0 8

308 33 6
                                    

"Ah, astaga, Tuan Jeon. Kenapa tidak memberitahuku jika ke mari? untung saja jadwalku tidak padat pagi ini." Woozi begitu terkejut saat mendapati keberadaan Jungkook dan istrinya di rumah sakit, karena biasanya Jungkook selalu memberinya kabar jika hendak melakukan pemeriksaan. Terlebih secara pribadi, tapi kali ini Jungkook mendatanginya langsung.

"Aku sedang buru-buru." Jungkook tidak suka basa-basi.

Woozi mengangguk mengiakan. "Silahkan, Nyonya." ucapnya pada Tzuyu, menyuruh wanita itu untuk baring di atas brankar.

Tzuyu menatap Jungkook. Ia ragu diperiksa karena Tzuyu merasa dirinya sudah baik-baik saja, lagi pun kenapa Jungkook tiba-tiba bersikap seolah peduli padanya, setelah apa yang semua dia lakukan. Tzuyu merasa tidak yakin jika ini bentuk dari rasa bersalahnya. Jungkook menyesal atas perbuatannya selama ini? hati Tzuyu tidak yakin.

"Apa yang kau tunggu, Tzuyu? cepat, jangan membuang waktu." Jungkook berkata sinis. Lalu mengiringi Tzuyu ke brankar. "Pemeriksaan yang rutin itu penting." ucapnya.

Woozi pun mengambil alih, melakukan pemeriksaan satu-persatu pada Tzuyu. Syukurlah, tekanan darahnya sudah mulai stabil sekarang. Tidak seperti yang kemarin-kemarin, jauh menurun dan membahayakan. Semuanya normal, kesehatan Tzuyu sudah mulai membaik.

"Bagaimana?" Jungkook kembali mendekat, matanya menatap pada Tzuyu yang masih terbaring di brankar.

"Nyonya baik-baik saja, Tuan. Tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan," ucap Woozi. "Nyonya harus makan tepat waktu, jangan sekali meninggalkan sarapan, dan satu lagi. Kurangi berpikir yang berat-berat, karena itu bisa memicu timbulnya penyakit."

Tzuyu hanya diam, memang benar. Sakit yang ia alami karena pikirannya, karena merasa terlalu tertekan dan terbuang. Terlebih lagi sakit hatinya selama ini, mungkin jika bisa dilihat hatinya sudah hancur berkeping-keping karena Jungkook. Selama menjalin pernikahan Tzuyu tidak pernah merasakan kebahagiaan, rasa ceria dan tawa. Hanya penuh luka dan kekerasan dalam rumah tangga.

Andai keajaiban itu ada dan nyata, Tzuyu ingin mendiang Jieun hidup kembali untuk menjelaskan semuanya pada Jungkook, agar pria itu tidak lagi menuduhnya. Tapi itu semua sangat mustahil dan konyol, jika pun terjadi, apa ia akan sanggup melihat Jungkook hidup kembali dan bahagia bersama Jieun? jelas Tidak.

Ah, Tzuyu menggelengkan kepalanya, kali ini ia merasa sangat egois karena tidak ingin Jungkook bahagia dengan wanita lain.

Dalam perjalanan pulang hanya keheningan yang menghiasi. Jungkook fokus akan menyetir dan menatap jalanan di depannya. Sedangkan Tzuyu, dia hanya menatap menunduk ke bawah sambil memainkan kuku-kuku jarinya, sesekali Tzuyu menatap ke jendela mobil.

Tiba-tiba . . .

~Drit~Drit~Drit~

Ponsel Tzuyu berdering membuat Tzuyu terhenyak dari diamnya.

Unknown Number
Is Calling . . .

Tzuyu mengerutkan alisnya, tapi tetap menyambut panggilan tersebut, takut jika penting.

"Halo. Ini siap---"

"Tzuyu, ini Sehun." ucap suara di seberang sana ceria dan sedikit tertawa.

"Hah? . . ." Sehun. Batin Tzuyu. Di mana Sehun mendapatkan nomor ponselnya? "A-ada apa?" Tzuyu melirik sekilas ke arah Jungkook karena pria itu tampak menatap sesekali ke arahnya.

"Siapa?" tanya Jungkook serius lalu mengambil benda pipih itu dari tangan Tzuyu. Jungkook menempelkan ponsel itu ke telinganya.

"Apa kau ada waktu? aku ingin mengajakmu makan siang bersama di restoran. Aku bisa menjemputmu jika kau mau, kirimkan saja lokasinya, aku pasti akan segera ke sana." ucap Sehun.

M E S H E SWhere stories live. Discover now