23. Terungkap

25 11 11
                                    

"I WILL COME RUNNING, WHEN YOU CALL MY NAME."

( Aku akan berlari saat kamu, memanggil namaku.)

Q.S Al-Baqarah (2):186

Adnan, Kevin dan Rafka telah menyusun rencana, pelaku sebenarnya harus ia ungkap sekarang. Adnan dari awal merasa curiga pada Musdalifah, tapi karena ia tak memiliki bukti makannya ia tidak ingin berburuk sangka. Sejak kemarin sore Adnan mendengar cerita tersebut mengenai apa yang dilihat Siti dan Sintia, dikamar pondok pesantren Puteri. Kebetulan Silvia dan teman-temannya tak bisa menemani Nadya terlalu lama. Dikarenakan besok adalah ualangan kenaikan kelas. Jadi malam hari ini mereka terpaksa harus pulang ke Jakarta.

"Nad, maafin gue, gue nggak bisa nginep disini, soalnya besok ulangan kenaikan kelas." kata Silvia memelas.

"Iya Nad, sorry ya? Soalnya urgent banget." ujar Dinda merasa tak enak.

"Iya nih, gue juga pengen lama-lama disini, tapi you know lah, kalau nggak gitu, bisa-bisa kita di hukum." Mira mengerucutkan bibirnya.

Nadya tersenyum penuh pengertian." Iya, tenang aja, kalian hati-hati pulangnya okhey."

Silvia mengacungkan jempolnya," Siap, kalau kangen telpon kita."

"Kita pamit Nad." Dinda  melambaikan tangannya.

"Bye Nadya, jangan lupa makan yang banyak, istirahat yang cukup." Mira, serta yang lainnya pun berpamitan pergi.

Seseorang misterius itu mulai melancarkan aksinya, seseorang itu melihat sekeliling rumah sakit tampak sepi dan tak ada siapapun. Nadya merasa bosen tak ada siapapun yang mengajaknya ngobrol. Akhirnya Nadya memutuskan untuk tidur. Setelah semuanya aman, pelaku misterius itu masuk kedalam ruangan Nadya. Dia membawa pisau lipat.

"Selamat tinggal Nadya, gue benci lo." pelaku misterius itu, tersenyum smirk.

"Bosen banget ya, tidur aja lah." gumam Nadya, sembari menyilangkan badannya kesamping kanan.

Pelaku misterius itu ingin menancapkan pisaunya hingga kedalam ulu hati Nadya. Sebelum menusuknya, pelaku tersebut membekap mulut Nadya, dengan sapu tangan entah di isi dengan cairan apa, sehingga membuat orang pingsan.

"Lo, nggak pantes dapetin Mas Adnan bodoh! Gara-gara lo, dia selalu menolak cinta gue, lo pantes mati brengsek!" pelaku misterius itu ingin menancapkan pisaunya kedalam perut Nadya, tapi seseorang menahan lengan pelaku misterius tersebut.

"Siapa lo? Hah!Beraninya lo mau nusuk Adik gue!" Rafka merampas pisau tersebut secara paksa.

Adnan membuka masker pelaku tersebut, Adnan kaget melihat seseorang itu, yang tak lain adalah Musdalifah.

"Sudah saya duga, itu pasti kamu." feelingnya memang benar, pelakunya orang terdekat.

"Jawab gue bodoh! Lo kenapa benci banget sama Nadya? Sampai lo celakain dia hah!" Kevin mencengkram kerah baju hitam Musdalifah.

Musdalifah tak berani berbicara, lagi-lagi ia bungkam. Musdalifah terobsesi pada Adnan, sehingga dia ingin menyingkirkan siapapun, yang berani mengambil Adnan darinya. Padahal Adnan sudah menolaknya secara halus, masih saja Musdalifah bersikukuh. Musdalifah mendudukan kakinya dilantai rumah sakit, ia berbucara sambil menangis.

"Gue minta maaf, gue terpaksa lakuin ini, karena gue benci sama Nadya. Gara-gara Adik lo Rafka, Mas Adnan menolak lamaran gue." Musdalifah menunjuk ke arah Rafka.

"Itu balasan atas perbuatan lo. " Kevin tersulut emosi.

karena terbawa emosi, Rafka dan Kevin bergantian menampar Musdalifah.

Rumah Singgah Kean Where stories live. Discover now