Bab 20. Seseorang Misterius

29 14 11
                                    

"EVEN A BROKEN HEART, CAN BEAT AGAIN."

(Bahkan sebuah hati yang patah pun, bisa berdetak lagi)

Q.S Az-Zumar (39:53)

Kevin dan Rafka segera kerumah sakit
Islam Jakarta Cempaka Putih, sesuai lokasi yang dikirimkan Adnan. Perjalanan yang mereka tempuh sekitar 2 jam lamanya. Karena, ibu kota Jakarta sangatlah macet. Pagi hari mereka pun sampai, mereka menginap di sebuah hotel terdekat rumah sakit. Mereka beristirahat sebentar, biar sore nanti bisa menjenguk Nadya. Sinta sudah tahu bahwa puterinya  dirawat, dan lekas membaik, ia memang sangat senang. Tapi, ia harus menyembunyikan hal ini, agar Hengky cepat pulih. Sebelumnya Nadya merajuk karena Adnan tak merespon ucapan yang ia lontarkan untuk Adnan. Adnan berusaha memberi Nadya pengertian. Nadya bersikukuh mendiamkan Adnan selama 2 jam lamanya.

Adnan memberikan pengertian pada Nadya," Nad, kenapa diemin saya terus?"

Nadya tak merespon, ia berdehem," Hmmm."

Adnan berusaha sabar," Nad, kalau kamu jujur saya nggak akan marah, tapi saya mohon, jangan diemin saya kayak gini."

Nadya menghela napasnya pelan," Salah Mas sendiri, kenapa nggak merespon ucapan Nadya? Mas, nggak suka Nadya?"

Adnan tersenyum, ia memberikan sedikit nasehat," Nad, saya bukan laki-laki yang mudah merayu, menggombal, banyak janji, jika tepat waktunya saya beri jawaban, sekarang jangan marah lagi ya?"

Nadya mengangguk—pertanda ia mengerti,"Nadya paham Mas, Nadya nggak akan marah lagi."

Adnan tersenyum lega," Kalau ada apa-apa, jujur sama saya, kalau ada salah diingetin, saya nggak mau sampe kamu mendiami saya lagi."

Nadya terlihat memelas," Maaf ya Mas, abisnya Nadya kesel tadi! Sekarang nggak kok, Nadya kan bakalan terbuka sama Mas."

"Alhamdulillah, syukurlah kalau kamu ngerti,"ujar Adnan.

Sore hari pukul 15:30 selepas salat ashar Rafka dan Kevin menjenguk Nadya. Mereka sengaja tidak memberi tahu Nadya, biar suprise katanya. Nadya sangat gembira, ia rindu sekali dengan Rafka.

"Assalamulaikum," ucap Rafka dan Kevin.

"Wa'alaikummussalam, Abang Nadya kangen banget tahu!" spontan Nadya memeluk Rafka kegirangan.

"Peluk bayi panda." Rafka mengeratkan pelukan Adiknya.

"Gue dicuekin." Kevin bergumam, namun masih bisa didengar oleh mereka.

"Kevin mau peluk juga?" tanya Nadya dengan wajah polosnya.

"Mau dong!" ujar Kevin bersemangat.

"Peluk aja diri sendiri." Nadya puas mengerjai Kevin.

"Teganya kamu Nad." Kevin cemberut.

"Hehe," Nadya menyengir tak berdosa.

Rafka dan Adnan terkekeh gemas, ini saatnya Rafka menanyakan pelaku misterius yang sudah mencelakai Nadya.

"Nad, jadi siapa yang dorong kamu ke jurang hutan?" tanya Rafka to the point.

"Nadya nggak tahu, dari suaranya sih perempuan, dia pake topeng serem." Nadya meremas ujung bajunya, Rafka mengerti Nadya masih ketakutan.

"Coba, kamu cerita Nad," sahut Adnan.

"Nah, biar kita bisa segera mencari pelakunya," kata Kevin, dari sorot mata Nadya terlihat sendu.

Ngomong-ngomong soal Revan, Teddy, dan Rizky mereka apakabar ya? Kok mereka jarang banget berinteraksi sama Kevin? Iyalah orang jauh banget, apalagi pesantren nggak boleh pegang handphone. Revan, Teddy, dan Rizky sedang mempersiapkan tryout SBMPTN. Karena kelulusan tinggal 5 bulan lagi. Sebenarnya mereka bisa saja menjenguk Kevin di pesantren. Tapi, persiapan universitas impiannya lebih penting.

"Guys, gimana kalian ngerti soal yang gue bahas?" Revan bertanya, sembari melihat soal yang baru beberapa mereka kerjakan.

"Gue ngerti Van," jawab Rizky.

"Gue kurang malahan." Teddy menggaruk tenguknya yang tidak gatal.

"Yaudah, kita bahas nanti malam, pulang school kalian nginap di rumah gue! Sekalian kita video call si Kevin." Revan menyuruh mereka berdua menginap, karena ujian sebentar lagi. Terutama nilai raport mereka harus besar.

"Bay the way, gimana ya si Kevin disana?" sahut Teddy, ia merasa sepi tanpa kehadiran Bosnya.

"Gue juga nggak tahu Ted, soalnya kan dipesantren nggak boleh pegang handphone." Rizky mengangkat bahunya acuh.

"Lo berdua kagak kangen? Sama si Kevin?" Revan menampilkan raut wajah khawatir.

"Kangen sih Van, cuman kita kan sibuk Van," balas Rizky.

"Gimana habis kelulusan, kita kesana aja? Soalnya gue kangen." Teddy mengusulkan ide yang terlintas di otaknya.

"Lo, kangen duitnya?" Revan mendelik curiga.

"Hahahaha, itu tahu." Teddy tertawa renyah.

"Bisa ae lu nyet." Rizky menoyor kepala Teddy.

Rafka, Adnan dan Kevin masih setia mendengarkan Nadya untuk bercerita. Tangan Kevin juga sangat gatal ingin melaporkan kasus ini lewat jalur hukum. Bila perlu, Rafka dan Adnan bisa menyewa pengacara, atas tindakan kriminal dan penganiayaan. Terlihat bekas sayatan di kedua pipi, kening, dan leher Nadya. Bahkan semua tubuh Nadya banyak yang lecet, akibat jatuhnya Nadya dari jurang.

Flashback On

Telepon yang sudah berdering daritadi akhirnya diangkat." Ini siapa ya?"

Sejenak, Nadya mendengarkan perkataan Orang yang menelopon dari lokasi lain, hingga kemudian, Nadya terkejut. "Tunggu, gue sekarang kesana!"

Nadya sampai dilokasi yang orang itu kirimkan. Nadya menatap sekelilingnya, dia berada dihutan? Tapi dimana Adnan? Bukankah orang tadi mengatakan bahwa Adnan jatuh ke jurang. Tapi Nadya tidak melihat siapa-siapa. Saat Nadya ingin kembali ke pesantren, Nadya terkejut melihat pakaian berjubah hitam semuanya, layaknya maling. Nadya dibekap oleh orang tersebut. Nadya pingsan, dan entah dimana ia berada. Semua ruangan gelap, minim cahaya. Matanya ditutup oleh kain, tangannya diikat di kursi dan juga kedua kakinya diikat.

"Sadar juga lo, baguslah gak perlu repot-repot gue siram pake air keras," seorang perempuan itu tersenyum smirk, kemudian membuka penutup mata Nadya.

"Lo siapa hah! Kenapa culik gue? Apa mau lo!" teriak Nadya kesal.

"Lo, nggak perlu tahu gadis sialan!" seorang perempuan itu, memakai topeng menyeramkan.

"Salah gue apa hah! Gue gak pernah nyari musuh!" dari perawakan bentuk tubuhnya, sepertinya Nadya tahu, dimana Nadya pernah dengar suara itu?

"Salah lo! Merebut Mas Adnan dari gue sialan! Gara-gara lo, Mas Adnan membatalkan pernikahan gue!" seorang perempuan itu sangat emosi, tangannya terkepal kuat. Apalagi silet yang dia bawa.

"Gue nggak tahu apa-apa, gue nggak merebut siapapun! Salah lo sendiri, ngapain maksa banget! Dinikahi orang yang nggak cinta sama lo!" Nadya membalas setiap ucapan perempuan tersebut.

"Sialan lo! Rasakan ini." perempuan itu mulai menyilet kedua pipi Nadya, leher Nadya, kening dan juga semua lengan Nadya.

"Ah, sakit bego! Lepasin gue!" Nadya meronta-ronta menahan sakit.

"Dan ini balasan lo! Yang sudah menghina gue." perempuan itu melayangkan tangannya untuk menampar Nadya. Nadya berharap Allah memberikan pertolongan untuknya, lewat Adnan ataupun orang-orang.

Nadya tergeletak pingsan akibat darah yang keluar cukup banyak. Perempuan itu tersenyum puas, ia menggotong tubuh Nadya melemparnya kesebuah jurang yang amat dalam.

"Selamat tinggal gadis sialan, mati lo!" perempuan tersebut, tertawa bahagia melihat Nadya menderita.

Flashback Off



Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh .
Annyeong hasaeyo guys!
Gimana seru kan? Pasti dong.
Silahkan tinggalkan jejak ya😍🥰💘
Instagram: Daisylova04

Rumah Singgah Kean Where stories live. Discover now