⏳ 14 | Leo (2)

550 61 5
                                    

Hembusan angin malam tak henti menerpa tubuh Leo, anak manis yang tengah asyik melongokan kepalanya keluar jendela. Udara dingin menyapa seperti air terjun yang tak mau berhenti bergerak dari atas ke bawah. Sementara awan legam bak arang menyelimuti bintang dan rembulan yang awalnya bersinar terang.

Gendung gedung pencakar langit dan rumah-rumah penduduk yang begitu rapat tampak jelas dari tempatnya berdiri. Pemandangan indah tersebut senantiasa menghiasi kota besar tempatnya berpijak saat ini. Hongkong, pukul 8 malam. Dibalik kamar besar, dilantai dua rumahnya. Leo mengamati semesta diatasnya dengan seksama.

Sementara deritan pintu terdengar. Seorang wanita 32 tahun melangkah masuk ke dalam kamar. Beberapa sekon sebelumnya, anak manis bernetra cokelat jernih itu dengan begitu nyaman mengamati indahnya kota dengan berdiri diatas kursi. Kakinya pendek sehingga tumpuan sangat dia perlukan untuk bisa melihat keluar jendela, kemudian siapa sosok yang baru saja masuk ke kamarnya membuat Leo sontak melompat turun.

Tepat saat kakinya menyentuh lantai dingin. Leo mendongak, terlihat sang ibu sudah siap berkacak pinggang didepan pintu. Satu tangannya menenteng nampan kecil seraya melotot kearah Leo.

Leo menyengir, menampilkan gigi putihnya dengan begitu lucu. Matanya menyipit kala senyum lebar terulas diwajah mungilnya. "Bulan nya hilang," seru Leo sumringah, mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

Wanita cantik itu menggeleng pelan. Niatnya ingin mendatangi dan menarik telinga anak laki-lakinya saat tiba disana. Namun, apalah daya... sulit rasanya untuk marah pada putra semata wayangnya itu. Ya lihat saja, bagaimana wajah manis itu penuh semangat dan berseri-seri melukiskan pemandangan diluar jendela. Mungkinkah dirinya bisa marah dengan kemanisan berlebih yang menghangatkan hatinya itu? Akhirnya hanya senyuman maklum yang wanita itu berikan sebagai respon.

Puas berdiri didepan pintu. Ibu Leo, nyonya Guan Zhi pun memutuskan mendudukkan dirinya pada kursi tinggi tempat Leo memanjat dua menit yang lalu. Diikuti Leo yang kemudian duduk meluruskan kaki disamping ibunya. Dilantai, dibawah jendela.

"Ouyin tidak boleh melakukan itu, berbahaya."

Leo mengangkat kepalanya, memandang ibunya singkat lalu mengangguk ringan. Kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda, memiringkan kepala ke kanan dan kiri seraya memainkan layar sentuh berukuran sedang dipangkuannya.

Sang ibu menghela, mengelus surai Leo. "Ibu sudah menyempatkan waktu untuk datang kesini tapi sepertinya game itu lebih penting ya?"

Oke. Leo segera meletakkan benda pipih itu cepat. "Ibu bikin apa?" Leo merangkak mendekat, tidak lupa dengan cengiran khas dibibirnya. "Waahh.. ibu bikin kue beras?" Pekiknya senang.

Ibunya mengangguk membenarkan. Mengangkat nampan yang sempat dia letakkan diatas meja lalu menyerahkan sepotong kue pada putra mungilnya yang berbinar tak sabar. "Kue beras isi daging spesial untuk Ouyin."

Leo menerimanya dengan gembira, melompat-lompat kecil menunjukkan kesenangan hatinya. Sejenak anak manis itu mengamati kue berasnya sebelum melahapnya.

"Bentuknya tetap aneh seperti biasa," celetuk Leo tanpa beban.

Sang ibu terkekeh, mengusak surai hitam alami Leo penuh perhatian. "Ey Ouyin tidak boleh begitu, Ingat pesan ibu? jangan menilai sesuatu dari penampilan luarnya saja yang penting adalah dalamnya, rasanya!"

Leo mengangguk mengerti. Dia sudah sering mendengar kalimat itu berulang kali. Ibunya selalu mengatakan hal itu setiap kali dirinya mengomentari bentuk kue beras yang wanita itu buat. Tanpa berlama-lama lagi, Leo segera meraih sepotong kue hangat buatan ibunya. Memasukkannya kedalam mulut, perlahan.

Satu gigit. Seketika wajahnya kembali berseri. Sangat lezat! Ya, meski bentuknya memang sedikit aneh tapi rasanya tidak perlu diragukan. Sudah berkali-kali Leo mencoba kue beras buatan ibunya dan rasanya tidak pernah mengecewakan. Hingga kini kue beras buatan sang ibu selalu menjadi salah satu makanan favoritnya.

Memories [ Zalesing ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang