06||Lelah

810 18 0
                                    


Raina hanya diam seraya memandang senduh Gibran yang tengah bermesraan dengan Zena.

Mereka kini tengah berada di rumah Gibran tepatnya di ruang tamu.

Gibran dan Zena tengah saling berpelukan satu sama lain, untuk melepaskan rindu karena beberapa hari yang lalu Zena berada keluar kota.

"Ngapain kamu ngeliatin kami begitu?" tanya Zena yang sadar karena Raina terus memperhatikan mereka sedari tadi.

"Ee, maaf saya tidak akan melihat lagi," sahut Raina lalu memalingkan wajahnya agar tidak menatap Gibran dan Zena.

Gibran dan Zena pun, kini saling melepaskan pelukannya.

"Sayang, aku bawain sesuatu buat kamu." Zena mengeluarkan sebuah kotak berukuran kecil dan memberikannya pada Gibran.

"Apa ini?" tanya Gibran dengan kening berkerut.

"Kamu buka deh, biar tau apa isinya. Semoga kamu suka yah," seru Zena.

Gibran mengulas senyuman tipis, dirinya langsung membuka kotak kecil berwarna hitam itu.

Saat dibuka, terlihat sebuah jam tangan pria yang tengah trend saat ini. Dan harganya pun, sangat fantastis.

"Bagaimana kamu suka tidak?" tanya Zena penasaran karena saat membuka kotak hitam itu Gibran hanya diam.

Gibran memandang Zena dan mengulas senyuman lebar, dirinya pun lantas merangkul Zena.

"Suka banget! Kamu hebat bisa tahu apa yang aku suka!" sahut Gibran dengan binar mata kentara.

"Terima kasih yah, kamu memang benar-benar wanita idaman. Tidak seperti itu tuh," sindir Gibran dengan mata yang melirik-lirik kearah Raina.

Raina yang sadar akan hal itu, dirinya hanya diam. Tak mampu menjawab ucapan yang Gibran lontarkan padanya.

"Raina, kemari!" panggil Gibran secara tiba-tiba.

Raina pun, menurut dirinya berjalan kearah Gibran dan Zena yang tengah duduk di sofa itu.

"Buatkan saya minuman sekalian untuk Zena juga," perintah Gibran.

"Ba-baik," Raina pun lantas pergi kedapur setelah mengatakan itu.

Lima menit berlalu kini Raina tengah membawa dua buah jus jeruk di nampan, dan menyajikannya di hadapan Gibran dan Zena.

Setelah menyajikannya Raina hendak pergi, namun Zena tiba-tiba memintanya untuk mendekat kearahnya.

"Raina kemari," titah Zena yang tengah memegang sebuah jus jeruk.

Raina pun, mendekat kearah Zena namun siapa sangka tiba-tiba--

Byur!

Zena menyiramkan jus jeruk itu pada Raina sehingga mengenai gamis dan cadarnya.

"Bisa buat minuman gak sih? Bikin jus aja gak becus!" marah Zena

Raina menahan rasa, sementara Gibran hanya diam menonton tak berbuat apapun. Dirinya membiarkan Raina di tindas oleh Zena.

"Memangnya apa yang salah? Takaranku sudah benar!" ucap Raina tak terima diperlakukan seperti ini oleh Zena.

"Halah! Pasti kamu sengajakan mau racunin aku? Kamu irikan karena Gibran lebih suka aku dibandingkan kamu?" tuduh Zena.

"Astagfirullah, aku gak pernah punya niatan seperti itu!" bantah Raina.

"Ya mana mungkin mau ngaku! Kalau ngaku kamu bisa langsung dipidanakan!"

"Atas dasar apa kamu menuduhku meracunimu?" tanya Raina.

"Karena kamu dendam padaku!"

"Benar-benar alasan yang tidak masuk akal!" ucap Raina.

"Kamu ini apa-apaan? Mengapa kamu seperti itu pada Zena?" pekik Gibran berdiri dari duduknya.

"Aku tidak berbuat apapun aku hanya mengatakan kebenaran! Dia menuduhku!" sahut Raina.

"Kalau kamu tidak suka pada Zena jangan seperti itu!"

"Dasar wanita munafik, mengapa orang tuaku bisa menjodohkan ku dengan gadis munafik sepertimu? Apa mereka buta selama ini?"

𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠..
𝐒𝐨𝐫𝐫𝐲 𝐤𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐠𝐚𝐤 𝐧𝐲𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠,

Istri Bercadar Ceo PosesifWhere stories live. Discover now