[ Meshes - 02 ] ✔

316 36 9
                                    

Sudah lima hari berturut-turut ini Jungkook pulang larut malam, mengabaikan Tzuyu dan bersikap seenaknya, terkadang ia pulang dalam keadaan setengah sadar akibat pengaruh alkohol.

Jungkook juga selalu menyebutkan nama seorang wanita, Jieun. Dengan kata penuh memuja dan cinta, hati Tzuyu merasakan sakit setiap kalinya, suaminya sendiri masih mencintai wanita lain.

.

.

.

Pagi ini terlihat seperti biasa. Jungkook melangsungkan sarapannya bersama dengan Tzuyu, namun tak pernah ada obrolan antara keduanya, hening. Hanya ada suara dentingan sendok dan piring yang menghiasi.

Tzuyu juga tidak tahu harus memulainya dengan topik apa, dan lagi Jungkook tidak mungkin peduli, mengingat hubungan mereka tidak seperti Suami Istri pada umumnya. Tzuyu lebih memilih diam.

Namun perasaan canggung tak pernah luput ia rasakan.

"Jungkook." Tzuyu mendongak saat melihat Jungkook ingin bersiap-siap pergi.

Jungkook menoleh dan mengangkat satu alisnya, sorot matanya selalu menatap Tzuyu dengan kebencian.

"Nanti siang aku ingin pergi ke toko kue---"

"Terserah, lakukan saja apa yang kau mau, begitu pun aku sebaliknya. Dan jangan pernah berani untuk ikut campur dalam urusanku." Jungkook mengatakan itu dengan geram, lalu meraih jasnya berlalu pergi.

Mata Tzuyu memanas mendengar ucapan Jungkook, dadanya terasa dihantam berkali-kali oleh rasa sakit. Jungkook benar-benar manusia yang tidak dikaruniai hati nurani. Tzuyu berusaha menahan air matanya, ia tidak boleh terlihat lemah.

"Aku Istrimu, Jungkook. Kenapa kau tega bersikap seperti ini? apa yang telah aku perbuat padamu? apa salahku? jika kau muak dengan pernikahan ini, kau bisa menceraikan aku." Tzuyu sedikit berteriak dengan suara gemetar menahan tangis dan takut.

Pandangannya buram menahan bendungan air mata.

Tanpa sangka Jungkook berbalik dan berderap menuju ke arahnya, menarik paksa tubuhnya hingga lengan bajunya robek.

Tzuyu meringis. Air matanya jatuh menahan rasa sakit, Jungkook mencengkram kuat pipinya dan menyentak wajahnya.

"Lihatlah dirimu, kau hanya wanita pembunuh yang tidak tahu diri, kau itu menjijikkan, Tzuyu. Kau tidak pantas untuk membela diri di hadapanku." Jungkook melepas cengkramannya, membuang pandangan dengan gusar.

Tubuh Tzuyu jatuh luruh ke lantai, kakinya terasa mati rasa. Untuk pertama kalinya ia mencintai seseorang namun rasanya sesakit ini.

Bibi Younhae terdiam kaku melihat pemandangan itu dari jauh, tak sekali pun ia berani untuk ikut campur meski lubuk hatinya dipenuhi rasa iba pada Tzuyu. Tuannya berlaku buruk pada Istrinya sendiri.

Di mana letak keharmonisan rumah tangga mereka jika dari awal sudah diawali dengan kekerasan dan banyak konflik.

.

.

.

"Tzuyu?"

Tzuyu tersenyum, matanya berkaca-kaca, betapa ia merindukan tempat ini terutama Jeongyeon. Setelah mengalami hal buruk tadi pagi, Tzuyu memutuskan untuk keluar sebentar dari rumah, ia meminta izin kepada Bibi Younhae.

"Ah, Tzuyu. Aku benar-benar merindukanmu." Jeongyeon memeluk Tzuyu dengan erat, rasa rindu yang teramat akhirnya terkuar.

Tzuyu menguraikan pelukannya. "Maaf jika aku tidak memberitahumu terlebih dahulu."

M E S H E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang