Brother

32 5 1
                                    

"Airmata sama darah udah bosan keluar dari badan dia. Lo mau jadi kayak gitu? Saran gue lo mending mundur,"

Aku merasa nyeri dibahuku tepat dimana Yeji meremasnya kuat dan saat bajuku terlepas aku sadar ternyata benar sampai terluka...

Gadis yang tertidur disampingku dengan nyenyak dan wajah tak berdosanya itu benar-benar seperti bom waktu. 

Setelah sekian lama aku tidak menangis seperti tadi, aku benar-benar mendorong Yeji dan pada akhirnya kami malah bercinta. Bagaimana bisa lepas dari pesonanya? Bahkan dalam emosi yang menguasai kami, gairah malah terbangun dan itu tadi benar-benar yang terbaik dari yang pernah aku rasakan selama ini. Aku pernah baca kalau anger sex memang memiliki sensasi sendiri tapi merasakannya sendiri seperti tadi, aku benar-benar merasa takjub.

Aku semakin yakin tidak ingin melepaskannya sedetik pun dari hidupku.

"Hngg..., "

Saat aku sibuk mengecek pesan di grup angkatan, aku merasakan tubuh Yeji bergerak dan benar saja saat aku menoleh, dia sudah terbangun. Anehnya saat bertemu mata denganku dia malah membenamkan wajahnya diceruk leherku, seolah dia malu. Damn, melihat tingkahnya seperti ini semakin membuatku gila.

"Kenapa?" tanyaku dengan nada lembut, sedikit menggoda. Jika dia seperti ini, dia sama saja sedang menggodaku. Aku bahkan bisa merasakan aliran darah yang mulai kencang kembali dibagian bawahku.

Yeji menggeleng, dia masih membenamkan wajahnya dileherku.

"Bilang aja sayang," ucapku sambil mengusap rambutnya.

"Tadi itu... Aku suka...,"

"Suka apa? Kamu suka ya sex penuh emosi gitu?" aku tersenyum sambil meraih dagunya, mendongakkan kepalanya agar kami saling bertatap.

"Aku suka, tapi gak mau dengan cara kayak tadi... Aku gak mau bikin kamu, sedih, marah sedikit pun," ucapku.

"Kamu kalo emosian gitu tingkat keseksiannya meningkat 1000x...terus kamu jadi lebih beringasan," Yeji masih tidak berani menatapku, dia hanya memainkan jarinya didadaku.

"Ohh jadi kamu suka diewe brutal gitu ya?" aku menyengir lebar dan mendapatkan sebuah pukulan kecil didadaku, as expected.

"Beomgyu ih!!"

"Sini liat aku," aku membalikkan posisi tubuhku dan mengukung tubuhnya dari atas.

"Gak perlu anger sex, kalau kamu suka hardcore aku bisa... Soalnya tiap liat kamu perasaan aku sama. Sama-sama menggebu-gebu... Aku udah bilang kan? Kalau aja kamu bisa ngerasain apa yang aku rasain ke kamu," aku kecup bibir tipisnya, lalu keningnya. Yeji hanya diam seolah terhanyut dalam ucapanku. Mungkin dia meragukanku, atau mungkin dia merasa kaget. Tapi semua yang aku katakan memang kenyataan. Satu yang membuatku yakin Yeji adalah cintaku yang sesungguhnya, karena cuma aku yang bisa merasakan perasaan itu.

"Gyu...," kali ini tangan Yeji terangkat untuk mengusap pipiku.

"Please fuck me... One more time... and harder...," ucapannya sukses membuat bulu kudukku meremang dan tubuh ini menegang dengan dada yang bergemuruh penuh perasaan.




*author pov*

Sore tadi Yeji mendapatkan kabar bahwa Hyunjin sudah sadar. Oleh karena itu Yeji dan Beomgyu langsung ke Bandung tepat setelah kelas Yeji selesai. Seakan tidak bertemu selama berabad-abad, Yeji langsung menghambur Hyunjin yang masih terbaring di tempat tidur dengan tangisan. Dia menangis begitu leganya dan Hyunjin hanya tersenyum lirih melihat kembarannya seperti itu.

"Please jangan gini lagi Kak...Yeji gak mau sendirian disini,"Yeji akhirnya melepaskan pelukannya.

"Sendirian? Kayaknya gak akan deh...itu gak dianggap?"Hyunjin melirik Beomgyu yang dari tadi berdiri di ujung tempat tidur Hyunjin. Beomgyu yang merasa di-notice langsung senyum dan membungkuk.

HELIOTROPE [BEOMGYU YEJI]Where stories live. Discover now