BAB VI

1.5K 183 2
                                    

Shani dan Gracia kini memasuki rumah keluarga Harlan, dengan sambutan tatapan sinis dari Amora dan Vienny tentunya, apalagi tatapan kaget dari Agler. Shani hanya tersenyum tipis dan duduk di sofa diikuti oleh Gracia dengan tangan yang saling bertautan.

"Ada apa ini? Tampaknya kalian bahagia sekali" ucap Agler menatap tangan Shani yang sangat erat menggenggam tangan anak kandungnya itu.

"Saya ingin menikahi anak bungsu anda tuan Harlan" ucap Shani enteng, mendengar hal itu Amora tentu saja terkejut begitu juga Vienny yang sedari tadi menatap tajam kepada Gracia.

"Bagaimana bisa? Maksud saya... Kenapa tiba tiba begini?" Amora yang mengucapkan kata kata itu langsung saja mendapatkan tatapan tak suka dari sang suami, Agler.

"Apakah kalian sudah saling mencintai?" tanya Agler memastikan, ini hanya formalitas saja, sebenarnya Agler tidak peduli mereka saling mencintai atau tidak, yang Agler inginkan hanyalah bergabung dengan perusahaan Shani dan mendapatkan beberapa persen saham.

"Tentu saja papa mertua, bukankah kami tampak seperti pasangan serasi" Shani menatap ke arah Gracia dan tersenyum manis. Huh.... Jantung Gracia serasa ingin melayang jika ditatap hangat oleh Shani.

"Baiklah... Kapan pernikahan akan dilangsungkan?" tanya Agler, dirinya berharap jika secepat mungkin, dirinya seperti mendapatkan lampu hijau dengan adanya pernikahan ini.

"Dua Minggu lagi mungkin? Kami memerlukan waktu untuk mempersiapkan pernikahan kami" balas Shani

"Bukankah itu terlalu cepat?" kini anak tertua dalam keluarga tersebut berbicara. Shani menunduk dan tersenyum tipis dan beralih menatap Vienny.

"Lebih cepat lebih baik untuk kami, apalagi kami sudah setuju untuk melakukannya dalam waktu dekat ini. Iya kan sayang?" tanya Shani kepada gadis mungil yang daritadi hanya menyimak pembicaraan, Gracia mengangguk cepat menyetujui perkataan Shani.

"Apakah kamu sudah membicarakannya dengan keluarga kamu? Dalam artian... Tentang restu keluarga kamu untuk Gracia" Agler kini menatap sengit kepada Amora, istrinya ini sangatlah seperti tidak suka dengan pernikahan ini pikirnya.

"Restu dan segala urusan tentang keluarga saya, itu urusan saya. Saya disini hanya meminta izin dan restu untuk menikahi putri kalian, Gracia." ucapan tegas dari Shani membuat Agler sedikit takut, takut jika Shani berubah pikiran jika terus terusan di usik oleh Amora dan Vienny.

"Baik Shani, saya restui. Saya percayakan anak saya kepada kamu" final Agler tidak ingin berlama lama lagi.

Gracia mengantarkan Shani kedepan rumah, Shani menghadap kearah Gracia dan langsung memeluk Gracia secara tiba tiba karena matanya tak sengaja melihat Vienny yang menatap mereka berdua dari jendela, Gracia cukup terkejut namun dia harus mengontrol detak jantungnya yang berdetak sangat cepat dan tangannya terangkat membalas pelukan Indira. Shani merenggangkan pelukan mereka dan merapikan anak rambut Gracia dengan gemas. Ayolah... Gracia rasanya ingin melayang saja. Dalam hati Gracia sangat ingin berteriak, betapa lembutnya Shani kepadanya saat ini. Shani berpamitan dengan Gracia, dan langsung pulang kerumahnya. Gracia kembali masuk ke dalam rumah, tatapan Vienny sangat menyimpan kemarahan dan kekesalan.

"Kemarin kamu bilang belum ada perkembangan Gracia, kenapa tiba tiba menikah?" Tanya Agler menghentikan langkah Gracia yang ingin ke kamarnya.

"Papa tidak perlu tau itu, yang penting tujuan papa tercapai bukan?" Ucap Gracia dan hanya acuh dengan Vienny yang selalu menatapnya seperti ingin membunuhnya dan melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Agler sedikit tak suka dengan sikap Gracia, sudah berani menatap matanya saat berbicara dengan dirinya.

"Mamah.... Gimana sih ngurusin itu anak aja mama ga bisa" kesal Vienny yang tampak ingin menangis.

"Sayang tenang aja, kamu yakin Shani secepat itu cinta sama Gracia? Paling Shani cuman kasian sama dia" Amora memeluk Vienny guna menenangkan anak kesayangannya itu.

"Papah lagi!! Main setuju setuju aja, padahal kita tadi udah ngode lohh" Amora mengangguk menyetujui ucapan Vienny.

"Selagi papa dapat lampu hijau kenapa harus dilama lamain, kalian juga berdua bikin papa kesal aja" setelah berucap Agler segera meninggalkan mereka berdua, tidak mempedulikan teriakan istrinya itu.

"Aku gamau tau, mamah harus ambil tindakan"

"Iya sayang, lagian keluarga Shani itu bakal susah ngerestuin, apalagi adik Shani" ucap Amora, Vienny menghela nafasnya dengan kasar. Seharusnya dialah yang menikah dengan Shani, bukan Gracia!.

'Dua minggu lagi bukan? Gue bakal berusaha membuat Shani berpaling dari lu Gracia' ucap Vienny dalam hati sambil tersenyum membayangkan dirinya dan Shani yang akan menikah, dan dirinya lah yang akan selalu mendampingi Shani.

Shani melepaskan blazernya dan segera duduk disamping Adora dan memeluk mama nya itu. Sedangkan sang papa hanya tersenyum menatap anak sulungnya.

"Tumben kamu suruh papa cepet pulang Shan" ucap Robert, yang merupakan kepala keluarga Natio. Shani menegakkan badannya dan menatap secara bergantian kepada Adora dan Robert.

"Kamu kenapa Shan?" tanya mama nya lagi, heran melihat sikap Shani.

"Shani mau nikah, dua Minggu lagi" Robert menganga serta kebingungan, tidak ada kabar bahwa Shani mempunyai kekasih tiba tiba saja mengatakan ingin menikah, begitu juga Adora yang tampak kesal kepada Shani, apakah anaknya ini sedang bercanda? Setaunya Shani ini paling anti dengan namanya cinta. Apalagi Adora yang selalu memaksakan Shani untuk menikah sampai berkoar koar setiap pagi menasehati Shani.

"Sama siapa Shan? Maksud mama, siapa calon kamu nak?" tanya Adora

"Gracia mah, kan papa juga udah pasti tau" ucap Shani tersenyum menatap Robert yang masih diam karena terkejut.

"Gracia anaknya keluarga Harlan yaa? Yang kemarin itu kan?" tanya Adora lagi, Adora takut Gracia yang berbeda, Adora sangat menyukai jika Shania Gracia harlan lah yang menjadi menantu di keluarga nya ini.

Shani mengangguk "Jadi mama sama papa harus restuin, dan mama juga harus ikut mempersiapkan pernikahan ini" ucap Shani.

"Sebelum itu, kita harus makan keluarga dulu Shan, untuk kedua belah pihak. Bukan main nikah aja" Shani mengangguk menyetujui ucapan Robert. Tak masalah pikirnya, selagi berjalan lancar.

"Tapi Shani mau, rumah yang dulu sempet Shani huni yang sempet papa sita itu papa kembaliin, Shani mau tinggal disana sama Gracia" ujar Shani, dulu Shani tinggal sendiri dirumah besar yang dibelikan Robert sebagai hadiah wisuda Shani, namun disita karena Shani jarang mengunjungi Adora dan Robert.

"Gamau tinggal disini aja Shan?" tanya Adora

"Berdua lebih baik mamah" ucap Shani. Memang, Shani lebih ingin mengenal Gracia lebih dalam lagi. Menurutnya, tinggal berdua tidak lah hal yang buruk, siapa coba yang tidak mau serumah berdua dengan Shania Gracia?. Jika serumah berdua maka lebih leluasa melakukan apapun pikir Shani.

"Bagus deh kalau Shani mau nikah. Papa ikut seneng kalau calonnya Gracia." ujar Robert, tak sia sia dia membuat kontrak itu dengan Agler pikirnya. Lagian dia sangat ingin melihat Shani bahagia dan menikah. Mengingat Shani yang merupakan sangat menutupi dirinya.

"Ya sudah, Shani mau bersih bersih dulu yaa" Shani beranjak kekamarnya. Sedangkan Adora masih tampak bahagia, dan besok dia harus menyiapkan dekorasi yang bagus untuk pernikahan sang anak. Robert tersenyum melihat sang istri yang kini senyum senyum mengotak atik handphonenya.

Shani berdiri di balkon kamarnya, menatap langit. Dirinya sangat berharap dapat menjadi sosok pelindung bagi Gracia. Shani kembali tersenyum mengingat moment saat berada di pantai. Gracia sangat cantik jika dilihat secara dekat pikir Shani. Dengan cepat sang Indira menggelengkan kepalanya, sepertinya dirinya tak lagi waras. Tapi ia berharap, semoga langkah yang ia ambil merupakan awal yang baik untuk Shania Gracia.





























"Liebe und hoffnung geben uns die kraft leben."



















Tbc.
Vote dan komen

DAS SCHICKAL Where stories live. Discover now