03||Keributan

982 22 0
                                    

*****

Raina hanya diam karena sedari tadi para rekan kerja Gibran terus menatap dirinya.

Dirinya menunduk dalam, apakah ada yang salah dengan penampilannya?

"Istrimu cantik, keren banget orang sepertimu mendapatkan wanita seperti dia," bisik David di telinga Gibran.

Gibran yang mendengar itu berdecih, "Cantik? Dari mananya? Buka matamu kau saja hanya bisa melihat matanya bod0h!"

"Walau hanya bisa melihat matanya sudah dipastikan wanita seperti dia itu cantik wajahnya dan juga cantik hatinya," balas Gio yang merupakan sahabat Gibran.

"Tidak cantikan Zena dan Zena lebih menarik dibandingkan dengan dia," bantah Gibran seraya menunjuk kearah Raina yang tengah mengobrol dengan seorang tamu wanita yang hadir.

"Kalau kamu tidak suka kenapa tidak berikan padaku saja?" ujar David.

"Mau perusahaan milik anda bangkrut dalam sekejap?" ancam Gibran. Membuat David tertawa renyah.

"Yaelah kan kamu sendiri yang bilang tidak mau, jadi buatku saja. Siapa namanya tadi? Rainakan? Namanya saja cantik apalagi orangnya," ucap David membuat amarah dihati Gibran.

"Sayang!" Saat Gibran hendak akan bicara pendengaran menangkap sebuah suara, yang ia kenali dirinya menoleh kearah belakang.

Dan mendapati Zena yang tengah berdiri seraya melambai-lambaikan tangannya.

Gibran pun, tersenyum lebar tanpa berlama-lama pria itu menyusul ke arah Zena.

Raina yang melihat itu hanya diam, tak ada ucapan yang keluar dari mulutnya. Dirinya hanya menatap Gibran dengan tatapan datar.

"Kamu yang sabar yah? Aku heran kenapa Gibran bisa lebih milih Zena dari pada kamu," ujar seorang wanita yang usianya sama dengan Raina.

Wanita itu mengelus punggung Raina dengan lembut.

"Terimakasih, kamu baik sekali. Kamu kenal Zena?" tanya Raina.

"Tentu sejak awal masuk SMA dia selalu mengangguku dan selalu mengadu pada Gibran, dan Gibran selalu percaya omong kosongnya," jelas wanita itu.

"Aku Namira, kamu boleh panggil aku Mira aku adalah salah satu sahabat Gibran. Tapi kamu tenang saja aku tidak menyukai orang seperti dia dan aku akan terus mendukungmu," ucap wanita itu memperkenalkan dirinya seraya mengulurkan tangannya

"Aku Raina," tanpa ragu Raina menjabat tangan Namira.

"Mulai sekarang kita berteman," balas Namira yang diangguki oleh Raina.

Melihat Raina yang asik bercanda dengan sahabatnya membuat Gibran menatap kearah keduanya dengan tatapan tidak suka.

Tanpa lama-lama dirinya pun, mendekat kearah Raina dan Namira diikuti oleh David dan Gio dibelakangnya.

"Ngapain kamu deket-deket sama Namira?" tanya Gibran dengan ekspresi dingin.

"Dia teman baruku," jawab Raina singkat.

"Kenapa kamu mau berteman dengan dia Namira? Biarkan saja dia sendiri dia tidak perlu kau temani!" tegas Gibran membuat Namira tak suka akan perlakuannya yang keterlaluan.

"Kamu ini apa-apaan? Aku yang ingin berteman dengan Raina mengapa kamu mengusik? Urus saja pacarmu yang tidak tahu malu itu!" teriak Namira membuat semua tamu menatap kearah mereka.

"Namira sudahlah biarkan saja," bisik Raina mencoba menenangkan Namira.

"Tidak bisa Raina ini keterlaluan dia sangat tidak punya hati! Sudah membawa pelakor kesini dan sekarang dia berani melarang-larang seperti itu," balas Namira.

Gibran langsung menarik tangan Raina dengan kasar.

"Apa yang kamu lakukan pada Namira? Pasti kamu ingin memanfaatkan dia bukan? Dan kamu ingin menghancurkan kami?" tuduh Gibran.

Raina sedikit meringis karena cengkraman tangan Gibran yang kuat.

"Berani-beraninya kamu mendekati Namira hanya untuk memanfaatkannya dihati pikiran kamu?"

Namira yang yang tak tahan langsung menepis tangan Gibran dengan kasar lalu menarik tangan Raina untuk berdiri di sampingnya.

"Dasar tidak waras! Aku lah yang ingin berteman dengan Raina kamu tidak perlu menuduh yang macam-macam! Gibran aku udah muak sama semua ini tunggu dan liat aku akan melaporkan ini pada bunda!" ancam Namira.

"Urus saja urusanmu sendiri bukan kah kau lebih percaya pada wanita pelakor itu dibandingkan dengan sahabatmu!" bentak Namira.

"Namira itu hanya salah paham, kamu salah paham tentang Zena," jelas Gibran.

"Salah paham? Dia hanya wanita tidak tahu malu yang hanya bisa membuat hancur!"

"Urus saja Zena dan jangan menganggu hubunganku dengan Raina!"

Setelah mengatakan itu Namira pergi bersama Raina.

"Keterlaluan banget kamu tadi Gibran, Raina gak salah apa-apa kamu tuduh-tuduh," ucap Gio yang ikut tak suka dengan perlakuan sahabatnya.

"Rugi kamu jika menyia-nyiakan wanita sebaik Raina," tambah David.

"Brisik! Zena tetaplah yang terbaik!" balas Gibran.

"Nggak yakin mungkin suatu saat Zena bisa berubah, dan kurasa kau akan mencintai Raina tak lama lagi," ucap Gio beropini.

"Jangan mengada-ngada seleraku bukan wanita seperti Raina," bantah Gibran.

"Keras kepala banget, kalau tidak mau untukku saja," celetuk David.

"Nyari mat1?"

𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠....
Maaf bila ada beberapa kata² yang typo

Istri Bercadar Ceo PosesifWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu