21. Menindak Lanjuti Kasus

20 12 7
                                    

"FORGET ABOUT THE ONE, WHO CAUSED YOU PAIN."

(Lupakan seseorang, yang membuatmu sakit)

Q.S. At-Taubah (9):40

Terkadang semesta menitipkan yang terbaik, bukan untuk selamanya. Tapi, belajar untuk menghargai apa itu cinta. Bisa saja cinta hanyalah ujian semata. Karena Allah mencintai hambanya melebihi apapun. Begitu pula dengan kasus yang menimpa Nadya, Rafka segera menindak lanjuti kasus ini lewat jalur hukum. Tapi, Adnan menyuruhnya untuk bersabar, karena Adnan sudah bekerjasama dengan polisi. Polisi yang akan menemukan pelaku sebenarnya.

"Kenapa kamu baru cerita sekarang Nad?" Rafka menggeram sangat kesal.

"Mau cerita gimana, orang Nadya baru sadar iih, Abang mah katanya pinter." Nadya menggelengkan kepalanya.

"Hehe, abis Abang panik sih." Rafka menyengir.

"Terus luka lo gimana Nad?" Kevin melihat seluruh lengan Nadya memakai perban.

"Alhamdulillah, sekarang gue nggak apa-apa." Nadya tersenyum, ia mencoba terlihat baik-baik saja.

"Jangan khawatir, dokter bilang kalau luka Nadya tidak terlalu serius, dan untungnya masih ada stock darah dirumah sakit." Adnan tersenyum sembari menjelaskan kondisi Nadya.

Tadinya Rafka ingin menelpon pengacara. Namun, Nadya dan Adnan mencegahnya. Rafka mengurungkan niatnya. Ia tertegun dengan perkataan Adnan, yang selalu dewasa menyikapi berbagai masalah.

"Tuh kan, udah deh Abang jangan berlebihan, nggak usah pake nyewa pengacara segala." Nadya memutar bola matanya sebal.

"Lah? Kok jadi kamu yang sebel? Kamu nggak tahu Abang khawatir apa." Rafka menangkup pipi Nadya.

Nadya berdecak pelan," Iya deh, gimana Abang."

"Raf, apa yang Nadya katakan bener lho, lagipula saya sudah menyerahkan kasus ini pada polisi, saya harap kamu bersabar." Adnan menepuk bahu Rafka pelan.

"Oo, ya! Bang, ustadz, saya ada urusan sebentar, saya permisi," ujar Kevin berlalu pergi meninggalkan mereka bertiga.

"Iya, silahkan Kevin." Adnan mempersilahkan Kevin.

Kevin terburu-buru melajukan motornya, Kevin harus menemukan barang bukti yang menunjukan sidik jari seorang pelaku perempuan. Kevin sampai dihutan, ia menemukan sebuah gudang tua yang tak terpakai. Kevin memasuki gudang tersebut, ia mengendap-ngendap. Dengan penuh hati-hati Kevin menemukan sebuah silet yang penuh darah. Sarung tangan bedah yang biasa dipakai seorang dokter, terdapat banyak darah dalam sarung tangan tersebut.

"Gue nggak tahu siapa pelakunya, tapi dengan bukti ini, gue harap pelakunya secepatnya ditangkap, gue bakalan bawa ini kekantor polisi." Kevin segera membawa semua bukti tersebut, Kevin memasukannya kedalam kresek, lalu ia simpan di jok motor. Tak lupa, Kevin memfoto semua barang bukti.

Kevin tidak tahu bahwa dari arah belakang seseorang misterius mendekat kearahnya, seseorang itu membawa balok kayu. Ia memukul bahu Kevin dengan sekali hantam. Sontak Kevin merasa pusing, tak lama kemudian ia pingsan. Seseorang misterius itu mengambil barang bukti dari jok motor Kevin.

"Bodoh banget sih lo! Jangan pernah main-main sama gue! Liat aja, lo nggak bakalan bisa laporin gue!" Seseorang misterius itu tersenyum smirk, berniat membakar semua barang bukti. Untuk menghilangkan jejaknya.

Tiga orang pasukan polisi datang kerumah sakit memberitahukan Adnan dan Rafka. Bahwa mereka belum mendapatkan bukti apapun, pelakunya benar-benar menghilang tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Polisi tersebut menjelaskan bahwa gudang tempat disekap Nadya, sudah dibakar oleh pelakunya.

Rumah Singgah Kean Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt