Bab 10. Bermain Basket

87 24 20
                                    

"Jika memang ini terbaik untukmu. Biarku mencoba merelakanmu."
-Adnan Khairi Al-Haqqi-    

Bastian celingak-celinguk mencari keberadaan Kevin. Ternyata Kevin malah jalan kaki tidak jelas. Bastian akhirnya menemukan Kevin. Bastian menjewer kuping anaknya. Kevin sangat bebal, namun penurut.

Kevin mengaduh kesakitan," Aduh Pa sakit. Kevin mau di ajak kemana Pa?"

"Kamu darimana aja Vin? Papa sampai kebingungan cari kamu!"Bastian memarahi Kevin.

"Maaf Pa, tapi lepasin dulu Kevin, biar Kevin jelasin." Kevin semakin kesakitan, jeweran Bastian membuat telinganya merah.

"Nggak perlu, nah udah sampe, inget Vin jaga sikap. Jangan sampe mempermalukan Papa." Bastian menasehati Kevin.

"Siap Pa." Kevin mengangguk.

Bastian mengetuk pintu rumah Sarah Dan Dika. Tak lama kemudian Adnan yang muncul dihadapan Kevin dan Bastian. Kevin mengeretkun dahinya heran. Ustadz ini bukannya yang telah menolong Nadya? Sial mengapa masih muda. Kevin harap ustadz ini tidak akan merebut Nadya darinya. Cepat-cepat Kevin menepis pikirannya.

"Assalammualaikum, Nak Adnan, saya mau menemui Umi sarah dan ustadz Dika apakah ada?" tanya bastian pada Adnan.

"Wa'alaikummussalam, Umi sama Abi sedang pergi keluar sebentar, silahkan masuk." Adnan mempersilahkan mereka masuk kedalam rumahnya.

"Baiklah, jadi begini Nak Adnan ... Anak saya Kevin ingin masuk ke pesantren ini," ucap Bastian terus terang.

"Jadi laki-laki ini yang udah nyakitin Nadya? Ada apa sebenarnya? Mengapa harinya begitu gelisah." Adnan berseteru dalam hatinya.

"Dan ini formulirnya Nak Adnan, semua data-datanya lengkap." Bastian membuyarkan lamunan Adnan.

"Baik, Pak, nanti saya sampaikan pada orang tua saya, dan sekarang Kevin boleh ikut saya ke asrama khusus Putera." ujar Adnan.

"Baiklah, saya titip anak saya, saya permisi. Assalamulaikum." Bastian menjabat tangan Adnan.

"Wa'alaikummussalam, Insya Allah Pak." Adnan tersenyum.

Dalam perjalanan asrama khusus Putera Kevin mengatakan perihal hubungan dirinya dan Nadya.

"Oo, ya! Ustadz gue sama Nadya itu pacaran, dan nanti kalau udah lulus, gue sama Nadya akan tunangan." Kevin tersenyum smirk, sembari melirik kearah Adnan.

"Alhamdulillah, saya senang mendengarnya." Adnan tersenyum tulus.

"Anda tidak cemburu?" Kevin menautkan sebelah halisnya

"Saya sudah punya calon isteri," jawab Adnan dengan santai."

"Baguslah, semoga langgeng ustadz," sahut Kevin terlihat bahagia." Jangan lupa undangannya."

"Iya." balas Adnan.

Nadya tak bisa fokus apa yang diajarkan oleh pembimbing materi tazwid. Nadya gelisah memikirkan perkataan Adnan tempo hari. Nadya ingin rasanya mencurahkan hatinya. Namun, enggan rasanya. Nadya rasanya ingin menghindar terus dari Adnan. Tapi, sampai kapan?

Rumah Singgah Kean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang