BAB VII

1.4K 177 2
                                    

Gracia terbangun dari tidurnya, langsung bergegas mandi dan menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Agler, Amora dan Vienny kini duduk ditempat masing masing dan menatap masakan Gracia yang dibantu oleh beberapa pembantu. Gracia duduk berhadapan dengan Vienny. Sesungguhnya, Gracia sangat ingin menuangkan menu sarapan pagi ini karena ekspresi Vienny yang selalu saja seperti meremehkan dirinya.

"Yasudah ayo makan" ucap Agler mulai memakan sarapan.

"Lain kali jangan membuat sup seperti ini Gracia" ucap Amora meletakkan sendok nya kasar setelah mencicipi sup buatan gadis itu. Gracia bingung dan langsung mencobanya, gadis itu mengkerutkan keningnya "perasaan gaada yang salah deh" ucap Gracia dalam hati.

"Iyaa mah" Gracia hanya mampu mengucapkan kata itu, selagi Agler ada disini ia tak berani membantah dan hanya tau menurut saja. Hening, hanya ada suara perpaduan piring dan sendok saja. Setelah beberapa menit,

"Aku sudah selesai, duluan pah" ucap Gracia, memang gadis ini tak suka makan dirumah, suasananya sangat tidak enak menurutnya. Benar benar mencekam.

"Sayang" Gracia mengalihkan pandangan nya saat mendengar suara yang sangat ia kenali. Gracia tersenyum saat pandangan matanya menangkap Shani yang sudah dengan setelan kantoran seperti biasanya.

Sedangkan Vienny tercengang, terpukau melihat tampilan Shani saat ini. Agler menatap Shani, dan mengajak calon menantunya itu untuk bergabung, namun Shani segera menolak secara halus. Dirinya harus segera membawa Gracia pergi ke kantor.

"Kak Shani kok tiba-tiba jemput?" tanya Gracia penasaran, Shani menoleh sebentar dan fokus melajukan mobilnya menuju perusahaannya.

"Salah kalau saya jemput pacar sendiri?" tanya Shani balik

"Pacar?" beo Gracia heran

"Ya sebelum menikah kan, berarti pacaran dulu Gracia" balas Shani

"Boleh juga" Gracia tersenyum ceria, bagus juga ide Shani pikirnya.

Setelah sampai, Shani menggenggam tangan Gracia menuju kantin. Memang, pagi pagi begini juga kantin kantornya sudah menyiapkan sarapan sehat untuk para pegawai. Bukankah perusahaannya ini sangat idaman?.

"Kenapa kesini kak?" bingung Gracia. Namun, hatinya sangat membuncah karena sedari tadi Shani selalu menggenggam erat tangannya. Tatapan para pegawai menuju kepada mereka. Sedangkan Shani sibuk memilih menu untuk dimakan.

"Ayoo duduk disana" Shani menarik Gracia dan mendudukkan gadis itu di kursi sampingnya.

"Kenapa disini?" tanya Gracia lagi, daritadi Shani tidak menjawab pertanyaannya!.

"Jadi mau dimana sayang? Duduk dipangkuan saya? Boleh aja, kalau kamu mau jadi topik gosip kantor hari ini" Shani tertawa melihat wajah Gracia yang sudah memerah. Cukuplah! Gracia langsung melahap Sandwich yang ada didepannya. Shani tersenyum sambil memperhatikan Gracia yang melahap makanannya. Gadis ini sangat imut dan cantik pikir Shani.

Shani sedikit membersihkan pinggir bibir Gracia menggunakan tangannya dan tersenyum manis. Gracia heran, kenapa Shani tiba tiba jadi ketagihan tersenyum begini?. Shani segera menggenggam tangan Gracia lagi dan membawa Gracia ke ruangannya.

"Kak Shani.... Aku udah bisa ke meja ku ga?" tanya Gracia karena sedari tadi ia hanya melihat Shani berkutat dengan komputer yang ada didepannya sedangkan Gracia duduk di sofa. Gadis mungil itu sudah menunggu tiga jam karena Shani tidak mengizinkan Gracia meninggalkan ruangannya.

"Bentar lagi sayang, kasih saya 10 menit" Gracia menghela nafasnya, ini adalah ucapan kelima kalinya yang Shani ucapkan. Gracia merebahkan dirinya dan asyik menscroll media sosialnya.

"Ayoo!" Gracia terkejut akibat wajah Shani tiba tiba berada didekat wajahnya. Pipi mereka hampir bersentuhan!.

"Kaget banget aku" ucap Gracia sambil mengambil posisi duduk.

"Dekorasi pernikahan itu urusan mama aku, jadi bagian kita nyari baju aja" Gracia mengangguk mengerti.

"Selamat siang Shan...ii" ucap Vienny membuka pintu dan sedikit mengecilkan suaranya saat dia menatap Gracia yang berada disamping Shani. Gracia mengerutkan keningnya bingung. Apa yang dilakukan kakak tirinya ini?

"Apakah anda tidak diajarkan sopan santun?" tanya Shani dengan nada tak suka. Tidak mengetuk pintu dan asal masuk saja pikirnya.

"Aku bawa kamu bekal buat makan" ucap Vienny sambil tersenyum dan duduk disalah satu sofa, meletakkan bekal makan siang itu di meja tepat dihadapan Shani dan Gracia.

Gracia menatap tak suka, apakah Vienny tak melihat dirinya?. Sepertinya saudara tirinya ini mencoba untuk mendekati Shani?. Gracia tersenyum sinis kepada Vienny. Sedangkan Shani, hanya diam dan tangannya bergerak merangkul pundak Gracia. Shani tau apa maksud kedatangan Vienny kesini, seperti mengibarkan bendera putih kepada Gracia bukan? Bahkan jelas jelas Gracia berada disampingnya dan masih saja melanjutkan niatnya.

"Maaf, tapi saya hendak makan siang dengan kekasih saya" tangan Shani mengajak Gracia bangkit berdiri dan tangannya berubah posisi merangkul pinggang Gracia dan meninggalkan Vienny begitu saja. Gracia sedikit menoleh kebelakang menatap Vienny dan tersenyum penuh kemenangan.

"Awas aja lu gre" gumam Vienny pelan.

"Heh mau kemana boss" ucap Desy  menghalangi langkah Shani.

"Ada bocah, mana dipegang erat lagi" lanjut Desy melirik tangan Shani yang sangat erat memegang pinggang Gracia. Sejujurnya Gracia saat ini sangat salting brutal, dan detak jantungnya sedari tadi tidak terkontrol olehnya.

"Awas Des" ucap Shani

"Ada meeting bentar lagi loh Shan" ucap Desy, dia tak ingin menjadi tumbal kali ini yang mewakilkan Shani. Jadi jalan satu satunya adalah mencegat Shani!.

"Batalin" enteng sekali mulut Shani Indira ini.

"Ga bisa" balas Desy cepat, lama lama yang jadi boss disini adalah Desy.

"Gapapa kak, kak Shani meeting dulu" ujar Gracia

"Ga sayang, lagian meetingnya bisa diundur. Persiapan untuk kita berdua lebih penting" ucap Shani

"Shan, meeting kemarin sore aja lu tunda ya" balas desy, Shani langsung saja menatap desy dengan tatapan tajam seperti menyuruh dirinya untuk menutup mulutnya. Gracia kini heran menatap reaksi keduanya. Desy yang seperti memberanikan diri untuk melarang Shani pergi, dan Shani yang tetap dengan pendiriannya.

"Kan udah gue bilang, guenya sibuk beberapa Minggu ini" balas Shani tak mau kalah.

"Jadi ini gimana?" tanya Desy

"Kalau lu nya gamau hadir, tunda aja kelain hari" ucap Shani tanda beban

"Awas des" lanjut Shani mengisyaratkan Desy untuk minggir, menghalangi jalannya saja!.

"Udah keliatan bucin tololnya" gumam Desy melihat Shani seperti sudah berubah. Padahal Shani tipikal orang yang tidak suka menunda-nunda pekerjaan. Tapi saat ini, lihatlah! Menyuruh mengundurkan jadwal meeting? Sudah saatnya Desy mempersiapkan diri sebagai tumbal Shani sepertinya. Untuk meeting hari ini? Mending Desy tunda saja. Dia juga sangat ingin berenak enakan dengan kekasihnya, yakni Anin.






















"Liebe und hoffnung geben uns die kraft leben."













Tbc.
Vote dan komen!.

DAS SCHICKAL Where stories live. Discover now