Getting close?

100 16 6
                                    

Awas ada typo.

Now playing: Fallingforyou - The 1975




































Jemarinya mengetuk-ngetuk alas meja, gelas berisi kopi hitam itu telah tanggal setengah. Waktu telah menunjukkan pukul 16.54, sementara yang ditunggu belum menampakkan batang hidungnya.

Klinting!

Suara lonceng yang berada di atas pintu terdengar di telinganya, menampakkan sosok pemuda yang menggunakan masker dengan jaket hitam, serta rambut berponi tanpa kacamata.

Itu dia. Sosok yang telah membuatnya menunggu selama ini.

 Sosok yang telah membuatnya menunggu selama ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Serdian diam. Rupanya selera berpakaian anak itu tidak main-main juga.

"I thought, you hate being late, Yarfa Radjasa Rafendra." Serdian menyindir Yarfa, yang terkenal benci dengan kata "telat".

Pemuda itu membuka maskernya dan menyeringai tipis. "Apologize for being late, Serdian Nares Ardana. The traffic is always busy, perhaps you can accept my reasoning."

Serdian menggeleng, mempersilahkan Yarfa untuk duduk. Cerita bagaimana keduanya dapat berada dalam satu meja cukup klise.

"What are you going to talk? I don't have much time left." Serdian mengecek arlojinya, pukul 17.15 ia sudah harus pulang ke rumah. Anak-anak gengnya sudah menunggu.

"Just a small thing." Yarfa mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Menyerahkannya pada Serdian. "Read it first, then tell me what you wanna change."

Serdian menerima sebuah kertas yang telah terlipat itu, membukanya dan mulai membaca tiap isi kalimat yang tertera.

"Shit." Kata umpatan itu keluar dari bibirnya, apa yang ada di pikiran Yarfa? Apakah pemuda itu memang segila ini?

"You must be joking, right?"

Pupus sudah, Yarfa menggeleng. Tandanya ia tak sedang bermain-main sekarang, is a serious conversation. Dan Serdian, benci hal-hal yang berbau serius seperti ini.

"Lu gila ya? Gue kira orang paling misterius nggak akan segila ini." Sarkas Serdian.

"Now you meet one." Seringai Yarfa terlihat jelas, satu hal yang harus kalian ingat. Tidak selamanya yang pendiam dan misterius akan selalu seperti itu, mereka "belum" menunjukkan dirinya yang asli.

Serdian memijit keningnya, pusing menyerang tanpa permisi.

"Mau lu apa?" Tanya Serdian dengan nada tegas.

"Mau ku?" Yarfa nampak berpikir, meskipun masih menyeringai saat melihat wajah terkejut Serdian. "You, and me. Together."

Yarfa menyenderkan tubuhnya, tangannya terlipat. Kini, hanya perlu menunggu keputusan dari ketua geng dihadapannya.

"So," Yarfa mencondongkan tubuhnya, menatap obsidian milik Serdian lekat. "What's your answer?"

Serdian diam. Ia bingung, peluh membanjiri tubuhnya, jantung berdegup kencang. Ingin sekali ia berteriak di depan wajah Yarfa kau sudah gila! Namun- itu hanya akan memperkeruh keadaan.

"Tik.. tok.. tik.. tok.."

Shit. Rupanya Yarfa sudah segila itu.

"Fine," Serdian menyerah, tidak, ia membuat sebuah rencana. "Tapi, ada syaratnya." Tegas Serdian.

"I'm okay with that, just say it." Yarfa berujar sombong.

"Let's do skinship." Melihat wajah sombong itu menjadi terkejut, memberikan kebahagiaan tersendiri bagi Serdian. Ia tau persis, Yarfa sangat membenci sentuhan fisik.

"Gimana? Lu mau nggak?"

Yarfa mengepalkan tangannya, tak menyangka dirinya akan berakhir seperti ini. Jika kita mungkin menyebutnya: senjata makan tuan.

"Tik.. tok.. tik.. tok.."

Bahkan Serdian juga menirukan suara jam, sama seperti Yarfa tadi.

"5.., 4.., 3.., 2.., sat-"

"Gue mau." Final Yarfa.

Serdian menyunggingkan senyumnya, oh dear, look at him. Fall for his own traps.

"So," Serdian membenahi kerah bajunya. "We're officially, uh sorry. Unofficially, become close." Serdian mengakhiri kalimatnya dengan seringai. Tanda kepuasan.

Serdian memanggil seorang pelayan, membisikkan sesuatu padanya. Tak berselang lama, pelayan itu kembali dengan segelas minuman.

"For you," Serdian meletakkan gelas tersebut di hadapan Yarfa. "Sweet cappucino latte, you don't like bitter."

Yarfa memalingkan wajahnya, bagaimana Serdian tau ia tak menyukai rasa pahit? Sialan.

Serdian menatap wajah Yarfa yang perlahan memerah, ohh, beginikah rasanya menjahili anak paling misterius di sekolah?

Serdian beranjak dari kursinya, berjalan ke arah kasir. Meninggalkan Yarfa yang wajahnya masih memerah tanpa sebab. Darahnya berdesir, wajahnya merah sempurna.

"Hei,"

Yarfa menoleh, netranya terbelalak melihat wajah Serdian yang berada tepat di depannya, hanya berjarak beberapa jengkal saja. Sial. Otaknya tak dapat berpikir jernih, tatapannya tanpa sadar menatap ke arah benda itu.

Merasakan bagaimana kelembutan benda itu begitu menyentuh miliknya, bagaimana ciuman pertamanya mungkin akan terenggut oleh pemuda ini.

"Hei."

Yarfa terkejap, oh fuck. Imajinasinya terlalu liar, ia memalingkan wajahnya. Tak sanggup menatap wajah tampan Serdian yang berada di hadapannya.

Ya. Yarfa mengakui ketampanan Serdian.

"I know your wildest dreams. You'll never regrets it, naughty bunny." Ucap Serdian dengan suara serak.

Fuck you Serdian Nares Ardana.




















































Hey yo wassup, gimana ceritanya? Semoga suka ya.

Aku nulis apaan ya Gusti:)) gapapa, liar dikit ga ngaruh wir. Kangen ga? Kalo ga yaa, gapapa sih:⁠^⁠)

Jangan lupa vote n komen ya, dan juga beri kritik dan saran supaya ceritanya lebih baik lagi ok bye bye 😁.

Accident Where stories live. Discover now