Bab 15. Merasa Bersalah

44 16 16
                                    

"Tetaplah bersamaku, jangan pernah lepaskan aku."
-Adnan Khairi Al-Haqqi-   

Nadya akhirnya tenang dipelukan Rafka. Teman-teman Nadya datang berkunjung menemui Nadya. Mereka berteriak sangat panik, terutama Silvia. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan Nadya.

"Nadya, lo nggak apa-apa kan?" Silvia berteriak panik.

"Gimana kondisi bokap lo?" Dinda melihat kaca ruangan Hengky. Hengky terbaring lemah.

"Bokap lo sakit apa Nad?" Mira khawatir dengan kondisi Hengky.

"Bokap gue sakit jantung, gue nggak apa-apa, gue cuman pengen doa dari kalian, buat kesembuhan bokap gue." Nadya berusaha baik-baik saja.

"Syukurlah, kita sangat khawatir lho Nad," ucap Dinda.

"Oo,ya! Kita kangen banget sama lo Nad." Silvia menatap kearah Rafka.

"Yaelah, paling kangen Kak Rafka. Lo tahu Nad, hampir tiap hari disekolah Silvia nanyain Kak Rafka terus." Mira mencoba mencairkan suasana yang tegang.

"Nggak usah bilang depan Kak Rafka kali. Gue malu tahu." Silvia menutup wajahnya malu.

"Ngaku aja Sil, giliran ada orangnya aja cuek. Giliran nggak ada ditanyain." Dinda sengaja mengatakan itu, ia ingin mencomblangkan Rafka dan Silvia.

"Tanya aja sama Abang gue, mau enggak? Kalau Abang gue mau ... Yaudah gue restuin." Nadya terkekeh dengan tingkah jail sahabatnya.

"Yeay! Makasih Nadyakuh." respect Silvia memeluk Rafka kegirangan.

"Salah orang woy, jangan modus lo Sil." Dinda menarik baju Silvia. Sedangkan Rafka hanya tersenyum geli melihat tingkah Silvia.

Rafka merasa senang dengan kedatangan, Dinda, Silvia, dan Mira memberikan hal positif pada Nadya. Nadya melihat Rafka sedaro tadi tersenyum menanggapi ocehan Silvia. Ini saat yang tepat. Nadya bertanya pada Rafka.

"Bang, jadi gimana?" Nadya mencoba menggoda Rafka.

"Apanya Nad?" Rafka saling bertukar pandang dengan Nadya.

"Abang suka sama Silvia?" Nadya bertanya dihadapan Silvia.

"Sekolah dulu yang bener Sil. Nanti kalau kamu udah lulus kuliah ... Saya akan melamar kamu," Rafka tersenyum. Seraya melirik Silvia yang salah tingkah.

"Aaa, gue harus hubungi Mamah! Terimakasih ya Allah. Engkau telah mengabulkan doa hamba." Silvia berteriak tanpa rasa malu.

"Mau peluk?" Rafka menggoda Silvia.

"Mau banget!" Silvia menjawab dengan cepat.

"Banyak orang malu! Nanti aja kalau saya melamar kamu," Rafka gemas dengan tingkah Silvia. Sementara pipi Silvia merah bak kepiting rebus.

Sinta berada diruangan dokter. Seorang dokter laki-laki menjelaskan kondisi Hengky. Saat ini Hengky sedang kritis. Hengky harus dirawat inap selama satu bulan penuh. Tergantung pendonor jantung untuk Hengky. Hengky harus segera menjalani operasi jantung. Jika tidak, nyawa Hengky tidak akan terselamatkan. Dokter tersebut menyarankan Sinta segera mencari pendonor jantung yang bersedia.

"Dok, apakah Suami saya bisa sembuh?" Sinta bertanya, ia sangat khawatir dengan kondisi suaminya.

"Insya Allah, tapi Ibu harus mencari pendonor jantung secepatnya, karena jantung Pak Hengky sudah kronis," ucap dokter tersebut.

"Dok, saya harus mendapat donor secepatnya? Tapi apa dokter bisa menjamin, suami saya sembuh kembali?" Sinta sangat syok, selama ini Hengky tak pernah bercerita perihal penyakitnya.

"Tidak ada yang mustahil, selagi Allah berkehendak." Dokter tersebut mencoba meyakinkan Sinta."

"Baik dok, saya akan mencari donor secepatnya." Sinta mengangguk setuju.

"Baik, Bu Sinta." Dokter tersebut tersenyum.

Nadya memasuki ruangan Hengky. Nadya tak kuasa menahan air matanya, ia berbicara pada Hengky. Meskipun Hengky sedang kritis. Nadya memeluk Hengky, ia merasa penyebab kejadian yang menimpa Ayahnya.

"Assalamualaikum, Ayah Nadya kangen, Nadya pengen cerita lagi sama Ayah. Nadya sayang banget sama Ayah. Ayah cepet sembuh ya, maaffin Nadya Ayah. Kalau Ayah bangun ... Nadya Janji, Nadya bakalan tururin semua omongan Ayah. Nadya nggak akan bandel lagi. Nadya cuman pengen Papa bangun." Nadya memeluk Hengky, seraya menitikan air matanya.

Setelah keluar ruangan Dokter ... Sinta seperti orang kebingungan, ia pergi ketaman untuk menenangkan pikirannya. Sinta harus meminta bantuan siapa? Mencari pendonor jantung itu, tidaklah semudah apa yang ia bayangkan. Lima menit kemudian ... Sinta mendapat telpon dari Sarah, Sarah menanyakan keadaan Nadya, apakah Nadya baik-baik saja. Dan tentu saja Sarah ingin Nadya cepat kembali ke pesantren.

"Assalamulaikum, Bu ini saya Sarah. Saya cuman mau tanya kabar Nadya. Apakah dia baik-baik saja? Tolong sampaikan, saya rindu Nadya. Saya cuman ingin Nadya balik lagi ke pesantren," kata Sarah-lewat sambungan telpon.

Sinta tersenyum, ia tersentuh mendengar ada yang menyayangi puterinya, "Wa'alaikummussalam, Nadya baik-baik aja kok. Terimakasih telah menyayangi Puteri saya. Dan maaf Nadya sementara izin dulu mondok di pesantren. Soalnya suami saya lagi dirawat dirumah sakit."

Sarah terkejut mendengar kabar duka yang menimpa Sinta, " Innalilahi, semoga cepat sembuh Pak Hengky. Nanti saya dan keluarga saya akan menjenguk kesana. Oo,ya! Saya izinkan Nadya cuti sampai Pak Hengky sembuh."

Sinta sangat bersyukur Isteri dari sahabat Suaminya, memang sangat baik, "Terimakasih ya Bu Sarah, kalau kesini tidak usah repot-repot membawa apapun. Bu Sarah menjenguk saja, saya sangat senang.

Sarah tersenyum, "Tidak apa Bu, saya sudah terbiasa dengan hal seperti ini."

Sinta izin mengakhiri percakapan mereka. Karena ada banyak hal yang harus ia urus, "Kalu begitu, saya tutup telponnya ya Bu. Assalammulaikum."

Sarah menjawab salam tersebut. Sembari mematikan telponnya," Wa'alaikummussalam, silahkan Bu."

Tanpa sepengetahuan Sarah, diam-diam Kevin mendengarkan percakapan mereka. Kevin mencoba kabur dengan cara apapun agar ia bisa ke rumah sakit menjenguk Ayahnya Nadya. Kevin mengelabui Satpam yang sedang tidur berjaga dimalam hari. Saking asik terlelap dalam mimpi. Satpam tersebut lupa mengunci pintu gerbang.

"Aman, gue rasa gue bisa bebas kabur." Kevin mengendap-ngendap.

Kevin pergi ke jakarta memesan taxi online. Kevin tak menghiraukan seberapa mahal biayanya. Yang Kevin khawatirkan hanya Nadya untungnya Kevin masih memiliki sisa uang di saku celanya, serta kartu black card. Bebarapa menit kemudian taxi online tersebut sampai di jembatan sebelum pesantren.

"Dengan Mas Kevin? Silahkan naik Mas,"  seorang sopir taxi tersebut tersenyum.

"Iya Mas, terimakasih." Kevin tersenyum ramah.

"Sama-sama Mas." balas sopan sopir taxi tersebut.

"Nad gue harap lo baik-baik aja, gue sangat khawatir." Kevin berucap dalam hatinya, sembari memandang foto Nadya yang ia save dari akun LINE Nadya.

Rafka masuk kedalam ruangan Hengky. Rafka mencoba membujuk Nadya, agar Nadya mau makan walaupun satu suap atau lima suap.

"Nad sayang, makan dulu yuk! Abang udah beliin makanan, buat kamu." Rafka membujuk Nadya.

"Nggak mau Bang. Nadya mau disini aja, temenin Ayah." Nadya menolak ajakan Rafka.

"Hey, sayang kok gitu? Kalau kamu sakit yang repot siapa?" Rafka mengelus rambut Nadya.

"Tapi dikit aja ya." pinta Nadya memelas.

"Iya sayang." pelan-pelan Rafka menyuapi Nadya. Hingga tak ada yang tersisa dalam piring tersebut.



Annyeong hasaeyo guys
Kumaha damang?
Apakabar?
Gimana ceritanya seru kan? Pasti dong!
Kuy tinggalkan JEJAK 🥰
Kalian tim Adnan Or Kevin?
Instagram: daisylova04
🥰😍

Rumah Singgah Kean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang