Mencoba

37 4 6
                                    

Yeji terbangun dan mendapati Beomgyu sudah tertidur disampingnya. Melihat suasana kamar dan langit dari sela-sela tirai, Yeji tau hari sudah larut. Dia pun melirik jam di meja yang menampilkan pukul 23:50. Ini jelas bukan waktu tidur Beomgyu yang terbiasa begadang, namun Yeji ingat Beomgyu pernah bilang jika di dekat Yeji, dia selalu mudah tertidur, mungkin karena nyaman. 

Merasakan gerakan, Beomgyu pun ikut terbangun. Netranya bertemu paras Yeji yang begitu lembut sewaktu bangun tidur, mengundang senyum dibibir Beomgyu. Beomgyu pun mengecup dahi Yeji dan mengusap-usap rambutnya.

"How are you feeling, sayang?"

Yeji menggeleng, lalu menyandarkan lagi kepalanya dilengan Beomgyu.

"Aku masih gak nyangka aku punya saudara tiri...mami aku udah nikah lagi...,"ucap Yeji lemah sambil menatap langit-langit kamar. Beomgyu kembali membelai kepala Yeji lembut dan mengecup pucuk kepalanya, lama dan begitu dalam.

"Kamu boleh nerima, atau gak sama sekali. Tapi ini bukan salah saudara tirimu juga, Sayang. Kalian cuma menerima dampak dari keputusan orang dewasa. Tinggal anak-anak yang melihatnya positif atau negatif,"

"Mana ada yang positif dari rumah yang sudah hancur, Gyu?"protes Yeji.

"Iya aku tau. Tapi ga semua buruk, Sayangku... maksud aku, belum tentu dia buruk atau jahat,"

"Iya aku tau. Tapi aku benci,"Yeji memanyunkan bibirnya.

"Aku benci dengan keadaanya, tapi rasanya itu bikin aku ikut benci orangnya,"lanjut Yeji lagi. Beomgyu tidak bisa berkata apa-apa lagi dan hanya mengusap-usap kepala Yeji. Yeji adalah orang dewasa yang sudah bisa menilai dengan matanya sendiri. Dia memiliki hak penuh akan dirinya, hidupnya. Tugas Beomgyu hanya mengarahkan pada kenyataan dan melihat dari sisi yang baik, karena selama ini itulah yang Beomgyu lakukan dalam hidupnya. Bahkan disaat kondisi mamanya yang sama sekali tidak ada baik-baiknya, Beomgyu tetap mengambil sisi positif dari sana.

"Laper gak?"tanya Beomgyu.

"Hmmm...dikit,"Yeji menganggukkan kepalanya.

"Dikit?"Beomgyu memiringkan kepalanya agar dapat menatap Yeji dengan jelas. Yeji pun mengangguk walau Beomgyu tidak habis pikir karena sejak sore Yeji belum makan apa-apa, gadis itu bilang dia hanya lapar sedikit.

"Ya udah mau makan apa? Kita keluar yuk,"

"Sate,"jawab Yeji singkat, bangkit dari posisinya diikuti Beomgyu. Beomgyu pun merapikan rambut panjang Yeji.

"Cium dulu,"pria itu menunjuk-nunjuk pipinya, menunggu Yeji.

"Idih, masih aja minta cium,"protes Yeji.

"Iya ini pajak nyuruh aku keluar malam-malam buat beli makanan tuan putri,"Beomgyu kembali menunjuk-nujuk pipinya.

"Ya udah gak jadi, aku makan besok aja,"dasar Yeji, tidak pernah mau kalah sehingga membuat Beomgyu kalang kabut.

"Eee iya iya, jangan deh nanti sayangku sakit. Ya udah, gak cium juga gak papa...,"Beomgyu pura-pura sedih sambil memanyunkan bibirnya dan hendak beranjak namun Yeji sudah keburu menangkup wajah Beomgyu. Alih-alih mencium pipi, Yeji malah mencium bibir Beomgyu sehingga membuat mata pria tampan itu terbelalak kaget. Pasalnya Yeji benar-benar mencium bibir Beomgyu, menjilatnya lembut dan memasukkan lidah mungil itu ke dalam bibirnya. Beomgyu pun membenarkan posisinya dan membalas ciuman Yeji hingga mereka saling menyambut, memijat dan melumat. Keduanya saling bertatapan ketika kehabisan nafas, Beomgyu tersenyum bahagia dan mengusap kepala Yeji dengan sayang.

"Thanks,"ucapnya sebelum mereka beranjak untuk keluar.

"Thanks,"ucapnya sebelum mereka beranjak untuk keluar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
HELIOTROPE [BEOMGYU YEJI]Where stories live. Discover now