isn't he..

295 24 7
                                    

Awas ada typo.

Now playing: Ships Passing - Morgan Harper-Jones

























"Woy, tiang sutet."

"Anjir lah, gue punya nama ya bocah Bogor. Nama gue Serdian."

Harfa tersenyum lebar, ia mengalungkan lengannya pada pundak Serdian. Seperti ketika mereka pertama kali bertemu, tapi Serdian lah yang memulai pembicaraan.

"Gimana?" Tanya Harfa.

"Apanya?"

"Kejadian semalem, gimana orangnya?" Serdian menghela napas, kejadian semalam benar-benar membuat jantungnya berdebar.

"Untung gue masih bisa ngerem, kalo nggak, udah beda cerita mungkin."

"Cowok apa cewek?" Tanya Harfa.

"Cowok, umurnya hampir sama kayak kita lah,"

Serdian seakan enggan untuk melanjutkan perkataannya, namun akhirnya ia membuka suara.

"Dan, kayaknya satu sekolah sama kita." Tuturnya.

"Iyakah? Lu kenal?"

Serdian menggeleng, dia hanya anak berprestasi yang kebetulan mempunyai banyak fans, hingga membuatnya mampu mengetahui sedikit banyak anak-anak di angkatannya.

"Tapi, nggak tau juga ya, mungkin anak kelas kita, mungkin juga bukan. Gue nggak tau." Jelasnya.

"Kalo emang dia anak kelas kita, yang mana dulu? Ada banyak, lu tau kan kelas kita anaknya ada 40." Timpal Harfa.

"Iya sih, udahlah. Yok cabut, ngantin bentar nggak ngaruh." Harfa terkekeh mendengar perkataan Serdian, anak yang berprestasi belum tentu tidak pernah membolos.

Dirinya dan Serdian sudah terkenal dikalangan guru BK akibat sering ketahuan membolos, tapi yang menjengkelkan adalah nilai mereka berdua tetap tinggi.

Bahkan Serdian selalu pararel satu di angkatannya, dilanjutkan dengan Danielle dari kelas sebelah, kemudian baru Harfa. Ketiganya selalu berada di peringkat teratas jika sudah menyangkut nilai ujian.

"Tiang sutet!!" Teriak seseorang.

Serdian dan Harfa berbalik badan, maklum keduanya selalu dipanggil tiang sutet karena tinggi mereka.

"Ehh, mbak peringkat dua. Tumben manggil, kenapa nih? Kangen ya?" Pertanyaan Harfa, mampu membuat Danielle, orang yang memanggil mereka tadi pura-pura muntah.

"Najis." Jawabnya dengan ketus.

Harfa sakit hati.

"Ehh, mau ngantin? Sok, aku mau ikut. Kelasku kebetulan jamkos, mayan belum sempet sarapan tadi." Ujar Danielle.

Harfa dan Serdian hanya mengiyakan saja, sudah biasa jika Danielle tiba-tiba ikut bergabung ke kantin dengan mereka. Soalnya pada langganan bolos bareng, solid bos.

Ketiganya memesan bakso, sementara Serdian meminta tambahan tetelan. Duduk di kursi yang berada tepat di tengah-tengah kantin membuat mereka sangat mencolok. Tapi siapa peduli? Perut sudah berbicara, maka rasa malu akan hilang.

Ketika Danielle tengah bersenda gurau dengan dua tiang sutet ini, netranya secara acak menatap ke sosok yang begitu ia kenal.

"Ehh," celetuknya tanpa sadar.

"Kenapa?" Tanya Harfa.

"Itu," Danielle menunjuk ke arah seorang pemuda berambut coklat yang mengenakan kacamata, sedang berjalan menuju ke perpustakaan. Melewati kantin, karena aksesnya lebih cepat. "Kayak Yarfa."

"Yarfa, siapa?" Tanya Seeun.

"Temen sekelas ku, peringkat 4. Anaknya misterius banget, jarang ngobrol, tapi banyak yang kenal." Jelas Danielle sembari menyendok baksonya

Serdian menatap sosok Yarfa dengan cermat. Rambutnya, kacamatanya, Seeun sepertinya sedikit familiar dengan sosok tersebut.

"Isn't he.."

Ucapan Serdian mengundang tanda tanya dari Harfa dan Danielle. Mereka tau Seeun itu gila, tapi ternyata sudah sampai pada tahap berbicara sendiri.

"Woy." Serdian terperanjat ketika Harfa menepuk pundaknya.

"Kaget gue sialan. Kenapa?" Tanyanya dengan nada ketus.

"Ngeliatin siapa lu?"

"Ga ada."

Harfa memicingkan matanya, benar-benar merasa aneh dengan teman tiangnya ini.

Sementara Serdian masih terus memikirkan sosok yang dipanggil Yarfa itu. Sosoknya benar-benar mirip dengan pemuda yang semalam tak sengaja ia tabrak.

Mulai dari warna rambutnya.

Serdian benar-benar mengingat warna rambut pemuda itu adalah dark brown dan di style sedikit bergelombang dan menutupi poni.

Kacamatanya, memiliki frame bundar dan gagangnya berwarna hitam. Serdian mengingat kedua detail itu dengan sangat jelas.

"Bro, cabut yuk. Ke kelas."

Serdian menyuruh Harfa untuk duluan, kemudian Danielle pamit ingin kembali ke kelas juga. Hanya tersisa Serdian sendirian, dengan pikiran yang dipenuhi oleh sosok pemuda kemarin malam.

"Isn't he.. the one that I crashed on Thursday night?"

 the one that I crashed on Thursday night?"

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Danielle Natasya Berliana





















































Hey yo wassup, gimana ceritanya? Semoga suka ya.

Let's make this book not complicated cuz I already stressed out with senior high school:)).

Fvck update hari Ahad, mending sekarang, mood saya agak amburadul ^-^. Niatnya pengen bikin playlist buat book ini, gimana? Setuju ga? Komen ya.

Jangan lupa vote n komen ya, dan juga beri kritik dan saran supaya ceritanya lebih baik lagi ok bye bye 😁.

Accident Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz