BAB I

4.1K 253 8
                                    

Seorang wanita yang sudah menginjak umur 27 tahun menghela nafasnya lelah, dirinya baru saja melarikan diri dari pertanyaan terkutuk yang ditanyakan mama nya yakni “Kamu kapan nikah Indira?” pertanyaan itu selalu terngiang ngiang dikepalanya. Shani Indira Natio, kerap dipanggil Shani ataupun Indira, ia adalah CEO diperusahaan keluarganya yakni Nation’s Company yang bergerak di bidang properti. Jika ditanyakan pertanyaan seperti itu Shani kadang kala sangat memiliki alasan, umur yang belum cukup tua, atau dia tiba tiba memiliki meeting dadakan meninggalkan mama nya begitu saja dengan omelan yang tiada habisnya. Dirinya tidak mau menikah, merasakan apa itu cinta saja dia sangat tidak ingin, menurutnya itu hanya buang buang waktu saja, dan cinta itu hanya lah omong kosong.

Sebuah ketukan pintu terdengar, “Cape mikirin kapan nikah?” tanya sosok yang lumayan tinggi, Desy Genoveva kerap dipanggil desy yang merupakan teman Shani dari masa Sekolah Menengah Pertama. Desy berperan aktif sebagai sekretaris dari Shani sendiri dan merupakan salah satu orang yang sangat Shani percayai.

Shani hanya memijit pelipisnya sudah muak dengan kata ‘nikah’. Desy hanya tertawa melihat ekspresi Shani saat ini. “Baca baik baik, 10 menit lagi kita ada meeting” ujar desy sambil memberikan berkas yang akan menjadi materi. Shani dengan malas mengambil dan membacanya secara seksama.

Shani dan Desy kini berjalan menuju ruang meeting, namun “SAYANG..... kamu mah mau kemana?” Shani mengerutkan keningnya heran, darimana gadis kecil ini bisa datang. Namun... tunggu, gadis ini memiliki id card perusahaannya yang bergelantung di lehernya.

“Aduh kamu baru pertama masuk kerja saja sudah bikin rusuh ya Shania” ujar Desy sambil menarik gadis yang bernama Shania itu agar melepaskan pelukannya dari Shani. Namun entah mengapa desy agak kesusahan menarik gadis itu membuat desy kalang kabut sebab menerima tatapan tajam dari Shani yang mengisyaratkan agar secepatnya menarik gadis kecil tersebut.

Dengan cepat Shani mendorong tubuh gadis tersebut dan menatapnya dengan tajam. “Jangan lakuin hal ini lagi jika anda tidak mau mati” bisik Shani tepat di telinga sang gadis. Namun gadis tersebut malah tersenyum manis melihat Shani yang kini telah berjalan menjauhi dari dirinya dan desy.

“Shania jangan bikin rusuh, perjanjian kita kemarin ga begini sama tante. Ingat, kalem dong kalau begini mah lu yang ada diusir secara tidak hormat” omel desy kepada gadis kecil yang bernama Shania Gracia. Shania Gracia adalah perempuan yang sudah menginjak umur 23 tahun, lulusan arsitektur merupakan fresh graduate.

“Kan biar satset satset keburu habis waktunya” marah balik Gracia kepada desy, “Satu lagi panggil gue gre atau gracia, kalau Shania itu terlalu jelek gaenak di denger, awas aja kak desy panggil pakek nama itu, gue gabakal menoleh sedikit pun” lanjut Gracia dengan nada sok marahnya, Desy hanya menggeleng kan kepalanya dan bergegas menyusul Shani keruang meeting.

Jam makan siang tiba, Gracia celingak celinguk mencari sosok Shani dan Desy yang ia ketahui mereka cukup sering makan di kantin perusahaan. Gotcha! Gracia dapat menemukan mereka berdua yang sedang menikmati makan siang di meja pojok kantin.

Dengan santainya Gracia meletakkan nampannya di meja dan duduk tepat di samping Shani. Tatapan menjengkelkan dari semua karyawan di kantin dilayangkan kepada Gracia.  Sedangkan Shani menghela nafasnya “ Kenapa anda duduk disamping saya?” tanyanya kepada Gracia. Sedangkan desy dengan cepat menendang nendang kecil kaki Gracia dibawah meja.

“ Karena aku lebih suka duduknya sampingan gini kak, kalau kakak gasuka aku bisa kok duduk dipangkuan kakak” jelas Gracia kepada Shani sambil menopang dagunya menatap Shani yang masih fokus menghabiskan makannya. Desy yang mendengarkan kalimat konyol dari gadis kecil itu dengan cepat menendang kuat kaki gadis itu. Gracia dengan tak berdosanya memberikan tanda jari tengah kepada desy, membuat gadis tinggi itu memijit pelipisnya pelan. Desy sangat salah besar ikut dalam bagian rencana ini.

Setelah menyelesaikan makannya Shani meninggalkan desy dan gracia begitu saja. Desy dengan cepat menyusul Shani tanpa memperdulikan Gracia yang meneriaki nama desy. Dengan malas Gracia menyelesaikan makannya dan kembali ke meja kerjanya.

“Cepat pecat itu perempuan gak jelas” ucap Shani dengan cepat meminum air putih yang terletak dimeja kerjanya, maklum lupa minum tadi dikantin. Desy menggelengkan kepalanya.

“Gabisa Shan, itu udah kesepakatan pak Natio dengan pak Harlan” ucap Desy, faktanya bahwa kontrak kerja Gracia saja ada ditangan papanya Shani, baik dirinya dan pihak HRD tidak pernah membaca kontrak kerja Gracia, jadi mereka tidak bisa seenaknya memberhentikan gadis yang bernama Shania Gracia tersebut.

“Mereka berbuat ulah apalagi ya Tuhan” ujar Shani lelah menghempaskan dirinya ke sofa. Banyak sekali drama kehidupannya di hari ini, bagaimana hari selanjutnya? Bisa bisa mati muda jika begini pikir Shani.

“Jadi dia anaknya Pak Harlan?” tanya Shani lagi dengan cepat Desy menganggukkan kepalanya.

“Kenapa ga kerja di perusahaan Papa nya aja, sebelas dua belas kok sama disini. Malah lebih enak kalau kerja sama Papa nya langsung” omel Shani

“Coba lu tanyain langsung ke orangnya shan” jawab desy dengan santainya. Shani langsung saja memukul kepala desy menggunakan berkas yang ada dimeja.

“Anjir sakit sekali epribadehhh” desy dengan pelan mengusap usap sayang kepalanya. Kenapa semua orang yang berada di dekat Shani mempunyai sifat konyol dan membuat dirinya selalu naik pitam. Memang seharusnya dia memilih mengelola perusahaan yang berada di Jepang, andaikan waktu bisa diulang Shani lebih memilih meninggalkan negara ini dan hidup tenang dengan mengelola perusahaan yang berada disana.

Gracia dengan santainya menghempaskan dirinya ke sofa, menghembuskan nafasnya lelah sambil memikirkan cara apa yang akan digunakan untuk dekat dengan Shani Indira. Dia harus membuat Shani dipihaknya agar dirinya dapat bebas dari keluarga yang penuh drama ini.

“Udah gue bilangkan, lu ga bakalan bisa dekatin si Shani” celetuk seseorang yang duduk disalah satu sofa. Gracia hanya diam tidak menanggapi perkataan kakak tirinya, sangat menguras tenaga jika berdebat dengan harimau mengaung pikirnya. Vienny yakni kakak tiri Gracia yang sudah berusia 25 tahun.

“Kan mama udah bilang Gre, biar kakak kamu aja yang ikut dalam kontrak itu”  celetuk Amora Sarale yang merupakan ibu tiri Gracia. Amora sedikit kesal dengan anak tirinya ini, Amora sudah berusaha keras membujuk suaminya Agler Harlan agar vienny saja yang berperan aktif untuk mendekati Shani, namun lelaki itu memang sangat ingin vienny yang mendekati Shani, namun Natio hanya menginginkan Gracia yang mencoba untuk mendekati anak sulungnya itu.

“Kalau dalam waktu yang udah di sepakatin Gracia belum bisa naklukin Shani, maka itu giliran kakak sesuai kesepakatan Papa sama pak Natio” Ujar Gracia santai dana langsung bergegas naik kelantai dua dimana kamarnya berada. Vienny dengan kesal menghentak hentakkan kakinya, vienny takut jika Shani benar benar akan menyukai Gracia. Amora langsung memeluk vienny guna menenangkan anaknya tersebut.



















"Liebe und hoffnung geben uns die kraft leben."




Jangan lupa vote dan komen

Selamat malam semua

DAS SCHICKAL जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें