⏳ 04 | With Zayyan

659 91 6
                                    

Zayyan menarik kursi dihadapan Gyumin. Dirinya mengernyit kala mendapati teman setimnya itu mengunyah makanan dengan wajah tertekuk.

"Ada apa dengan wajahmu, kenapa masam sekali?"

Gyumin menghela nafas panjang. Entah sudah berapa kali dia dibuat melakukan itu hari ini. "Kalian tau aku sekamar dengan anak baru kan?"

Zayyan mengganguk, dia sudah mendengarnya dari Hyunsik. "Apa dia membuat masalah?"

"Masalah?" Gyumin berdecak disusul gebrakan di meja makan membuat piring yang baru saja Zayyan letakan melayang satu cm. Zayyan memiringkan kepalanya bingung.

"Anak itu benar-benar membuatku kesal seharian ini!" Gyumin merampas kasar gelas diatas meja, menghabiskannya dalam sekali teguk. Membuat Hyunsik selaku pemilik gelas mendelik tak terima, alhasil pukulan penuh kasih pun melayang. Gyumin meringis memegangi kepalanya.

Zayyan mengeleng, tertawa kecil menyaksikan kedua temannya yang kini mulai saling menjambak. "Memangnya dia ngapain?"

Zayyan jadi penasaran, jarang sekali dia melihat temannya yang satu ini bisa sampai sekesal itu. Menurut Zayyan, Gyumin adalah temannya yang paling sabar diantara teman-temannya yang lain.

Ternyata bukan hanya Zayyan. Hyunsik menyingkirkan tangannya dari rambut Gyumin. "Iya, memangnya dia ngapain?" Hyunsik juga penasaran.

Gyumin menghentikan tarikan tangannya pada rambut Hyunsik, beralih memajukan kursinya mendekati Zayyan. Dengan ekspresi dan suara yang dibuat-buat tangannya bergerak mengusap sudut mata. Menceritakan kejadian memalukan tadi secara detail, murni tanpa ditambahi maupun dikurangi.

Zayyan memasang ekspresi miris mendengar cerita Gyumin. Pemuda manis itu menepuk lembut punggung Gyumin yang sibuk menyeka air mata ghoibnya.

Sementara, Hyunsik justru tertawa puas mendengar cerita itu. Gyumin berusaha mengabaikan tetapi, sungguh kekesalannya sudah tidak bisa dibendung lagi. Pemuda berkaca mata bulat itu terus saja mentertawakan Gyumin sedari awal dia bercerita. Bahkan tawanya malah terdengar semakin kencang sekarang.

Gyumin mendengus, belum reda kekesalannya pada Leo kini ditambah manusia di sampingnya yang membuat emosinya semakin menggebu.

Mengabaikan kedua temannya sejenak, Zayyan termenung. Kalau diingat lagi bukan hanya Gyumin yang mendapat perlakuan seperti itu dari Leo, Zayyan ingat kemarin Sing juga diabaikan.

Zayyan menyangga wajahnya dengan telapak tangan. "Belum apa-apa sudah membuat heboh dihari pertama?" Zayyan tersenyum tipis. "Keren juga anak ini."

Entah mengapa tiba-tiba Zayyan merasa bersemangat. Sing datang, berniat merangkul Zayyan dari belakang. Namun, sontak terhenti saat pemuda manis itu tiba-tiba berdiri, hampir saja dagunya terkena kepala Zayyan.

"Sudah kuputuskan aku akan menjadi teman nya!" Seru Zayyan senang. Tangannya terkepal menandakan dia serius.

"Siapa?" Tanya Sing seraya menyodorkan satu cup hazelnut pesanan Zayyan.

Zayyan menerimanya dengan senang hati. "Terimakasih."

Beberapa saat yang lalu, sebelum bergabung dengan Gyumin dan Hyunsik di meja makan, Zayyan sempat meminta Sing untuk membelikan hazelnut untuknya.

"Sepertinya dia orang yang asik, ayo berteman dengannya Sing," ajak Zayyan sembari memasukan sesumpit mie ke dalam mulutnya.

"Telan dulu baru bicara." Sing menyeka sisa saus disudut bibir Zayyan. Menjilatnya.

"Kenapa pesan yang pedas? Perutmu baru saja sembuh kan."

Zayyan mengeleng cepat. "Nggak terlalu pedas kok."

Memories [ Zalesing ]Where stories live. Discover now