XI

2K 181 21
                                    

Desy sibuk mempersiapkan ruangan meeting yang akan berisikan enam belas orang. Seperti rencana yang telah Shani rancang, mengumpulkan semua para pemegang saham. Entahlah apa yang akan Shani lakukan. Desy langsung saja lesuh melihat pemandangan yang amat membuat matanya sakit, Shani yang sedang asyik berpelukan dengan Gracia yang duduk dipangkuan Shani memeluk erat leher Shani. Desy seketika merindukan kekasih nya, namun karena bos nya yang tidak manusiawi itu membuat dirinya harus menahan rindu kepada Anin.

Desy sedikit berdehem "Ruangan meetingnya sudah siap Miss, para pemegang saham juga sudah hadir ditempat" Shani merenggangkan pelukannya dan menatap kearah Desy. Gracia menatap kearah Shani dan sedikit kebingungan.

"Rapiin dasi aku dong sayang" Gracia bangkit dari pangkuan Shani dan diikuti dengan Shani. Tangan Gracia dengan telaten merapikan dasi Shani yang tampak berantakan. Desy mengalihkan pandanganya, bucin sekali pasangan ini!. Shani mengecup beberapa kali bibir manis milik Gracia dan tersenyum.

"Udah stop" perintah Gracia membuat Shani mengecup lagi dan sedikit melumatnya.

'ini gue gak kelihatan kah? Atau gimana?" Ujar desy kesal

"Cepat sana kak, nanti ngamuk tuh yang dipinggir sana" ucap Gracia tertawa melihat wajah kesal Desy. Shani mengangkat bahunya acuh tak peduli dengan keadaan Desy.

"Sekali lagi" dengan cepat Gracia berjinjit sedikit dan mengecup bibir Shani. Gadis berlesung pipi itu tersenyum dan mengacak gemas rambut Gracia.

"Makan nanti bareng aku, gabakal lama soalnya" ucap Shani dan segera pergi ke ruang meeting. Gracia berjalan menuju dinding kaca yang menampilkan pemandangan kota dan jalanan yang cukup macet dibawah sana. Gracia tersenyum, mereka belum melakukan kegiatan yang dilakukan saat malam pertama itu bukan? Gracia tak apa jika hal itu terlewatkan sementara, apalagi mengingat Shani yang semakin hari semakin lengket saja kepada dirinya. Satu hal yang dirinya tau, bahwa Shani itu memiliki sifat yang amat manja.

***
Para pemegang saham menatap Shani yang baru masuk kedalam ruangan dan langsung saja mendudukkan dirinya dikursi utama.

"Baiklah, langsung ke inti saja. Saya ingin mengalihkan sebagian saham milik saya kepada istri saya, Shania Gracia." semua menjadi berbincang tak setuju. Mengingat pernikahan itu baru berlangsung beberapa hari, dan saham Shani akan semakin menipis bukan?.

"Saham anda saja hanya ada 44 persen saja, jika anda mengalihkan sebagian itu menjadikan anda tidak lagi pemegang saham tertinggi bukan?" ucap seseorang, Shani tampak berpikir dan tersenyum.

"Saya hanya mengalihkannya 6 persen saja, Adora yang merupakan ibu saya sendiri memiliki sedikit saham disini bukan? Beliau juga akan mengalihkan sebagian sahamnya"

"Bagaimanapun ibu Adora harus hadir di RUPS jika ingin mengalihkan sahamnya." balas Ardi yang merupakan pemegang saham.

"Beliau sebentar lagi akan hadir" balas Shani. Seperti kebiasaan keluarganya, siapapun yang akan menjadi keluarga inti akan mendapatkan saham di perusahaan keluarganya, namun berbeda dengan Zee sang adik, ia hanya mendapatkan sebuah cafe untuk bisnis Marsha dan aset apartement sebagai hadiah pernikahannya, mengingat adiknya itu tak suka bergabung dalam perusahaan.

***
Seminggu kemudian, dengan kesal Agler memasuki ruangan Shani dan menghempaskan sebuah berkas dengan kasar diatas meja Shani. Sedangkan Shani hanya menatap berkas tersebut, mengambilnya dan membacanya sekilas saja. Pandangannya beralih menatap Agler dan menyenderkan dirinya dikursi kebesaran miliknya. Shani sedikit memainkan pulpen yang ia pegang memandang Agler dengan tidak hormat. Shani amat tahu tujuan Agler mendatangi dirinya.

"Ada apa tuan Agler?" tanya Shani menaikkan satu alisnya, pekerjaan Shani jadi terganggu, apalagi dirinya sedang merancang sebuah proyek besar.

"Kenapa anda hanya memberikan saya 3 persen saham perusahaan anda? Jika begini anda memandang saya remeh atau anda yang tidak tau berterimakasih karena saya sudah memberikan anak saya kepada anda?" tanya Agler dengan kesal, bagaimana dirinya tak kesal? Dirinya hanya menerima 3 persen saja, sedangkan dirinya mendapatkan informasi bahwa Shania Gracia yang merupakan anak kandungnya itu mendapatkan sebesar 8 persen, lebih tinggi dari dirinya? Huh, apakah Shani menganggap dirinya pengemis? Bagaimanapun dia harus mengalihkan saham Gracia ke pihaknya.

"Memberikan anak anda kepada saya? Apakah anda menganggap anak anda barang?" tanya Shani dengan tatapan remehnya, tentu saja mengundang amarah Agler. Rahang sang mertua kini menajam tampak seperti menahan amarah yang akan meledak begitu saja.

"Saya ingin saham anak saya dialihkan kepada saya sesegera mungkin" mendengar permintaan Agler membuat Shani tertawa pelan. Sangat serakah bukan? Padahal Shani sudah menyumbangkan sedikit kepada mertuanya ini.

"Saya tidak bisa mewujudkan itu, mengingat Gracia lah yang hanya menjadi keluarga inti di keluarga Natio" ucap Shani tersenyum sambil menggaruk pelipisnya yang tak gatal menggunakan ujung pulpen.

"Lihatlah, begini sifat asli anda bukan? Tidak tau sopan santun kepada yang lebih tua" Agler tidak suka melihat Shani yang menganggap dirinya enteng dengan tatapan remeh yang sedari tadi Shani layangkan kepadanya.

"Anda yang tidak tau sopan santun dari awal tuan Agler. Bagaimanapun anda tidak akan mendapatkan saham itu dari istri saya, Gracia." final Shani, lama lama dirinya kesal melihat Agler yang sangat memaksa. Serakah sekali bukan mertuanya ini?.

"Baiklah jika begitu mau anda, tapi saya tekankan jangan pernah menyesal dengan apa yang sudah anda lakukan kepada saya saat ini" apakah mertuanya ini mengancam dirinya? Atau memberikan sebuah peringatan kepada dirinya?. Agler beranjak keluar meninggalkan Shani yang acuh dan melanjutkan pekerjaannya.

Sesampainya diparkiran, Agler merogoh sakunya dan menghubungi seseorang. Beberapa menit berbincang dirinya tersenyum menatap gedung perusahaan Shani.

'Kau terlalu meremehkan diriku bukan? Baiklah kita akan memulai permainan' ujar Agler segera masuk kedalam mobilnya.

***
"Papa kelihatan lagi marah banget, papa kenapa?" tanya Amora duduk disamping Agler yang baru saja tiba entah darimana.

"Shani semakin kurang ajar, hanya memberikan sedikit saham. Gracia juga tidak becus dalam hal ini" ucap Agler memijit pelipisnya, kepalanya sangat pusing. Apalagi Gracia yang selalu menolak panggilannya, semakin kurang ajar anak kandungnya itu pikirnya.

"Papa udah hubungi Gracia?" tanya Vienny yang baru saja ikut duduk disalah satu sofa.

"Papa akan bertindak sesegera mungkin jika Shani tidak ada tindakan" ucap Agler kesal dan beranjak kedalam kamarnya.

Vienny tersenyum melihat Agler, bagaimanapun Agler akan melakukan segala hal untuk mencapai keinginannya, bisa saja memisahkan Gracia dengan Shani? Dirinya semakin tidak sabar menjadikan Shani sebagai pendamping hidupnya.

'Semakin kamu menjauh melangkah dan merasa hebat, semakin kamu hancur Gracia' Vienny seperti nya akan meraih kemenangan.
























"Liebe und hoffnung geben uns die kraft leben."


















Tbc.
Vote and komen

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jan 29 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

DAS SCHICKAL Donde viven las historias. Descúbrelo ahora