2| Good Things

64 16 11
                                    

Seokjin berusaha menahan tubuhnya agar tak limbung ke bawah dengan mengeratkan kedua tangannya pada sisi besi ranjang rawat tempat seseorang terbaring diatasnya.

Seokjin mengatur napasnya yang entah tiba-tiba terasa tercekat, pun kedua matanya yang membola besar seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Kau bercanda? D-dia pasti...d-dia...dia kembaran mu kan?" Bahkan Seokjin tak mampu berkata dengan baik melihat bagaimana tubuh yang terbaring lemah dengan beberapa alat kesehatan menempel di sebagian tubuhnya memiliki wajah dan postur yang sama dengan gadis yang saat ini berada disampingnya, gadis yang tadi menariknya dengan erat membawanya pada sebuah ruangan yang hanya diisi oleh satu orang saja.

"Dia adalah aku," ucap gadis itu tanpa melihat Seokjin, pandangannya menatap nanar tubuh terbaring yang diklaimnya sebagai dirinya "lebih tepatnya raga ku, dan aku adalah jiwa dari raga yang terbaring tak sadarkan diri itu" barulah gadis itu mengalihkan wajahnya menatap wajah Seokjin yang telah memucat, efek keterkejutan mungkin.

"B-bagaimana bisa? K-kau--" Seokjin tak dapat melanjutkan ucapannya, telunjuk tangan kanannya menunjuk gadis yang terbaring itu lalu berpindah ke gadis yang saat ini sedang bicara, diikuti dengan gerakan kepalanya.

"Aku juga tidak tahu. Saat sadar, aku melihat banyak kerumunan orang dan beberapa polisi serta satu mobil ambulance. Saat aku ingin melihat apa yang terjadi, tiba-tiba saja aku melihat seorang polisi membawa tubuh seseorang menuju ambulance. Dan saat aku melihat siapa yang dibawa polisi itu, rasanya seperti malaikat maut berada tepat dibelakang ku sedang menunggu gilirannya untuk membawa ku pergi dari dunia ini. Melihat bagaimana raga ku yang terlihat mengenaskan dengan darah yang tak hentinya mengalir dari belakang kepalaku, membuat ku hanya terdiam memandangi bagaimana polisi itu meletakkan tubuh ku diatas brangkar didalam ambulance itu. Hingga aku tersadar, aku memilih ikut masuk ke dalam ambulance yang akan membawa ku ke suatu tempat, dan disinilah tempatnya"

Gadis itu menceritakan apa yang diingatnya beberapa hari yang lalu. Sebuah tragedi yang menimpa hidupnya yang bahkan ia sendiri tidak tahu bagaimana awal mula dirinya sampai mengalami kejadian nahas seperti itu. Kejadian yang membuat jiwanya terpisah dari raganya, membuat dirinya tak dapat dilihat oleh manusia biasa. Kecuali pria yang masih menunjukkan wajah pucatnya.

Gadis itu juga awalnya terkejut saat seorang pria memperhatikannya sedang berdiri didepan ruang operasi tempat dirinya ditangani oleh beberapa tim medis. Bertanya pada dirinya sendiri benarkah pria itu bisa melihatnya.

Dan pertanyaannya pun terjawab saat semalam pria itu datang menghampirinya dan mengajaknya bicara, memberikannya uang untuk membeli alas kaki. Dan saat itulah gadis itu memutuskan untuk mengikuti pria itu menuju rumah sakit yang sama tempat raganya berada.

"Lalu, apa maksud mu dengan membawa ku kesini?" Seokjin bertanya usai gadis itu selesai bercerita, masih dengan wajah yang pucat, menatap takut pada arwah gadis disampingnya. Wajar kan Seokjin takut, ini pertama kalinya Seokjin dapat melihat arwah tak kasat mata, atau bolehkah Seokjin menyebutnya sebagai hantu?

"Aku tidak tahu kenapa aku membawa mu kesini. Mungkin kau bisa menganggapnya sebagai pembuktian bahwa aku mengatakan benar jika memang hanya kau yang bisa melihat ku, alih-alih menuduh ku menggoda mu karena tertarik padamu" ucapan gadis itu membuat Seokjin membuang pandangannya ke sembarang arah, merasa kikuk karena perkataannya beberapa saat lalu yang terkesan terlalu percaya diri. Bahkan rasa takut dalam dirinya seperti menghilang berganti rasa malu mengingat perkataannya sebelum gadis itu membawanya ke ruangan tempatnya terbaring.

"Ekhem....kau bilang tadi menunggu ku. Kenapa menunggu ku?" Tanya Seokjin mengalihkan pembicaraan.

"Aku....."

49 days (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang