It's (not) a date..

70 12 0
                                    

Awas ada typo.

Now playing: Labyrinth - Taylor Swift



























"Tapi, mama gimana?"

Pertanyaan itu telah Yarfa tanyakan sebanyak 20 kali pada mamanya, tak mempedulikan Serdian yang sudah menunggunya. Mamanya lebih penting, untuk saat ini.

Serdian terkekeh melihat reaksi mama Yarfa yang sepertinya sudah jengah. Terlebih ketika Yarfa bertanya sesuatu yang terdengar mengkhawatirkan mamanya namun dengan wajah datar seperti triplek.

"Kamu jalan-jalan aja sana, mama nggak papa dirumah." Punggung Yarfa di dorong sampai dirinya keluar dari rumah. Diikuti juga oleh sosok Serdian yang tersenyum penuh arti ke arah mamanya Yarfa. "Udah, have fun aja, mama bisa jaga diri. Jangan lupa oleh-oleh."

Pintu tertutup, bahkan terdengar suara pintu tersebut dikunci dari dalam.

Yarfa sedang diusir secara halus atau bagaimana?

"Ekhem," Yarfa menoleh, sepertinya ia melupakan adanya sesosok makhluk astral di sampingnya. "Jadi, kita pergi sekarang, atau masih mau bujuk mama?" Pertanyaan Serdian terdengar seperti sindiran halus.

"Sekarang, aku udah diusir secara halus sama mama." Kesal Yarfa.

Serdian mengangguk, ia menggenggam tangan Yarfa, tak menghiraukan empunya yang terkejut. CBR250RR milik Serdian telah menunggu mereka.

Yarfa mematung. Ia memang sering menaiki motor seperti itu, namun jika dibonceng, Yarfa ingin berbalik arah dan masuk kembali ke rumahnya.

"Kaget ya?" Serdian terkekeh, melihat raut wajah Yarfa yang seakan mengumpat ke arah motornya. "Motor satunya dipakai ayah, tinggal Thunder doang." Tuturnya.

"Thunder?" Serdian tersenyum tipis. "Nama motorku, udah, ayo naik."

Yaa, agak susah-susah gampang buat naik motor besar kayak gini. Buat yang mengemudi gampang, buat yang dibonceng susah.

"Bisa naiknya?"

Setelah sedikit susah payah, akhirnya Yarfa dapat duduk dengan benar, Serdian menyalakan mesin motor kemudian melajukan motornya menjauh dari pekarangan rumah Yarfa.

"Mau jalan-jalan kemana?" Yarfa mengerutkan kening, ia kira Serdian sudah tau tujuan destinasi mereka. "Aku emang ngajak kamu jalan-jalan, tapi untuk tempatnya kamu yang milih aja. Aku nggak tau seleramu kayak gimana, takutnya kamu nggak suka." Terang Serdian.

Yarfa tertegun, wajahnya kembali merona entah untuk sekian kalinya. "Ke Gramedia, boleh?" Suara lirih Yarfa untungnya masih dapat Serdian dengar, sang dominan mengangguk. Kuda besi itu melaju cepat membelah jalanan kota, semilir angin berhembus.

Surai kecoklatan itu terkena terpaan angin, memperlihatkan kening yang semula tertutupi oleh poni. Serdian mengintip sedikit dari arah spion, bagaimana si manis memejamkan kedua matanya sembari menikmati terpaan angin sore.

Menawan, adalah kata yang mampu mendeskripsikan sosok Yarfa. Bagaimana Tuhan mampu menciptakan sosok yang begitu cantik dalam hidup ini, bibir merahnya, pipi gembilnya, bulu matanya yang lentik.

Serdian menyukai itu semua.

'I fall for you even harder, and I hope, you've fall for me too.'

-----

Aroma sandalwood yang khas mampu memberikan kesan tenang pada tempat ini, tempat yang membuat Serdian menemukan sosok lain dalam diri Yarfa.

Gramedia.

Accident Where stories live. Discover now