Go die, bastard.

83 16 3
                                    

Awas ada typo.

Now playing: Derana - For Revenge








































"Ndase to jancok! Lu edan apa gimana!?"

Si Harfa, Serdian baru pulang terus cerita dikit udah dikata-katain. Padahal baru awal-awal, kalo pas denger akhirnya, gimana?

"Gek tekan omah wes di pisuhi. Asu emang og." Maki Serdian.

Yaa, tinggal doang di Jakarta, kalo ngamuk tetep bahasa Jawa.

"Santai-santai, dibawa tenang dulu saudara-saudara. Tarik napas, buang." Titah Hervan.

Theo sama Anton nyimak aja, soalnya kalau nimbrung malah nggak mudeng ini dua bayi. Terus ada yang namanya Johan, ini yang lebih sering mengamati saja.

Males nimbrung, toh ujung-ujungnya ini sutet Jatinegara sama sutet Bogor bakal baikan.

"Terus, lu terima?" Harven penasaran banget edan, kalo habis ini pingsan bukan salah Serdian.

"Iyalah."

"HAH???"

Duh, salah ngomong si Serdian.

"Tenan di terima!??" Pekik Hervan.

"Kowe ora ngarang to!!??" Cecar Johan

"Cok! Serdian wes edan!" Harfa stress level kayang.

Serdian bingung sendiri, mereka yang tanya mereka juga yang kaget. Kan orang ganteng bingung.

Theo sama Anton masih nyimak aja, walaupun sama kagetnya.

"Ser, lu.. yakin? Maksud gue, yang lu terima ini Yarfa, kalau itu orang lain gue nggak peduli. Tapi, Yarfa? Beneran?" Serdian paham maksud Harfa, Yarfa bukan anak yang terbuka. Misteri yang ia simpan terlalu banyak.

Serdian juga kembali memikirkan keputusannya, apakah ini sudah tepat? Kalau dipikir-pikir, ini kali pertama Serdian berpikir sekeras ini.

Biasanya mah, boro-boro. Mikir buat ulangan aja udah sujud syukur si Harfa.

Ketika Serdian masih sibuk berpikir, secara tiba-tiba, Anton dan Theo merangkul pundaknya secara bersamaan. Anton di sebelah kanan dan Theo di sebelah kiri.

"Santai aja kapten," ujar Anton.

"Selama yang tujuan kapten jelas dan baik, semuanya pasti akan baik-baik aja." Sambungnya. Serdian terkesima, tumben banget bocil ini cara bicaranya dewasa.

Theo mengangguk, mengiyakan. "Kalau ada masalah cerita aja, nggak usah sungkan. Kita kan keluarga, ya nggak?" Anton mengangguk setuju.

Harven tertawa, ya beginilah nasib kalau ada bocah di geng mereka. Selalu dibuat ketawa sama tingkahnya.

"Udah, ketawa terus dari tadi. Laper gue, gas cari makan." Ajak Serdian.

"Tante nggak masak?" Tanya Anton.

"Ibu lagi pergi keluar, belum masak. Gue bisa masak sih, cuma, karena yang makan kalian nih ye. Gue nggak mau masuk penjara gara-gara ngeracunin anak orang." Jelas Serdian.

"Gue masakin."

Johan berdiri dan melangkah ke dapur, meninggalkan teman-temannya yang masih berada di ruang depan. Tak berselang lama, ada Hervan yang ikut ke dapur juga, mungkin kasian kalau Johan harus masak makanan banyak buat mereka yang makannya porsi kuli.

"Asiikk. Dimasakin sama kak Johan." Girang Anton.

Beginilah nasib bocah kalo masuk ke sebuah geng, bakal selalu jadi bayi. Serdian nggak masalah, toh dia juga suka kalau adiknya itu Anton.

Accident Onde histórias criam vida. Descubra agora