5 - Knowing You

121 19 0
                                    

5 – Knowing You

"Pertama, kita tidak akan pernah jatuh cinta pada satu sama lain. Kedua, kita tidak akan memiliki keturunan," Elaine menyimpulkan dua hal yang sudah mereka sepakati itu.

Reed mengangguk. "Tapi sejauh ini, kamu hanya menyebutkan semua syarat yang kuminta," sebutnya. "Bagaimana denganmu? Apa yang kamu inginkan?"

Reed bisa melihat kewaspadaan gadis itu kemudian.

"Kenapa? Kamu tidak percaya jika aku juga bisa memenuhi permintaanmu?" singgung Reed tanpa basa-basi. "Ini adalah kesepakatan yang akan sama-sama menguntungkan kita. Dan aku yakin, kau menawarkan itu padaku karena ada yang kamu inginkan. Atau, kamu hanya ingin menikah denganku karena kamu benar-benar jatuh cinta padaku?"

Elaine seketika menggeleng keras. "Tidak, sama sekali tidak seperti itu," tepisnya kuat. "Kamu tidak perlu khawatir. Aku tidak jatuh cinta padamu dan aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu."

Reed mengernyit kecil. Ya, memang itu yang ia inginkan. Namun ketika gadis itu mengatakannya seperti itu, entah kenapa ...

"Jadi, apa yang kamu inginkan?" tanya Reed. "Kamu bahkan menawarkan Barraga untukku. Jadi, aku akan berusaha melakukan yang terbaik untuk memenuhi semua permintaanmu."

Elaine menarik napas dalam, lalu akhirnya menjawab, "Kebebasan."

Reed mengerutkan kening. Apa?

"Aku ingin mendapat kebebasan untuk melakukan apa pun yang kuinginkan," tandas gadis itu.

Jangan bilang, gadis itu ...

Reed mendengus tak percaya. "Jadi, kamu menyukai gaya hidup bebas seperti itu?" Karena itukah, gadis itu mengatakan tentang Reed yang bisa dengan bebas berhubungan dengan wanita lain?

Elaine mengangguk. "Aku ingin bebas. Hanya itu," tandasnya.

Reed tak menjawab selama beberapa saat. Sebenarnya, itu bukan permintaan sulit. Skenario terburuk, itu hanya akan memperparah image Reed. Memiliki istri yang suka bermain di luar bersama pria lain, akan menjadi satu lagi rumor buruk tentangnya. Namun, jika Elaine menjamin Barraga akan jatuh ke tangan Reed, itu tidak akan menjadi masalah.

Reed menghela napas. "Baiklah," jawabnya. "Aku toh sudah memiliki banyak rumor buruk. Apa pun yang kamu lakukan tidak akan bisa memperburuk itu lagi."

Ekspresi Elaine seketika meredup. "Apa itu ... akan menyulitkanmu?" tanya gadis itu cemas. "Jika itu menyulitkanmu, aku ..."

Reed mengibaskan tangan, menepis kecemasan gadis itu. "Jika itu yang kamu inginkan, aku akan memenuhinya. Apa pun itu," klaimnya. "Hanya satu hal. Aku perlu tahu ke mana kamu pergi dan dengan siapa kamu pergi agar setidaknya aku tahu kamu tidak berada dalam bahaya. Dan sebelumnya, aku akan meminta izin untuk menyelidiki semua pria yang akan dekat denganmu untuk memastikan mereka bukan orang yang berbahaya untukmu dan untukku. Kuharap kamu tidak terlalu keberatan karena itu juga menyangkut aku. Karena itu ..."

"Tunggu, tunggu," sela Elaine. "Aku minta kebebasan."

"Tapi, demi keselamatanmu ..."

"Tapi, bukan itu maksudku," Elaine kembali menyela.

Reed mengerutkan kening tak mengerti.

"Untuk yang pertama, kamu benar.aku akan memberitahumu ke mana pun aku pergi. Pun jika ada yang pergi denganku, aku akan memberitahumu, meski kemungkinan orang itu hanyalah nanny-ku. Dia bukan hanya pengasuh, tapi juga asisten pribadi dan pengawal pribadiku. Tapi, selain itu ..." Elaine mengernyit terganggu. "Dan tentang pria yang kau sebutkan itu ... itu tidak akan ada. Maksudku, jika ada pria malang yang nekat mendekatiku, besok mereka mungkin akan muncul di televisi dalam berita buruk. Aku tidak sekejam itu untuk membahayakan orang sembarangan."

Reed mengerjap. Apa ia salah mengerti maksud keinginan Elaine?

"Tapi ... kau ingin kebebasan ..."

"Maksudku, kebebasan untuk melakukan apa pun yang kuinginkan dan pergi ke mana pun yang kuinginkan. Seperti ke restoran seperti ini, misalnya. Aku juga ingin mencoba banyak hal. Seperti memasak, menanam bunga, dan berjalan-jalan di tempat umum," urai Elaine.

Reed ternganga. Untuk hal seperti itu ... apakah gadis itu perlu kebebasan untuk melakukannya?

"Kamu sudah lihat bagaimana kakak-kakakku," sebut Elaine dengan ekspresi muram.

Reed memperbaiki ekspresinya karena merasa tak sopan. Ia hanya terlalu terkejut tadi.

"Di mataku, mereka tampak sangat peduli padamu ..."

"Kamu benar," tukas Elaine. "Tapi ... lebih dari itu."

Reed menatap Elaine yang tampak semakin muram, menunggu gadis itu melanjutkan. Ini mungkin adalah pertama kalinya ia mendengar cerita sebenarnya tentang apa yang terjadi di keluarga Darwin.

"Aku tahu mereka menyanyangiku. Aku tahu mereka sangat peduli padaku. Tentu saja, ketika aku masih kecil, aku sangat menyukai semua perhatian mereka. Aku tidak pernah bermain keluar rumah. Aku tidak pernah punya teman. Tapi, aku tidak mengeluh. Karena mereka selalu membanjiriku dengan kasih sayang dan hadiah." Elaine tersenyum seolah mengenang masa-masa itu.

"Tapi, ketika aku tumbuh dewasa, aku menyadari ada yang salah dengan situasiku. Aku tidak pernah bisa melakukan apa pun yang kuinginkan, meski itu hanya sekadar memasak." Elaine tersenyum getir. "Bahkan hingga saat ini, aku masih tak punya teman satu pun." Elaine menatap Reed. "Apa kau tahu, terkadang jika aku bosan, aku mengobrol dengan Sally tentang hal-hal remeh?"

"Bukankah itu berarti, setidaklnya kau punya satu orang teman?" sebut Reed, dengan harap itu akan membuat Elaine merasa lebih baik. Namun. Reed menyesali itu ketika Elaine menjawab,

"Sally adalah asisten AI yang ada di kamarku."

Asisten AI? Reed sendiri memiliki asisten AI di kamarnya untuk melakukan hal remeh seperti membuka gorden atau menyalakan lampu. Ia juga selalu mendapat informasi perkiraan cuaca dari asisten AI-nya setiap pagi. Tentang pekerjaan pun, mereka bisa membantu mengakses informasi global tentang hari itu. Namun, untuk mengobrol ...

"Well, it's not that bad, honestly," lanjut Elaine sembari tersenyum geli. "Terkadang dia memberikan lelucon-lelucon aneh jika aku memintanya membuatku tertawa. Tapi ... dia seringnya tidak mengerti ketika aku menanyakan emosi yang kurasakan. Dan saat itulah, aku menyadari, jika aku tak punya satu teman pun."

"Johnny," Reed menyebutkan.

Elaine mengerutkan kening. "Apa?" tanyanya bingung.

"Asisten AI-ku namanya Johnny," Reed menjelaskan. "Well, jika bicara tentang teman, sepertinya kita sama. Dibandingkan dengan seorang teman, aku mungkin lebih banyak mengobrol dengan Johnny."

Elaine mengerjap, sebelum kemudian tertawa. Ah ... dia bisa tertawa seperti itu.

"Wow ... it was a good laugh," ucap gadis itu puas. "Terima kasih. Itu benar-benar membuatku merasa lebih baik." Elaine mengusap sudut matanya. Dia tertawa sampai mengeluarkan air mata. "Kamu tahu, Reed? Kamu benar-benar orang baik."

Giliran Reed yang mengerjap kaget. Ini ... pertama kalinya ia mendengar hal seperti itu tentangnya.

***

Our Contract MarriageWhere stories live. Discover now