A Week

72 10 7
                                    

Berbekal kenekatan, walau ditolak, diacuhkan, bahkan dibuang oleh Yeji, Beomgyu masih tetap mendekatinya. Selama satu minggu Beomgyu tidak kenal menyerah mendatangi fakultas sastra, selama itu juga Yeji tidak mau keluar jika Beomgyu masih ada. Pernah sampai jam 6 sore, Yeji tahan menunggu di dalam. Akhirnya Karina bilang kasihan Yeji karena suasana kampus sudah sepi dan gelap, Beomgyu pun pulang. Tapi datang lagi keesokan harinya.

Hari ini seakan dewi fortuna berpihak pada pria Choi itu, Yeji keluar dari dalam gedung fakultasnya dengan wajah datar disaat wajah Beomgyu cerah dan sumringah melihat gadis pujaannya keluar. Yeji cuma berjalan tanpa berhenti, tidak mengidahkan permintaan Beomgyu yang menyuruhnya menunggu pria itu. Hingga akhirnya Yeji berhenti di parkiran dan berbalik.

"Mana motor lo?"

"E-eh?"Beomgyu sempat nge-lag sejenak.

"Ayo cepat, lo gak akan kenal nyerah kan? Gue udah capek selama seminggu distalk sama lo. Kalau gue biarin lo anter gue, gue harap rasa penasaran lo terjawab dan berhenti nungguin gue,"

"Gak akan. Gue mau antar jemput lo tiap hari. Bahkan ke Bandung juga gue yang anterin,"Beomgyu tersenyum namun Yeji mendelik. Yeji makin kesal dan mulai menghentak-hentakkan kakinya. Beomgyu langsung memegang kedua bahu Yeji.

"Yeji tenang...,"ucap Beomgyu pelan. Yeji menggigit bibirnya keras lalu berbalik dan berjalan entah kemana.

"Yeji, dengerin gue dulu!"Beomgyu langsung mengejarnya.

"Tarik nafas lo...,"pinta Beomgyu, Yeji pun mencoba menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya.

"Gue minta lo terima gue pelan-pelan...Lo udah mau keluar aja gue seneng. Sekarang lo mau gue antar atau belum mau?"tanya Beomgyu dengan sabar. Mata kucing yang tajam itu pun menatap Beomgyu. Airmatanya sudah keluar, tanda dia gagal menyalurkan emosinya. Jika Yeji tidak bisa melampiaskan emosinya maka yang terjadi dia akan menangis. Beomgyu pun mengusap airmata itu dengan jempolnya.

"Maafin gue kalau maksa lo gini tapi gue cuma minta lo mau kenalan sama gue,"

"Lo gak usah masuk ke hidup gue, bisa gak?"tanya Yeji menghapus airmatanya kasar.

"Gue liat sendiri kan gue susah kontrol emosi gue?"ucapnya lagi, mengingat kelemahannya itu, Yeji menangis kembali. Akhirnya Beomgyu tidak tahan dan memeluk gadis itu, mengusap-usap rambutnya menenangkan emosi yang meluap.

"Gue janji sama lo kalau gue masuk ke hidup lo gue gak akan keluar lagi kecuali kalau lo yang ngeluarin gue,"ucap Beomgyu. Yeji lama terdiam dalam pelukan Beomgyu sampai akhirnya dia mendorong tubuh pria yang lebih tinggi darinya.

"Casa Eleganza. Anterin gue kesana,"ucap Yeji lalu menepi, menunggu Beomgyu mengambil motornya. Beomgyu dengan cepat mengangguk dan berlari ke parkiran. Hatinya sangat riang karena akhirnya Yeji bersedia diantar olehnya.

"Jangan harap gue pegang lo,"kata Yeji, tangannya terlipat di kedua dadanya.

"Ji nanti lo jatuh, bahaya,"kata Beomgyu.

"Ya makanya pelan-pelan, gue gak mau pegang lo,"kata Yeji lagi.

"Oh bagus itu artinya durasi gue nganterin lo lebih panjang. Oke deh,"Beomgyu pun tertawa lebar dan melajukan motornya. Yeji tersadar bahwa yang dia katakan menjadi bumerang untuknya. Dengan cepat gadis itu pun memegang ujung jaket yang dikenakan Beomgyu. Beomgyu tersenyum melihat kedua tangan kecil itu mengerat ketika Beomgyu menambah kecepatan.

"Sial!"umpat Yeji yang dihadiahi tawa renyah Beomgyu.


*** 

Setelah hari itu Beomgyu hanya punya kesempatan menjemput Yeji, pernah sekali dia nekat menunggu di depan kosan Karina karena Yeji tidak membalas pesannya sama sekali. Berujung Beomgyu pulang dengan tangan kosong alias Yeji tidak muncul. Jangan tanya bagaimana Beomgyu tau nomor hp Yeji, karena ia dapatkan langsung dari Yeonjun. Tak lupa Beomgyu menyarankan Yeonjun untuk sesekali melirik yang namanya Katarina atau Karina. 

HELIOTROPE [BEOMGYU YEJI]Where stories live. Discover now