CHAPTER 5

731 319 151
                                    

CHAPTER 5


"Teryata keluarga tidak selamanya menjadi tempat pulang bagi mereka yang hidup namun di anggap hilang."

Happy reading!!

~~~~~

Mungkin bagi mereka tempat pulang adalah rumah.

Rumah yang dimana tempat mereka lahir dan menjadi tumbuh dewasa, Rumah yang tidak menjadi ukuran seberapa besar moment masa yang tenggelam dalam jutaaan detik demi detik, yang membawanya menjadi memori luka.

Ada luka yang tidak terlihat dari tubuh dan lebih menyakitkan dari luka berdarah sekalipun.

Pada saat malam hari, disebuah rumah sederhana sedang terjadi keributan antara seorang ayah dan anaknya.

" AYAH PIKIR AKU SELALU BISA DAPAT YANG TERBAIK! GAK YAH! SEMUA ITU BUTUH PROSES, SEHARUSNYA AYAH SPORT AKU. BUKAN TERUS - MENERUS MENUNTUT AKU DENGAN SEMUA KEHENDAK AYAH! " teriak seorang gadis kepada sang ayahnya. Sang ayah tidak terima karena sang anak berani meninggikan nada bucaranya terhadap dia.

" BERANI KAMU TERIAK KE AYAH HAH? SELAMA INI AYAH KURANG APA KE KAMU? AYAH SUDAH MEMBERIKAN KAMU PASILITAS YANG MEWAH APA SEMUA ITU KURANG CUKUP? AYAH HANYA INGIN KAMU BISA KAYAK DIA DAN JADI ORANG YANG HEBAT DI MASA DEPAN YANG AKAN DATANG! " bentak sang ayah kepada anaknya yang menangis tersedu - sedu di lantai rumah yang dingin itu.

" Tapi yah hiks, cara ayah salah! Salah yah! Jika ayah pikir dengan ke mewahan bisa membuat aku bahagia itu salah yah. Kenapa selalu dia yang kalian liat? Apa hadirku hanya sekedad bayang - bayang untuk kalian? Dan apa kalian anggap aku hanya sebuah perbandingan untuknya? " isak gadis itu.

" SALAH? SALAH AYAH DI MANA HAH? AYAH HANYA INGIN KAMU JADI ANAK BERGUNA! AYAH INGIN BANGGA DENGAN PENCAPAIAN KAMU! " murka sang Ayah.

" Salah hiks, bukan dengan cara menuntut aku untuk selalu menjadi nomer satu! Aku manusia ayah! Tapi aku gak di perlakukan layaknya manusia dan aku bukan robot Yang bisa ayah arahkan hiks Bukan! " isak gadis itu semakin menjadi namun sang ayah tidak peduli, ayahnya menatap dia Yang kini terduduk di lantai sembari menangis tersedu - sedu.

" Aku juga capek yah, capek hiks. Kapan ayah bisa ngertiin aku hiks? Kapan ayah? KAPAN? " lirih gadis itu.

" Ayah selalu nuntut aku untuk selalu menjadi terbaik dari segala yang terbaik! Aku capek yah di tuntut kayak gini hiks, aku ingin bebas yah bukan semua ayah yang nentuin dan gak di kekang kayak gini! "

" Ayah malu punya anak bodoh dan tidak berguna? Malu? KENAPA AYAH HARUS MALU! SEHARUSNYA AYAH BERSYUKUR. "

Gadis itu berdiri dan menatap sang ayah dengan nyalang, ayahnya memperhatikan dia dengan tangan terkepal di samping tubuhnya.

Gadis itu mendekati sang ayah lalu berdiri tepat di hadapannya, ia menyeka air matanya dengan kasar. Lalu memperhatikan sang ayah dari bawah hingga atas gadis itu mengangkat dagunnya angkuh.

" Kenapa ayah diam hah? Apa aku benar yah? Hahaha kayaknya emang iya sih! Orang kayak ayah tidak akan tau rasa bersyukur atas apa yang di berikan tuhan. "

Sang ayah hanya diam memperhatikan anaknya yang sudah memperhatikan kondisinya! Baju lecek, rambut acak - acakan dan mata membengkak karena menangis tersedu - sedu.

Saat mendengarkan ucapan anaknya yang kurang ajar itu refleks ia mengangkat tangannya hendak menampar namun ia tersadar dengan tindakannya sangat tidak baik dan tepat.

" APA AYAH MAU TAMPAR AKU HAH? TAMPAR YAH, AYO TAMPAR AKU? KALO BISA BUNUH ANAKMU INI AYAH SEKARANG JUGA DETIK INI JUGA YAH? DARI PADA AYAH SIKSA AKU SECARA PERLAHAN DENGAN SEMUA KEKANGAN DAN TUNTUTAN YANG AYAH KASIH KE AKU! SEMUA YANG AKU LAKUKAN TIDAK AKAN PERNAH CUKU DI MATA AYAH. " teriak gadis itu sembari menunjukan dirinya sendiri.

" Maaf, maafin ayah nak. Ayah tau ayah salah! Tapi ini semua Demi kamu nak, ayah mau kamu jadi orang Yang hebat di masa depan dan ayah tidak ingin kamu di anggap bodoh oleh keluarga kita! Ayah lakukan ini semua Demi kebaikan kamu. " kata ayah.

Gadis itu mengeleng tidak percaya dengan yang di katakan oleh ayahnya, maaf? Semudah itu kah ayah mengucapkan kata itu? Demi kebaikan dia? Oh ayolah ia merasa tersiksa dan tertekan dengan semua apa yang di lakukan ayahnya! Bukan untuk kebaikan dia namun siksaan secara perlahan untuknya.

" Dulu aku pikir cinta pertama ku untuk ayah! Tapi sekarang ngga akan aku berikan sedikitpun cinta itu untuk ayah. "

" Bahkan dengan mudahnya kata itu meluncur dari bibir ayah? Maaf? Gak guna yah! Aku kecewa sama ayah. "

" Kebaikan? Kebaikan apa yang ayah maksud hah? Siksaan perlahan? Iya? JAWAB AYAH? "

" IYAH KEBAIKAN UNTUK KAMU! AYAH SELAMA INI SUDAH NGASIH APA YANG KAMU MAU, TAPI INI BALASAN KAMU KETIKA AYAH MINTA BUAT KAMU DAPAT NILAI TERBAIK DI SEKOLAH HAH? "

" ANAK TIDAK TAU DI UNTUNG KAMU? Harusnya dulu saya membuang kamu karena percuma saya merwat, membesarkan, dan mendidik kamu tapi ini balasan kamu terhadap saya? " murka sang Ayah dengan tangis air mata yang  mengalir deras dari kelopak matanya.

~~~~~

Duh nyesek 😫

Pernah di posisinya gak?

Komenya, harap ramein komentar! Aku rajin up kok, apa lagi kalo di sapa kalian.

Jangan lupa ya sama vote 😆 itu dukungan juga looh, see you.

👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻

Lo Spesial Buat Gue [ On going ]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα