PART 43

10.4K 1K 38
                                    

Disinilah Kenlio berada, dibalkon kamar miliknya yang mengarah langsung ke bulan.

Kata Fariz, Kamar ini memang khusus untuk Kenlio yang menyukai pemandangan langit malam.

Lama lama pikirannya melayang saat matanya mencetak jelas bola bulat di atas langit itu, Kecantikan nya tak pernah membuatnya bosan.

Sampai akhirnya kakinya mulai menaiki pagar penghalang yang ada disana, Tangannya terulur untuk menggapai bulan yang terasa memanggilnya.

Tidak! Kenlio benar benar tidak sadar jika dirinya sudah berada dalam bahaya.

Saat ia mulai melangkah kan kakinya, "Adek!" Itu suara milik Fariz, Lamunan Kenlio buyar dan tersadar.

Brukk!

Kenlio yang syok tanpa sadar melangkahkan kakinya kebelakang sehingga ia terjatuh di lantai balkon kamarnya, Disanalah ia benar benar sadar.

Kakinya lemas, Tangannya bergetar memegangi bibir nya, ia mundur dengan perlahan  sampai dirinya menyentuh dinding.

"Kenlio ayo..." Kenlio menatap bulan di hadapannya yang kini semakin membesar dimatanya serta dengan suara suara itu.

"Enggak!" Pekik Kenlio sembari menutup telinganya.

"Pergi! Gue gamau! Gue ga mau ikut, Pergi sialan!" Tubuhnya benar-benar bergetar sangat ketakutan, Ia tak ingin mati dengan cara seperti itu.

"Ayo..."

"Enggak! Pergi, hiks pergi aku mohon..." Tangisan Kenlio terasa sangat kencang dan ketakutan.

"Adek Abang panggil panggil tidak jaw- Adek!, Kenapa?" itu Fariz, Fariz dengan cepat menghampiri Kenlio yang masih dengan posisi menutup mata dan telinganya.

"Abang? hiks huaaa Abang!" Kenlio memeluk Fariz dengan erat.

"Adek kenapa?" Fariz membalas pelukan Kenlio dan mengusap usap punggungnya.

Tunggu dulu, Kenapa tubuh Kenlio bergetar? Apa yang sebenarnya terjadi.

Kenlio menggeleng kan kepalanya dan terus memeluk Fariz diiringi dengan isakan nya, Tangannya juga dengan erat menggenggam piyama biru tua milik Fariz.

Fariz membawa Kenlio kedalam dengan Kenlio yang berada di gendongannya, Saat akan menurunkan Kenlio di atas kasur, Kenlio malah melingkar kan kakinya.

Matanya menatap Fariz dengan berlinang membuat Fariz tidak tega, Akhirnya Fariz duduk dan Kenlio tetap diposisi yang sama.

"Adek mau Ayah" Ucap Kenlio nyaris tak dapat didengar oleh Fariz.

"Kita video call saja ya?"

Kenlio mengangguk menerima tawaran Fariz, Ia menunggu panggilan itu terhubung dengan Daffa.

"Hallo Adek!"

Saat mendengar suara Daffa, Ketakutan Kenlio seketika hilang, Seperti tidak terjadi apa apa tadi.

Daffa benar benar sumber sumber bahagia nya.

"Ayah!"

Kenlio terlihat bersemangat melihat Daffa, Daffa pun sama bersemangat nya. Tapi saat melihat wajah Kenlio yang tidak seperti biasanya, Daffa pun menjadi heran.

"Adek habis nangis ya?"

"Tidak"

"Bohong, itu ada ingusnya"

"Ayah!" Kenlio cemberut mendengar gelak tawa dari Daffa.

"Bercanda Adek, Coba bilang sama Ayah ada apa? Kenapa anak kesayangan Ayah sedih sedih gitu hm?"

KENLIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang