⏳ 12 | Before: Leo

501 68 14
                                    

Zayyan berbaring diatas ranjang, dengan bosan pemuda itu memainkan ponselnya. Rasa kecewanya masih terbawa sampai sekarang, itu karena Sing harus pergi bahkan sebelum mereka menyelesaikan potong kuenya.

Selepas acara berpelukan yang cukup panjang tadi berlangsung rencananya mereka akan mengadakan sesi potong kue, saling menyuapi satu sama lain. Sayangnya ditengah momen yang paling ditunggu itu, tiba-tiba Doohyun datang menghampiri mereka. Tidak lain dan tidak bukan yaitu untuk membahas masalah kecurangan yang belum juga selesai sedari kemarin.

Awalnya Zayyan heran. Mengapa mereka ingin berkerja dimalam hari seperti ini? Kan bisa besuk pagi saja, batinnya. Tetapi, setelah mendengar penjelasan Doohyun akhirnya Zayyan memaklumi.

Doohyun menjelaskan, dirinya mendapat telepon dari Alexa. Katanya CEO mereka telah tiba di Korea karena itulah mereka harus ada disana untuk menyambut. Selain itu, menurut Alexa saat ini adalah momen yang paling tepat untuk mereka menjalankan rencananya. Tentu saja kesempatan seperti ini tidak boleh dilewatkan.

Akhirnya Zayyan pun pulang hanya berdua dengan Gyumin sebab Hyunsik juga ikut mengurus masalah itu.

Bunyi ketukan pintu terdengar dari dalam. Zayyan yang tengah melamun sontak menoleh, hampir saja bantal dipangkuannya melayang ketika sebuah kepala mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka. Refleks suaranya meninggi karena terkejut.

"Moomin?"

Tanpa mengidahkan Zayyan yang hampir terkena serangan jantung dadakan, si pelaku yang dipanggil moomin itu justru menyengir tanpa beban.

"Jayyan mau nonton bareng dikamarku nggak?"

Zayyan menaikan satu alisnya. "Tumben, apa kau takut?"

Gyumin mengganguk malu-malu. "Hyunsik hyung belum kembali sejak tadi jadi... maukah kau menemaniku?"

Gyumin mengusap belakang lehernya, sebenarnya dia gengsi untuk mengatakan itu tapi rasa takutnya mengalahkan segalanya. Zayyan terkekeh. Disaat seperti ini dia baru merasa seperti Hyung. Pemuda manis itu beranjak dari ranjang, menepuk dadanya bangga.

"Tenang saja Moomin-na Hyung mu ada ada disini!"

Selepas percakapan singkat itu mereka pun pergi ke kamar Gyumin. Dengan ditemani beberapa snack dan cokelat panas, Gyumin menyalakan laptopnya. Memutar sebuah film bergenre fantasi. Canda tawa menghiasi seisi kamar, bukannya fokus menonton mereka malah asik bercanda gurau.

Baru 30 menit film itu berjalan tiba-tiba suasana menjadi lengang. Suara tawa yang memenuhi ruangan beberapa waktu lalu kini tidak terdengar lagi. Menyadari kesunyian, Zayyan menoleh. Gyumin tertidur dengan keripik kentang ditangannya. Si manis menggeleng, tak habis pikir dengan temannya satu itu. Bisa-bisanya dia malah tertidur padahal Gyumin lah yang mengajaknya untuk menonton film bersama.

Mendongak pada jarum jam diatas dinding. Wajar Gyumin ketiduran, rupanya hari sudah terlalu larut. Zayyan memutuskan mengakhiri acara menontonnya, mematikan laptop yang masih menyala dan menyimpannya diatas nakas. Membereskan sampah snack mereka yang berserakan diatas ranjang lalu mengambil selimut untuk dia pakaikan pada Gyumin.

Usai selesai membereskan semuanya, Zayyan keluar dari kamar, menutup pintu sesunyi yang dia bisa agar tak membangukan teman mungilnya. Sebelum kembali ke kamarnya, sejanak Zayyan berhenti didapur. Niatnya ingin menghilangkan dahaga.

Namun, disaat hendak meneguk airnya, pemuda itu malah dikejutkan oleh sosok bertubuh tinggi yang berjalan gontai ke arah tangga. Penampilannya tampak begitu berantakan dengan rambut acak-acakan dan pakaian bak kertas kusut.

Zayyan menyipitkan matanya, berusaha mengenali siapa sosok tersebut. Sepersekian detik mematung, Zayyan membelalakkan matanya ketika  berhasil mengenali sosok itu.

Memories [ Zalesing ]Where stories live. Discover now