BAB IV

1.4K 178 7
                                    

"Nih hasilnya test kesehatan lu nya. Lumayan bagus sih bulan ini" ujar Anin sambil duduk di kursi berhadapan dengan Gracia.

"Bagus deh kalau gue sehat walafiat" ucap Gracia bersandar pada kursi dan memainkan ponselnya.

"Tapi belakangan ini lu keliatan makin fresh deh, kek vibesnya bahagia gitu" Gracia hanya tersenyum mendengar ucapan Anin. Selain jadi pacarnya Desy, Anin juga merupakan teman Gracia sejak Sekolah Menengah Atas.

"Gue denger dari ka desy, lu lagi deket ya sama bos perusahaan itu" lanjut Anin

"Bukan deket, otw nikah. Tunggu aja undangan dari gue" Anin memutar bola matanya malas, boro-boro nikah dilirik Shani aja udah syukur pikir Anin. Desy selalu menceritakan tentang perilaku Shani terhadap Gracia, kadang kala Anin sangat ingin melintir kepala Shani yang lumayan berperilaku kejam kepada sahabatnya ini.

"Iya deh, gue doain semoga pelet yang lu kasih ke Shani bekerja dengan baik" ujar Anin tertawa pelan. Sedangkan gadis bergingsul itu ingin menonjok wajah tengil Anin.

"Tapi sejauh ini Shani baikkan sama lu? Ga pernah main fisik kalau kesal?" tanya Anin sedikit memastikan.

"Awalnya sih dia galak kek risih gitu kalau gue deketin." Ucap Gracia

"Wajar sih dia risih, orang lu deketinnya kek orang kurang belaian" canda Anin. Gracia hanya memayunkan bibir nya dan sedikit mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju akan ucapan Anin.

"Tapi sekarang dia baik kok, dia kek pasrah aja sama apa yang gue lakuin. Tapi beberapa hari ini dia agak aneh, suka ngajak gue makan siang diluar kantor gitu, bikin hati adek senang" ucap Gracia sambil cekikikan dan ingatan dia makan berdua bersama Shani mempunyai tempat tersendiri dalam pikirannya.

"Bagus deh, setidaknya dia menganggap lu aja udah syukur walaupun masih beberapa hari sih" Gracia menatap tak suka dan sangat ingin menjahit mulut temannya ini, menghilangkan kebahagiaan saja pikirnya. Anin hanya tertawa melihat tatapan tak suka dari Gracia.

"Lu kan cantik ya Gre, kalau Shani nya gamau sama lu, bapaknya coba lu pepet. Siapa tau setelah itu dapat dua, bapaknya sama anaknya si Shani itu" lanjut Anin memberikan saran.

Gracia hanya tersenyum manis sambil "Yang ada gue yang dibasmi ama mamanya si Shani itu" balas Gracia. Anin ini sangat tidak tau jika mamanya Shani jika mode menyeramkan. Saat pembukaan restoran milik papanya Gracia dilaksanakan 3 tahun lalu, Gadis mungil itu tidak sengaja melihat papa dan mama Shani yang sedang cekcok didekat taman tempat gudang persediaan peralatan dapur. Gracia hanya memantau sebentar, melihat papa Shani yang selalu menunduk sambil mendengarkan celotehan mama Shani, tidak tau apa yang membuat mereka menjadi seperti itu.

"Mama Shani galak banget kalau marah" Gracia bergendik ngeri membayangkan kejadian itu.

"Tapi lu mau ga jadi calon mantunya?" Tanya Anin menggoda Gracia, dengan cepat Gracia mengangguk.

"Ya mau lah, anaknya udah cakep tajir pula" jelas Gracia, Anin hanya tersenyum menanggapi ucapan Gracia. Anin sangat berharap jika Shani segera membalas perasaan Gracia, Anin sangat tau jika temannya ini sudah jatuh hati kepada Shani jauh sejak persetujuan kontrak konyol yang dibuat oleh papa Shani dan papa Gracia sendiri.

"Udah selesai nih, sana lu pulang. Duit gue pada ngantri tuh di depan" ujar Anin membuat Gracia bangkit dari tempat duduknya dengan kesal, dan menendang dengan asal meja kerja Anin.

"Bangke lu jadi teman emang"

______________

Setelah makan malam selesai. Agler, Amora serta Gracia kini duduk di sofa yang berada diruang keluarga. Agler menatap tajam kepada Gracia. Setelah kepulangannya dari Amerika, dia sangat ingin mengetahui perkembangan hubungan antara Gracia dan Shani.

"Sudah satu bulan berjalan, bagaimana perkembangannya Gracia?" tanya sang papa kepada putri kandungnya, Gracia.

"Belum ada perkembangan pah" ujar Gracia sambil menunduk dalam tak berani menatap sang papa kandungnya. Sambil menggenggam tangan kanannya yang sedikit gemetar. Jujur saja, Gracia saat ini cukup takut jika sang papa akan bermain tangan yang melukai fisiknya seperti wajah atau punggungnya. Terakhir kali Agler menyakiti nya secara fisik yakni 6 bulan yang lalu, karena Gracia tidak sengaja menumpahkan coklat panas ke kaki kakak tirinya, Vienny. Waktu itu Agler sangat amat marah dan menamparnya dengan kasar wajah Gracia serta menonjoknya dengan keras mengakibatkan aliran darah keluar dari hidung Gracia.

"Kamu ini menunggu papa marah dulu ya baru kerjanya becus" Gracia yang mendengar intonasi kemarahan dari Agler segera bangkit dari duduknya dan berlutut memohon kepada sang papa.

"Maafin Gracia pah, Gracia bakal usahain secepat mungkin. Please kasih Gracia waktu lagi pah" Agler menghembuskan nafasnya kasar menahan gejolak emosinya, dia harus mendapatkan saham di perusahaan Shani. Mengingat perusahaan itu amatlah terkenal dan cukup menguntungkan bagi perusahaannya sendiri.

"Papa kasih kamu waktu satu setengah bulan lagi, kalau kamu tidak berhasil. Alangkah baiknya kamu mengangkat kaki dari rumah ini dan keluar dari keluarga Harlan" ucap Agler meninggalkan Gracia yang masih berlutut menunduk. Amora tersenyum sinis kepada Gracia.

"Tipe Shani itu bukan kamu Gracia. Saya menunggu kamu meninggalkan keluarga kami ini" ucap Amora beranjak pergi menyusul Agler.

Desy meletakkan secangkir Coffee diatas meja Shani. Berdiri di depan Shani sambil menatap tabletnya mengatur jadwal Shani untuk besok.

"Gracia mana?" tanya Shani kepada Desy karena sejak tadi pagi gadis kecil itu belum menampakkan dirinya. Sejauh ini yang membuat Coffee setiap hari di kantor kepada Shani itu yakni Gracia yang sudah sedikit merebut perhatian Shani.

"Tumben nyariin, udah mulai suka ya lu" Shani hanya menatap malas kepada Desy dan melanjutkan membaca berkasnya. Dan menyeruput Coffee buatan Desy. 'Ck, enakan buatan Gracia' ucap Shani dalam hati sambil meletakkan secara kasar Coffee buatan Desy.

"Emang tuh cewe gila kemana Des?" tanya Shani lagi. Shani sedikit merasa gelisah dan ada sesuatu yang menganggu pikirannya sehingga ingin tahu keberadaan gadis itu saat ini. Jika boleh jujur, melihat Gracia yang tidak gampang menyerah dan selalu produktif mendekati nya membuat Shani sedikit merasakan nyaman dan terbiasa akan kehadiran Gracia. Namun, Shani masih menepis perasaan perasaan aneh yang selalu muncul di hatinya.

"Gatau, tapi gue tadi liat sih di parkiran Gracia ditarik paksa sama tante tante girang gitu" ujar Desy

"Hah? Yang jelas Desy" kesal Shani bingung karena tidak dapat mencerna ucapan dari gadis jerapah di depannya ini.

"Kakaknya deh itu tadi Shan. Tapi kalau pun itu kakaknya, yakali narik si Gre nya kek narik sapi gitu. Kasar banget sumpah" ucap Desy sambil berpikir dan meyakinkan Shani.

"Mending lu lacak deh dulu sekarang" ujar Shani sedikit khawatir. Desy mengangguk dan menghubungi bodyguard serta bagian yang ahli dalam melacak lokasi.

"Langsung kirim ke gue nanti titik lokasinya" ucap Shani bangkit dari duduknya dan menuju ke parkiran. Memasuki mobilnya dan melajukannya menuju ke titik lokasi yang baru saja dikirim oleh Desy.

Desy berjalan keluar dari ruangan Shani, ingin menyusul boss nya itu. Namun dia sedikit berpikir 'tumben tuh orang mau ribet begini' ucapnya dalam hati. Namun dia mengangkat bahunya acuh dan lanjut berjalan menuju ke parkiran untuk segera menyusul Shani.


































"Liebe und hoffnung geben uns die kraft leben."














Tbc.
Vote dan komen yaa!!

DAS SCHICKAL Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon