2 - Persidangan

181 33 1
                                    

2 – Persidangan

Di ulang tahun ke dua puluh duanya, Elaine akhirnya diperkenalkan pada publik. Namun, keenam kakaknya mungkin sama sekali tidak berpikir jika di hari yang sama, Elaine akan memperkenalkan calon suaminya. Well, Elaine pun tidak menduga rencananya akan berhasil secepat ini.

Siapa sangka, calon suaminya ini lebih berani dari yang dia pikir? Berlutut di depan Elaine, di depan keenam kakak Elaine yang tampak siap membunuhnya saat ini juga, bukanlah hal yang bisa dilakukan sembarang orang. Tidak. Hanya melakukan hal yang tidak disukai keenam kakaknya saja adalah hal yang paling dihindari semua orang yang mengenal keluarga Darwin.

Reed Barraga. Bukan kesalahan Elaine memilih pria ini. Dia bahkan tak perlu repot-repot menculik pria itu.

Elaine menyambut uluran tangan pria itu dan tersenyum. Pria itu lantas berdiri dan berpindah ke samping Elaine. Tangannya menggenggam tangan Elaine. Pria ini ... benar-benar tak takut mati.

Bahkan Elaine pun sedikit gentar ketika melihat reaksi keenam kakaknya saat ini. Remia, kakak tertuanya yang biasanya paling memberi Elaine kebebasan selama ada pengawal di sekitar Elaine, tampak menatap dingin ke arah tangan Reed dan tangan Elaine. Kakaknya itu dengan jelas menunjukkan ketidaksukaannya. Salah-salah, dia akan memberi perintah untuk memotong tangan Reed di sini.

Jerome yang juga biasanya paling tenang, tampak mencengkeram erat gelas minum di tangannya. Sementara Aaron yang biasanya paling easygoing, sudah melotot marah. Katya yang memang biasanya paling cerewet tentang Elaine, tampak tak bisa berkata-kata, meski wajahnya begitu merah karena amarah. Shane yang paling suka mengatur dan sangat kaku, tampak tak percaya. Namun, dia dengan cepat menguasai situasi dengan mengecek dengan asistennya, sepertinya memastikan media tidak sampai tahu kabar ini.

Sementara, Davon yang biasanya paling sering bercanda bahkan di situasi paling serius pun, tampak mengasah pisau yang entah didapatnya dari mana. Well, kakaknya yang satu itu memang punya hobi berburu. Namun, saat ini tak ada yang bisa diburu di tempat ini. Well, kecuali jika targetnya adalah pria di sebelah Elaine ini.

"Terima kasih atas kedatangannya ke acara ini. Saya Elaine, putri bungsu keluarga Darwin, ingin mengumumkan bahwa saya akan menikah dengan pria di samping saya ini, Reed Barraga. Saya harap semua orang turut berbahagia untuk cinta kami berdua," ucap Elaine sembari tersenyum.

Syukurlah, suaranya tidak bergetar. Karena saat ini, Elaine bisa merasakan tangannya gemetar di genggaman Reed. Namun, ia kemudian merasakan genggaman tangan Reed semakin erat. Elaine berusaha menenangkan diri. Bahkan meski ia harus melawan keenam kakaknya, ia tidak sendiri.

Meski begitu, suasana seketika begitu hening dan mencekam setelah pengumuman Elaine tadi. Di situasi seperti ini, seharusnya mereka bertepuk tangan dan ramai mengucapkan selamat. Namun, tak satu pun orang di ruangan itu yang berani melakukan itu ketika melihat reaksi keenam kakak Elaine.

Seolah itu belum cukup buruk, suara dingin Remia kemudian memenuhi ruangan,

"Pesta ini selesai. Semua orang selain anggota rumah ini, silakan pergi dari sini."

Tidak ada yang protes. Tidak ada yang berani. Terutama ketika ekspresi Remia tampak lebih dingin dari biasanya. Terlahir sebagai anak pertama perempuan di keluarga Darwin, Remia diakui sebagai ahli waris utama keluarga Darwin yang kelak akan menggantikan kakek mereka. Kemampuan dan kepemimpinannya di perusahaan sudah diakui. Karena itu, Remia begitu disegani. Namun, tak ada seorang pun yang cukup berani untuk membuat Remia marah.

Dalam hitungan menit, ruang depan rumah itu kosong dari para tamu. Hanya tinggal anggota keluarga Darwin dan orang-orang yang tinggal di rumah itu. Tentu saja itu membuat suasana rumah itu semakin mencekam. Tak ada yang berani bersuara. Jangankan bersuara, bergerak pun tak ada yang berani. Kecuali head butler yang mengantar para tamu undangan hingga ke depan pintu tadi.

Elaine menahan napas ketika mendengar tarikan napas tajam kakak sulungnya yang diikuti dengan,

"Jadi, apa maksudnya semua ini, Elaine?"

Elaine berhasil meloloskan senyum bahkan di situasi itu. "Seperti yang Kakak lihat," jawab Elaine. "It's love at first sight."

"What kind of bullshit ..." geram Davon. Namun, kakak yang dua tahun lebih tua darinya itu tak melanjutkan protesnya ketika Remia mengangkat satu tangan.

Remia lantas mengalihkan perhatian dari Elaine dan menatap Reed lekat. "Reed Barraga," panggilnya. "Apa pun yang ditawarkan adikku padamu, aku bisa memberikannya padamu. Keluarga Barraga? Aku bisa memberikannya padamu. Bahkan, nyawa setiap orang dengan nama marga Barraga akan kuberikan padamu. Jadi, hentikan omong kosong ini karena batas kesabaranku hanya sampai di sini." Sorot mata Remia jelas menunjukkan ancaman.

Elaine menelan ludah gugup. Ia tak punya cukup waktu untuk menjanjikan dan membicarakan lebih banyak hal dengan Reed. Bagaimana jika Reed lebih memilih bantuan kakaknya? Tidak hanya itu. Dibanding kata-kata Elaine yang belum pernah ia temui sebelumnya, kata-kata dan janji Remia mungkin bisa lebih ia percaya. Pun posisi Remia yang jelas bisa mem-backing kata-kata dan janjinya itu.

Jika Reed menyerah di sini ... apa yang harus Elaine lakukan?

***

Sejujurnya, penawaran Remia itu adalah penawaran yang jauh lebih aman dan lebih baik dari penawaran Elaine. Apa yang lebih baik dari dukungan calon penerus dan pimpinan keluarga Darwin?

Namun, genggaman tangan Elaine yang terasa mencengkeram di tangan Reed menyadarkan Reed. Penawaran Remia mungkin lebih baik dari penawaran Elaine. Namun, itu tidak cukup.

Melihat reaksi Remia yang sampai bersedia melakukan sejauh ini untuk Elaine, membuat Reed berpikir, mana yang benar-benar lebih baik dalam situasi ini untuknya. Remia bisa saja memanggil para pengawal yang ada di ruangan itu untuk menarik Elaine pergi dari Reed. Lalu, dia bisa saja membunuh Reed di tempat ini saat itu juga. Toh, banyak juga yang ingin Reed lenyap, jadi itu tidak akan terlalu menjadi masalah.

Namun, Remia tidak melakukan itu. Tidak hanya Remia. Dari enam Darwin bersaudara itu, tak ada satu pun dari mereka yang berani bertindak di situasi itu. Amarah mereka sepenuhnya tertuju pada Reed. Namun, untuk Elaine, hanya ada satu emosi yang kompak mereka tunjukkan; kekhawatiran.

Reed melirik Elaine. Gadis ini ... mungkin dia tidak menyadari kendali apa yang dia miliki atas kakak-kakaknya. Di sisi lain, Reed sudah melihat sendiri, bagaimana keenam Darwin bersaudara yang dikenal sebagai monster di industri bisnis yang mereka pegang masing-masing, tak berdaya di hadapan tantrum adik bungsu mereka.

"Jika cintaku tidak cukup, aku bisa memberikan duniaku padanya. Jika itu tidak cukup, aku akan memberikan hidupku padanya," Reed berkata. "It's indeed love at first sight."

Pernyataan Reed itu disambut berbagai reaksi. Bantingan gelas, umpatan marah, makian, ancaman, hingga tantangan duel. Namun, ketika Reed menoleh, ia mendapati Elaine menatapnya dan gadis itu tersenyum padanya. Dan entah bagaimana, itu membuat Reed tak bisa lagi peduli pada keributan di sekitarnya.

Apa yang gadis ini lakukan padanya?

***

Our Contract MarriageOnde histórias criam vida. Descubra agora