25||Maaf

682 18 0
                                    

Sudah beberapa hari Raina mengacuhkan Gibran, bahkan dirinya selalu berpura-pura membuang muka saat Gibran menatapnya.

Kini Raina tengah berada di halaman belakang, dirinya tengah duduk di ayunan.

Gibran menatap Raina dari kejauhan dengan tatapan sendu, dirinya benar-benar tak menyangka bahwa Raina akan seperti ini.

Namun, disisi lain dirinya juga sadar karena dia yang membuat Raina seperti ini.

"Cape... Pengen kamu balik kayak dulu lagi," gumam Gibran seraya memandang sendu Raina dari kejauhan.

Para pelayan yang melihat itu hanya bisa diam, karena mereka tahu bahwa Gibran lah yang menyebabkan Raina seperti ini.

Disisi lain juga para pelayan merasa geram karena Gibran tidak bisa melupakan Zena dan tak bisa menghargai Raina sebagai istrinya.

"Kasian Tuan Gibran," gumam salah satu pelayan.

"Justru seperti inilah dirinya sadar, jika aku menjadi Nyonya Raina aku sudah meninggalkan Tuan Gibran. Karena untuk apa mempertahankan semua ini?" balas salah satu pelayan.

"Benar juga, apa sih yang Tuan Gibran suka dari Zena? Dia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Nyonya Raina," celetuk pelayan lainnya.

*****

Ingin sekali Gibran mendekat kearah Raina. Namun, dirinya ingat perkataan Raina beberapa hari yang lalu.

Raina meminta dirinya untuk menjauhinya dan menganggapnya orang asing.

"Aku sesalah itu yah?" gumam Gibran dengan perasaan yang tak karuan.

*****

"Hm? Novel apalagi yang harus kubaca yah?" tanya Raina pada dirinya sendiri seraya memilih buku novel yang akan dirinya baca.

Beberapa hari ini Raina menyibukan dirinya dengan membaca novel, setiap harinya.

"Ah, aku baru ingat kemarin aku meletakkan novel baruku di meja rias di kamar," ucap Raina.

Dirinya bangkit dari duduknya, seraya hendak membawa beberapa novel yang sudah dirinya baca.

Dan dirinya meninggalkan novel yang belum dirinya baca diatas ayunan, karena dia nantinya akan kembali lagi untuk melanjutkan membaca novel.

Deg!

Manik Mata Raina dan Gibran saling bertemu, keduanya mematung bersamaan saat mata keduanya bertemu.

Raina melihat Gibran yang tengah mengintip dari balik daun pintu.

Sadar akan itu Raina langsung memalingkan wajahnya.

Namun, dirinya tetap melanjutkan langkahnya untuk masuk kedalam rumah.

Saat tiba di ambang pintu masuk tangan Raina ditahan oleh Gibran, sontak membuat Raina menoleh kearahnya.

"Tunggu!" pinta Gibran seraya memegang tangan kanan Raina.

Raina yang melihat tangan Gibran memegang tangannya, langsung menepis pelan tangan Gibran.

Dirinya berbalik lalu menatap Gibran, kini keduanya saling berhadapan.

"Ada apa?" tanya Raina langsung pada inti.

"Aku ingin minta maaf," ujar Gibran dengan tatapan penuh permohonan.

"Lalu?"

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti itu." Gibran menundukan kepalanya.

"Lalu? Apa maksudmu kemarin?" tanya Raina.

"Aku tidak sengaja, aku mengakui itu salahku. Aku minta maaf benar-benar minta maaf," ucap Gibran dengan tatapan memelas.

"Jika besok akan diulangin lagi, kamu sepertinya tidak perlu meminta maaf." Raina menatap nanar Gibran.

Di sorot matanya tercetak tatapan kecewa yang tidak pernah dirinya tunjukan sebelumnya.

"Kamu kecewa padaku?" tanya Gibran seraya menundukan kepalanya.

Raina diam sejenak dirinya menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan.

Dirinya menatap kearah Gibran yang tengah menundukkan kepalanya.

"Mas?" panggil Raina.

Gibran yang mendengar itu langsung mengangkat pandangannya.

"Kurasa tanpa kuberitahu kamu sudah tahu jawabannya Mas," ucap Raina lalu pergi meninggalkan Gibran seorang diri.

"Maaf.."

𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠....
𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐍𝐞𝐱𝐭 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐤 "𝐍𝐚𝐝𝐢𝐧𝐞 𝐩𝐚𝐜𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐌𝐚𝐫𝐯𝐞𝐥"

Istri Bercadar Ceo PosesifWhere stories live. Discover now