kobar ingin membunuh mereka semua jika saja ada luka goresan kecil pada tubuh istrinya.

Bos penjahat itu tidak tahan akan tatapan kejam Aarazka, ia harus segera menuntaskan pekerjaan kali ini untuk mendapat harta yang banyak. Benar sekali. Tujuan mereka menyerang Aarazka dan Camellia adalah untuk merampok. Akan tetapi sayang sekali, mereka sama sekali tidak tahu siapa kedua orang yang sedang mereka rampok saat ini.

Jika saja mereka tahu bahwa yang sedang mereka todongkan benda tajam adalah kaisar dan permaisuri, mungkin mereka tidak akan seberani ini untuk merampok.

Bos penjahat itu semakin mendekatkan mata pisau itu yang sekurang-kurangnya pasti telah mengenai kulit leher Camellia, sangat-sangat dekat dan mungkin lukanya masih belum terasa.

Camellia menutup matanya kuat-kuat untuk mengontrol gejolak takut di dalam hatinya, ia takut mati. Siapa memangnya manusia di dunia ini yang ingin mati? Tidak ada! Jikalau pun ada, itu hanya berlaku untuk orang-orang yang telah menyerah dengan kehidupannya saja! Tetapi Camellia belum lelah dengan hidupnya, ia masih ingin mengeksplorasi dunia fiksi ini dengan bebas dan tenteram. Ia tidak mau mati untuk yang kedua kalinya! Terlebih mati konyol karena ulah seorang penjahat.

"Jangan sedikitpun memberi goresan di tubuhnya." Ucap Aarazka dengan suara rendah dan tatapan datar, ia memusatkan perhatiannya sepenuhnya pada Camellia. Ia memperhatikan dengan detail jika saja pisau itu menyakiti Camellia, karena jika ia melakukan pergerakan sekarang, yang ada ia akan mendapati Camellia dengan luka sebab dirinya harus terlambat menyusul Camellia karena harus menghadapi para penjahat lain yang sedang mengepungnya.

Suddenly I became the Empress [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now