Hazel's little brother

1.6K 190 21
                                    

Pagi itu Hazel terbangun bukan berada di kamarnya yang berbeda. Sejak kemarin sore ia menginap di rumah eyang, karena ibu sudah berada di rumah sakit dan bapak harus menemaninya. Ada rasa sedih karena ia tidak bisa tidur bersama ibu dan bapak, lalu bersiap-siap tanpa bapak, dan tidak diantar sekolah oleh bapak.

Tapi eyang bilang, jika Hazel bersabar dan menjadi anak yang menurut ia akan menjadi seorang kakak. Dengan motivasi tersebut Hazel akhirnya mau menginap di rumah eyang. Ada motivasi lain yang membuatnya sangat berdebar hari itu, eyang bilang sepulang sekolah ia bisa melihat adiknya di rumah sakit.

"Hazel aku punya mainan baru loh," ucap Jupi. Sebenarnya itu ajakan Jupi kepada Hazel agar dirinya mau berkunjung ke rumahnya.

"Mainan apa?" tanya Hazel datar, "tapi pulang sekolah aku dijemput eyang soalnya mau ketemu ibu."

Mendengar cerita Hazel tentang ibunya yang sudah melahirkan adiknya, Jupi ikut antusias. Ia meminta kepada Hazel untuk mengajaknya juga untuk bertemu ibu. Tapi, sayang Jupi tidak bisa karena ia harus pulang ke rumah, atau nanti dicari mama.

"Jupi ganti baju dulu. Nanti kesananya sama mama aja ya," ucap sus. Sedih ia tidak bisa bertemu adik Hazel saat pulang sekolah, semoga mama mau membawanya segera untuk berkunjung nanti.

Sekolah yang biasa terasa singkat oleh Hazel kini terasa sangat lama. Hatinya sudah gelisah dan gugup ingin segera bertemu sang adik. saat jam istirahat ia malah bertanya kepada guru apakah ia boleh pulang lebih dulu, dan jawabannya tentu saja tidak.

Waktu pulang yang berjalan sangat lama itu akhirnya tiba. Hazel langsung mengambil tasnya dan berpamitan kepada gurunya. Memakai sepatu dengan cepat lalu mencari keberadaan eyangnya. Saking semangatnya ia sampai lupa akan Jupi, Hazel meninggalkan Jupi begitu saja. Ia juga tidak tahu jika Jupi menangis karena ditinggalkan oleh Hazel.

"Eyang ayok, aku mau lihat adek."

"Pelan-pelan aja, adeknya juga gak akan kabur kemana-mana."

Duduknya di mobil tidak tenang. Ia terus bertanya kepada pak supir kenapa mobilnya tidak jalan, kenapa harus berhenti disaat dirinya ingin diburu-buru. "Lagi lampu merah ini cantik," ucap pak supir.

Sedangkan di rumah sakit, ibu, bapak, dan adik bayi sedang bersama. Mereka tidak tahu seheboh apa putri perempuannya saat ini. Adik lahir pukul 5 pagi tadi, setelah kontraksi yang dirasakan ibu sejak kemarin akhirnya ia lahir juga. Anak kedua tidak begitu sulit, menurut ibu.

"Gimana ya ekspresi kakaknya nanti," ibu berandai-andai apakah Hazel akan senang, cemburu, atau lainnya, "menurut kamu gimana mas?"

"Seneng pasti, dia kan pengen banget ada adek. Masa tiba-tiba gak suka."

Pintu kamar terbuka. Ibu dan bapak dapat mendengar suara sepatu yang bertabrakan dengan lantai dengan rusuh. Mereka juga dapat mendengar suara mama Pram yang memanggil namanya. "Nah tuh dateng," ucap Pram.

"Ibuuu," panggilnya setengah teriak.

"Ssttt, kenapa lari-lari gini?"

Baru saja Hazel mau naik ke atas kasur, badannya sudah terangkat. Bapak menggendongnya dan membawanya ke kamar mandi. "Cuci tangan dulu, kakak baru dari luar. Kotor."

Setelah mencuci tangannya dibantu oleh bapak, akhirnya ia berhadapan dengan ibu dan adik bayi yang sedang menangis di pangkuan ibu. Jika tadi ia heboh ingin segera bertemu sang adik, kini setelah ia berhadapan langsung kehebohannya langsung hilang.

"Kok diem aja?" tanya bapak. "Adeknya nangis tuh."

"Sama aku?" ternyata ia merasa bersalah ketika melihat adiknya yang menangis, ia merasa apakah adik menangis karena tingkahnya yang heboh barusan.

My Heart Calls Out For YouOnde histórias criam vida. Descubra agora