3| New Friend

52 12 12
                                    

Sepulang dari rumah sakit untuk mengantar kepulangan Yoongi sekaligus menemui Sohyun, malam ini Seokjin sedang berada di kamarnya duduk bersandar pada punggung kasur dengan bantal dikedua pahanya sebagai tumpuan untuk meletakkan laptop, jarinya sibuk menelusuri setiap tombol pada keyboard laptop

Dirinya tidak sedang mengerjakan tugas kuliah, ataupun bermain game. Tidak, ada yang lebih penting dari itu.

"Ah, jadi benar apa yang diceritakan Jimin eomma tentang 49 hari" gumam Seokjin menatap monitor laptopnya. Dimana di layar tersebut menunjukkan sebuah artikel pembahasan tentang jiwa seseorang yang masih berkelana selama 49 hari sebelum akhirnya pergi meninggalkan dunia.

Setelah puas mencari berbagai informasi yang diinginkannya, Seokjin menutup laptopnya lalu menaruhnya diatas meja belajarnya. Seokjin kemudian bangkit, membuka pintu transparan yang menuju balkon.

Di balkon kamar apartemen Seokjin terdapat dua kursi dengan masing-masingnya dipisahkan oleh sebuah meja di tengahnya.

Seokjin menduduki kursi yang lebih dekat dari pembatas besi balkon apartemennya, posisi ternyaman bagi Seokjin untuk menikmati pemandangan bawah dari atasnya berada.

Seokjin kemudian mendongakkan kepalanya, menatap langit. Pandangannya jatuh pada sebuah benda langit yang memiliki cahaya lebih terang dari yang lainnya. Bintang yang memiliki bentuk seperti pola X, bersinar angkuh diatas langit meski terpisah dengan deretan bintang lainnya yang berkumpul ditempat yang sama.

"kalau memang benar Sohyun sedang berada dalam masa 49 harinya, itu berarti 44 hari dari sekarang dia akan..."

Hahh~~

Seokjin menghembus napas kasar, entah kenapa setelah pertemuannya dengan gadis yang baru dua hari itu dikenalnya, Seokjin merasa ingin memiliki banyak waktu bersama dengannya.

"Ah, sayang sekali bulannya sangat jauh dari posisi bintang itu" gumam Seokjin melihat bulan yang berbentuk sabit itu memiliki sedikit cahaya berbanding terbalik dengan kondisi bintang yang ada di sebelah kirinya memandang, hanya besar keduanya yang hampir sama. Seokjin berpikir apakah bintang itu adalah planet Saturnus?

"Tapi jika bulan itu mendekati bintang, bukankah cahaya bintang akan membuat bulan itu akan terlihat hidup?" Gumam lagi Seokjin, menyipitkan satu matanya dengan mengarahkan tangannya keatas seperti sedang memegang bulan itu.

♧♧♧

Sohyun sedang di area belakang rumah sakit. Sebenarnya Sohyun merasa bosan jika terus-menerus berada dikawasan rumah sakit, tapi karena Sohyun tidak tahu tempat apa lagi yang harus dikunjunginya selain rumah sakit, jadi mau tak mau selama 6 hari hanya rumah sakitlah tempatnya sekarang sebagai gadis tak kasat mata. Lagipun raganya ada disini, jadi jiwanya pun harus ada disini bukan?

Sohyun duduk termenung di sebuah bangku, area belakang rumah sakit sangat jarang dikunjungi orang-orang. Disini sepi, meski begitu Sohyun suka. Karena tempatnya begitu asri, dibilang taman bukan, tapi dengan adanya beberapa tumbuhan yang terawat tempat ini begitu nyaman dan sejuk untuk Sohyun berlama-lama disini.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Karena sibuk melamun, Sohyun hampir terperanjat ketika sebuah suara mengejutkannya. Sohyun menoleh ke samping kanannya, seorang pria sedang berdiri disamping Sohyun yang terduduk.

Sohyun memperhatikan lekat sosok pria dari atas sampai bawah yang saat ini sedang memandangnya, "Kau penunggu disini?" Sohyun nampaknya sudah mulai terbiasa dengan fakta bahwa dirinya bukan lagi manusia, sehingga tidak lagi terkejut saat seseorang melihat dirinya.

Bagaimana Sohyun bisa berpikir seperti itu? Karena sejauh ini hanya Kim Seokjin-lah satu-satunya manusia yang bisa melihatnya.

Sohyun tak bergerak sedikit pun saat pria itu mengambil duduk di sebelahnya, "wah, aku sedikit terkesan bahwa kau tahu aku sama seperti mu" pria itu terkekeh, sementara Sohyun membuang pandangannya ke depan, mengabaikan ucapan pria asing itu, lebih memilih menikmati semilir angin yang membuat beberapa daun di pohon-pohon bergerak seirama.

49 days (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang