CHAPTER 22

232 101 82
                                    

CHAPTER 22

Sebelum lanjut baca utamakan vote dan komen.

Kalo bisa komen ya di setiap paragraf ya

Kalo ada TYPO bantu tandai aja

Terimakasih

Happy reading!!


*****

"Kalo gitu gue ke kelas dulu," pamit Siska.

Mereka berlima hanya diam tak menjawab apapun karena mereka bersyukur akhirnya dia pergi juga tanpa harus mereka usir.

"Enakkan di peluk Sakila atau Siska, Van?" tanya Gilang sembari menaikkan satu halisnya.

"Bodoh," ucap Arlan yang tiba-tiba membuka suara.

"Siapa yang bodoh?" tanya Gilang dengan tatapan penuh kebingungan karena Arlan yang tiba-tiba saja berbicara seperti itu.

"Lo," jawab Arlan dengan entengnya.

"Lo tuh ya Jalan sekalinya ngomong nusuk ke usus," ujar Gilang sembari mengusap dadanya sabar.

Teman-temannya yang melihat hanya bisa menggelengkan kepalanya, Gilang dan Nauval ini ibaratnya sebelas, dua belas lah yang memiliki sikap bobrok dan nggak tau malu namun jika tidak ada mereka mungkin hanya sepi dan sunyi yang mereka rasakan.

Devano mulai muak dengan teman-temannya, kali ini ia tak ingin mendengar pertanyaan-pertanyaan mereka yang lontarkan,  pertanyaan mereka hanya membuatnya pusing.

Tanpa berpamitan kepada teman-temannya, Devano langsung pergi begitu saja.

"Woy Van mau kemana Lo!" teriak Arkan saat melihat Devano yang pergi begitu saja.

"Kelas," sahut Devano, teman-temannya yang mendengar langsung menyusul Devano.

Sekarang mereka berlima baru saja akan masuk ke kelas, namun Susan sudah terlebih dahulu menghadang mereka semua di depan pintu kelas dengan notebook yang biasa ia bahwa untuk menagih uang kas.

"Minggir," tegas Devano.

"Bayar uang kas dulu baru kalian semua boleh masuk," kata Susan sembari menatap satu persatu laki-laki yang ada di depannya sekarang.

"Emangnya berapa sih yang harus kita bayar?" tanya Gilang, kemudian Susan langsung mengecek catatan uang kas mereka berlima.

"Satu orang dua ratus ribu," sahut Susan sembari memperlihatkan terakhir mereka membayar.

Sebenarnya mereka bisa saja langsung membayar semua tagihannya bahkan bisa membayar untuk beberapa bulan kedepan, namun mereka berpikir jika uang kas selalu lancar maka gunanya bendahara itu apa? apakah hanya diam menunggu dan meminta uang saja? apakah seperti itu? maka dari itu mereka akan membuat bendahara memiliki pekerjaan yang sangat mulia dan menjadi kenangan yang terindah di masa-masa sekolah, seperti itu lah pemikiran mereka, padahal menjadi bendara itu tidak lah mudah.

"Yaelah cuma dua ratus ribu aja, ribet lo."

"Val, cepet bayar," lanjut Gilang sembari tersenyum ke arah Nauval.

"Kenapa jadi gue?" tanya Nauval.

Gilang mendekatkan bibirnya ke telinga Nauval lalu berbisik kepadanya, "gue nggak ada uang bro."

"Lo udah bangkrut?" tanya Nauval lagi, ia tahu bahwa teman-temanya bergelimbang harta mana mungkin uang dua ratus ribu saja tidak ada. sedangkan perusaannya saja bercabang-cabang bahkan tujuh turunan pun harta mereka tidak akan pernah habis

Sedangkan Gilang yang mendengar hanya menggelengkan kepalanya dan di saat Nauval ingin bicara, namun Sudah di dahului oleh Susan.

"Kalian tuh ya bukannya bayar ini malah tanya jawab," ucap Susan.

"Nih uang ya ada di dalam amplop, jadi sekarang lo minggir," tegas Nauval sembari menyerahkan sebuah amplop putih kepada Susan.

Apakah di dalam amplop putih itu benar-benar uang? apakah semudah itu mereka membayar uang kas? sedangkan setiap di tagih mereka selalu mengelak dan ada saja alasannya.

Susan pun menggambil amplop putih dari tangan Nauval, ia percaya saja jika amplop putih itu di dalamnya uang lalu Susan membiarkan mereka berlima masuk.

Mereka masuk dengan hati gembira akhirnya bisa bebas dari bendara yang sangat menyebalkan.

*****

Kira-kira amplop yang di berikan Nauval itu beneran uang atau apa ya?

Jangan lupa vote dan komen ya.

Maaf kalu kurang nyambung, maklum baru belajar.

Mohon di maklumi ya.

Spam next yuk...

Terima kasih yang sudah mebaca, vote dan komen.





Lo Spesial Buat Gue [ On going ]Where stories live. Discover now