1| Meets her

128 16 17
                                    

Seorang pria mengenakan kaos hitam dan celana pendek selutut berwarna navy berjalan di sebuah lorong rumah sakit, dengan tangan kirinya yang memegang ponsel yang diletakkannya di telinga kirinya.

"Sepertinya aku akan absen, aku baru saja mengantar seseorang yang mengalami kecelakaan ke rumah sakit" ucapnya pada suara yang berada dibalik ponselnya.

"Entahlah, mungkin seharian ini aku akan berada di rumah saja"

"......."

"Eum, baiklah. Sudah dulu yaa, ku tutup"

Setelah memutuskan panggilannya, pria itu memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya. Saat hendak melangkahkan lagi kakinya, netranya tak sengaja menangkap seorang gadis mengenakan seragam biru dengan rambut panjangnya yang sedikit berantakan sedang berdiri didepan pintu sebuah ruangan. Pria itu mendongak, melihat tulisan diatas ruangan itu menyala, menandakan bahwa di ruangan itu sedang diadakan operasi.

Saat kembali menatap remaja itu, pria yang bernama Kim Seokjin itu terkejut karena gadis itu juga menatap ke arahnya. Wajah yang tadi tak terlihat, kini dapat Seokjin lihat saat remaja itu menatapnya.

Seokjin mengernyitkan keningnya melihat bagaimana dahi gadis itu terluka hingga meninggalkan jejak darah yang telah mengering, tidak hanya itu, jika diperhatikan dari atas sampai bawah, penampilan gadis itu juga nampak kacau, seperti orang yang baru saja mengalami kecelakaan, terlihat di area lengannya terdapat beberapa luka goresan.

Dan satu hal yang kini berada dalam benak Seokjin saat melihat keadaan hadis itu,

Kenapa dia memilih berdiri disana daripada mengobati luka-luka yang dimilikinya?

Seokjin kembali memperhatikan wajah gadis itu yang juga masih menatap ke arahnya, kedua matanya sembab, namun ada sebuah raut terkejut yang terpancar dari kedua bola mata itu saat melihat Seokjin.

Walau ada rasa penasaran, dan ingin sekedar menanyakan keadaan gadis itu, Seokjin memilih memutus pandangannya dari gadis itu, memilih melanjutkan langkahnya keluar dari rumah sakit. Tanpa mengetahui bahwa kepergiannya, membuat gadis yang tadi dilihatnya seketika tatapannya menyendu.

♧♧♧

Seokjin merapikan kembali beberapa buku dan alat tulis ke dalam tasnya setelah dosen selesai menerangkan materi kuliah.

"Kau tidak ada acara setelah kuliah kan?" Tanya seseorang yang bersebelahan dengan Seokjin

"Ku rasa tidak, kenapa memangnya?"

"Kita ke basecamp, malam nanti Yoongi ikut balapan. Kita akan pergi untuk melihatnya. Bagaimana?"

"Baiklah, Jim" balas Seokjin pada temannya, Park Jimin.

Usai memasukkan peralatannya ke dalam tas, Seokjin menyampirkan tasnya pada bahu kanannya, hal yang sama dilakukan oleh Jimin. Kini keduanya bangkit dan melangkah pergi meninggalkan ruang kelas.

Kim Seokjin dan Park Jimin sudah berteman sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah hingga keduanya memilih untuk masuk di universitas yang sama.

Seokjin menghempaskan tubuhnya pada sofa miliknya. Seokjin baru saja kembali ke apartemennya usai mengantar Jimin ke rumahnya menggunakan motor sport kesayangannya.

Di apartemen, Seokjin tinggal seorang diri. Seokjin bukanlah seorang yang sebatang kara, dirinya memiliki kedua orangtua, hanya saja Seokjin memilih untuk tinggal disebuah apartemen dikawasan Gyeonggi-do karena jarak apartemennya tak terlalu jauh dari kampusnya.

Seokjin bangkit dari duduknya, berjalan menuju ruangan tempat dirinya biasa membuat makanan untuk santapannya. Karena tinggal seorang diri, membuat Seokjin harus mandiri bahkan untuk urusan mengisi perut. Tak sulit untuk dilakukan, karena sedari kecil Seokjin memperhatikan bahkan membantu ibunya saat memasak dulu, hingga bakat memasaknya mengalir secara alami untuk dikuasai.

49 days (HIATUS)Where stories live. Discover now