0 7

263 27 5
                                    

Tzuyu menutup telinganya dan memejamkan mata saat suara guntur menggelegar kuat serta cahaya kilat yang berkelebat. Tzuyu setengah mati ketakutan, ia butuh Jungkook di sisinya.

Krek . . .

Pintu terbuka membuat Tzuyu seketika menoleh, tak bisa di pungkiri hatinya begitu menghangat melihat Jungkook ada di hadapannya sekarang, berdiri tidak jauh darinya.

Mata Tzuyu memanas. Perlahan ia beranjak berdiri, rasa ingin menghampiri dan memeluk tubuh itu menguasai lubuk hatinya. Namun Tzuyu takut, ia merasa dirinya tidak punya hak untuk itu.

Jungkook menutup kembali pintu dan menguncinya, matanya menatap ke arah Tzuyu, lalu berjalan mendekat. "Kenapa belum tidur?" Jungkook menggerakkan tangannya untuk mengendus-endus kening dan sekitar leher Tzuyu. Syukurlah, dia tidak jatuh demam.

"Aku tidak bisa tidur," karena aku begitu merindukanmu, Jungkook. Aku khawatir. Seketika rasa nyaman menjalar di tubuh Tzuyu saat ia merasakan sentuhan Jungkook, begitu menenangkan. Andai selamanya seperti ini, Tzuyu ingin sekali diperlakukan lembut dan penuh kasih layaknya dia seorang istri.

Tapi itu mustahil. Jungkook menikahinya hanya untuk balas dendam, jadi selama mereka masih terikat dalam pernikahan, ia harus siap akan rasa sakit.

Jungkook menarik kembali tangannya dan berjalan menuju lemari, di sana ia melepaskan jas dan ikatan dasi yang terasa mencekik leher. Jungkook menatap ke arah jendela, cahaya kilat dan suara guntur terus menggema, cuaca benar-benar buruk malam ini.

"Aku benci cuaca seperti ini, Jungkook. Begitu menakutkan, aku yakin wanita-wanita lain juga sama takutnya."

Jungkook menghela napas dengan berat, bayangan Jieun kembali menguar dalam ingatannya, ia benar-benar merindukan wanita itu. Jungkook merasa dirinya telah gagal menjaga Jieun, membiarkan Jieun pergi sendirian waktu itu dalam keadaan marah. Jungkook menyesal. Dan Tzuyu, tangan Jungkook terkepal kuat, ia kehilangan Jieun karena Tzuyu, wanita itu pantas mendapatkan balasan setimpal atas perbuatannya.

Tapi Jungkook tidak tahu harus berbuat apa. Terus-menerus menyiksa Tzuyu tidak akan bisa membuat Jieun-nya hidup kembali. Entah kenapa dan sejak kapan perasaannya berubah menjadi seperti ini. Jungkook merasa tertekan akan perasaannya, seolah kini berubah menjadi ketidak relaan untuk menyakiti.

Namun Jieun di sana membutuhkan keadilan. Arh . . . Jungkook melempar kasar ikat pinggangnya ke lantai.

Tubuh Tzuyu tersentak, jantungnya berdegup kencang karena terkejut. Apa yang membuat Jungkook tiba-tiba seperti ini? hati Tzuyu kembali resah. "Jungkook," lirihnya.

Tzuyu berjalan menghampiri Jungkook, entah apa yang mendorongnya hingga ia berani mendekap tubuh Jungkook dari belakang, memeluknya erat. Tzuyu meredam tangisnya.

Jungkook meremas tangan Tzuyu yang melingkar di perutnya. Jungkook lalu membalikkan tubuh membuat Tzuyu sontak termundur. "Kau tahu kenapa aku seperti ini? itu semua karenamu, Tzuyu." Jungkook mencengkram pipi Tzuyu.

" . . . "

Tzuyu hanya diam tak melawan, karena percuma, ia tidak akan bisa menang dan mencegatnya. Biarkan saja Jungkook puas.

"KENAPA KAU TEGA MEMBUNUH JIEUN? DI MANA LETAK HATI NURANIMU SAAT ITU?" Jungkook mengguncang bahu Tzuyu, menatap wanita itu penuh marah dan frustrasi.

Air mata Tzuyu mengalir deras. Demi Tuhan hatinya benar-benar sakit, di mata Jungkook ia mungkin lebih hina dari seorang pembunuh, maka dari itu Jungkook memperlakukannya seperti ini. Tzuyu merasa nasibnya sekarang seperti anak hewan yang berpisah jauh dari induknya, tersesat ke dalam hutan mengerikan dan kawasan binatang buas lainnya, dan pada saat itu ia akan dihantam dan disantap sadis oleh pemangsanya.

M E S H E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang