Really??

85 14 4
                                    

Awas ada typo.

Now playing: Apa Mungkin - Bernadya
























"Good morning Yarfa!"

Mulai harimu dengan ucapan selamat pagi.

Pemuda berkacamata itu berusaha untuk tetap tenang, konsentrasinya tak boleh terganggu ketika tengah membaca.

"Baca buku apa?"

Serdian mengalungkan lengannya pada pundak Yarfa, perlakuan tiba-tiba dari Serdian cukup membuat Yarfa mematung. Ia sedikit menjauhkan tubuhnya dari Serdian.

"Ehh," Serdian menyingkirkan lengannya dari pundak Yarfa. "Maaf maaf, reflek." Jelasnya.

Yarfa menjauhkan diri dari Serdian, rasa tidak nyamannya semakin bertambah setelah apa yang Serdian perbuat.

Serdian menggaruk tengkuknya, merasa canggung setelah berhasil membuat Yarfa semakin menjauhinya.

"Gue duluan."

Serdian merutuki dirinya sendiri yang telah kelewat batas, Yarfa pasti akan semakin membencinya. Sementara itu, Yarfa masih terdiam di tempatnya.

Ia menyentuh pundaknya, tepat dimana Serdian merangkulnya tadi. Rasanya aneh dan, asing.

"Itu yang namanya pelukan?"

Yarfa kembali berpikir, hal itu dapat dikatakan sebuah pelukan ketika dua insan saling berdekatan kemudian merasakan rasa nyaman. Tadi hanya Serdian yang mengalungkan lengannya, apakah itu yang dinamakan pelukan?

"Memangnya ada hal lain selain pelukan?" Tanyanya bingung.

"I should learn about physical touch even more."

—————

"Gimana?"

Serdian menggeleng. Danielle semakin frustasi, sementara Harfa sibuk dengan dunianya sendiri.

"Did he say something?" Serdian menggeleng lagi. Sudah terlihat jelas bahwa Yarfa sangat menolak kehadirannya, mengapa ia selalu memaksakan diri?

Yarfa dan dirinya bahkan tak pernah bertegur sapa, lalu tiba-tiba ia memintanya untuk menjadi teman? Hal konyol macam apa itu?

"Nah, he's feeling uncomfortable around me. Maybe.. I should give-"

"Sejak kapan Serdian Nares Ardana jadi gampang nyerah?" Sarkas Harfa.

Serdian diam.

Iya juga.

Sejak kapan ia jadi gampang menyerah seperti ini?

Harfa mengalihkan perhatiannya, ia menatap Serdian lamat-lamat.

"Kalo lu mau sesuatu, perjuangin hal itu." Ucap Harfa penuh penekanan. "Kecuali,"

Harfa mengalihkan pandangannya, ia berfokus pada ponselnya sekarang.

"Lu mau kehilangan sesuatu yang belum sempat lu dapatkan."

Okay, Serdian never expected that Harfa would say something like that. In front of his face.

"Tapi, gimana ya. Kita bahkan nggak saling kenal."

Accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang