⏳ 08 | Grand Opening

670 96 6
                                    

Hyunsik melirik ke depan, melihat pemuda dihadapannya itu menghembuskan nafas dia pun membalas dengan senyum kecil.

Jika sesuai rencana seharusnya malam ini Doohyun, Hyunsik, dan Sing akan mengadakan pertemuan secara pribadi tetapi sore tadi tiba-tiba Sing mengabari bahwa dirinya tidak bisa ikut serta.

Sing yang memberi kabar secara mendadak itu membuat Doohyun sedikit kesal. Namun karena Hyunsik mengizinkan dia pun tidak bisa melarang.

Reaksi Hyunsik sendiri juga terlihat sedang tidak bersahabat sekarang. Sejak tiba tadi pemuda berkacamata hitam itu terus mendesah seolah dia juga sebenarnya tidak berminat datang. Doohyun tau itu tapi dia hanya diam, tidak ingin memperpanjang dan membuat mood pemuda itu semakin buruk.

"Kau tidak pergi juga Hyun-" ucapannya terhenti. Sesaat pemuda itu hampir lupa bahwa mereka bukanlah teman satu sekolah lagi. Dulu saat mereka masih berada di SMA Doohyun tidak pernah sekalipun memanggil Hyunsik dengan embel-embel Hyung meskipun Hyunsik lebih tua darinya.

Hyunsik mengibaskan tangannya tanda dirinya tak keberatan. "Selagi tidak ada siapapun disini kau bisa bicara santai."

Senyum bagaikan madu terukir diwajah Doohyun. Dia sedikit bersyukur karena Hyunsik tidak mengomelinya, jujur pemuda itu merasa tidak nyaman memangil nama teman sebaya dengan sebutan Hyung. Walaupun diluar dia tetap harus melakukannya untuk menjaga sopan santun.

Hyunsik mengangkat cangkirnya, menyesap teh manis penuh penghayatan. "Langsung saja, aku ingin segera bersantai jadi mari selesaikan dengan cepat."

Doohyun mengangguk setuju. Mengeluarkan beberapa lembar kertas dari laci mejanya. "Ini adalah rangkuman semua bukti yang berhasil ku kumpulkan beberapa bulan terakhir."

Mendengar penuturan itu Hyunsik melunturkan senyumnya, wajahnya tampak berubah sedikit lebih serius. Menerima lembaran kertas itu lalu membacanya secermat mungkin, membuka lembar demi lembar berisikan bukti kecurangan.

Beberapa menit kemudian seruan keras menggema. Hyunsik menekan tawanya menahan kesal, alisnya terangkat tak percaya. "Aku tau ini bukan masalah ringan tapi tidak kusangka orang agensi juga ikut terlibat."

Doohyun merenggangkan tubuhnya santai sementara pemuda yang lebih tua terus mendesis menatapi lembaran kertas kusut ditangan kecilnya.

"Nanti rusak kalau kau bolak-balik terus begitu," tegur Doohyun menghentikan pergerakan kasar Hyunsik pada kertas-kertas tidak bersalah ditangannya.

"Lagipula apa yang membuatmu terkejut? Bukankah itu sudah jelas, dipikir bagaimanapun tidak mungkin mereka bisa melakukan hal seperti itu tanpa campur tangan orang dalam."

Hyunsik mengangguk kaku. "Iya sih..."

Doohyun mengambil alih kertas-kertas itu, merapikannya kembali sebelum kemudian dia masukan pada map diatas meja.

Beberapa bulan ini tersebar rumor tidak mengenakan dikalangan para trainee. Rumor itu mengatakan bahwa ada kecurangan di dalam persaingan calon leader, menurut gosip yang beredar salah satu kandidat mengunakan uang untuk membeli posisi leader.

Tentu saja hal itu membuat suasana menjadi ricuh. Membeli position adalah kecurangan berat, jika seseorang ketahuan melakukan perbuat kotor itu maka kemungkinan terbaiknya adalah tereliminasi. Seorang trainee yang mendapat riwayat seperti itu akan sulit untuk debut dalam waktu dekat. Tetapi tidak menutup kemungkinan akan didebutkan dilain waktu.

Namun, bila melihat semua bukti yang terkumpul. Kemungkinan terburuknya tidak bisa dihindari. Mereka tidak hanya akan dieliminasi tetapi juga akan di blacklist dari line up.

Kalau sudah sampai ditahap ini maka dapat dipastikan tidak akan ada harapan lagi. Selamanya orang itu tidak akan bisa debut jika masih berada di agensi yang sama. Tentu tetap ada kesempatan bila melanjutkan ke agensi lain tapi dengan riwayat seburuk itu, peluang debutnya cukup kecil.

Memories [ Zalesing ]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz