6 - Rumor Terburuk

112 20 2
                                    

6 – Rumor Terburuk

Setelah itu, mereka melanjutkan diskusi tentang apa yang Elaine inginkan. Elaine menyebutkan kebebasan macam apa saja yang dia inginkan. Dia ingin bisa bebas berbelanja di luar dan juga berlibur keluar rumah. Dia ingin pergi ke puncak dan ke pantai. Dia ingin mencoba banyak hal seperti archery, shooting, dan berkuda.

Reed mencatat itu semua dalam kepalanya sembari mengamati ekspresi Elaine yang begitu bersemangat menjelaskan semua itu. Selama ini, bukan hanya tidak pernah bisa melakukan semua itu, gadis itu mungkin bahkan tidak boleh mengucapkan keinginannya itu.

Namun, gadis itu tiba-tiba berhenti dan menatap Reed, tampak khawatir. Apa lagi sekarang?

"Ah, maaf. Apa aku meminta terlalu banyak?" tanya gadis itu.

Reed menggeleng tanpa ragu. "Kamu bisa meminta lebih banyak lagi," jawab Reed. "Lagipula, semua yang kamu minta itu sama sekali bukan hal yang sulit."

Kekhawatiran Elaine berganti senyum lega setelah Reed mengucapkan itu.

"Terima kasih karena mengatakan itu. Tapi, aku tahu, pasti itu tidak akan mudah juga bagimu. Maksudku ..."

"Elaine," sela Reed. "Ketika kupikir kebebasan yang kamu inginkan adalah kebebasan untuk bersama pria lain, aku tidak merasa itu begitu menyulitkanku. Karena sebagai istriku, kamu tidak perlu khawatir tentang hal seperti itu. Image ataupun rumor tentangku, kamu tidak perlu peduli tentang itu. Karena apa pun yang kamu lakukan, itu tidak akan menyulitkanku. Aku sudah punya cukup banyak rumor buruk hingga hal terburuk yang akan kamu lakukan pun tidak akan menjadi masalah untukku."

Elaine mengerjap. "Tapi ... aku tidak ingin melakukan itu."

Reed terkejut mendengar itu.

"Aku tidak ingin kamu mendapat lebih banyak rumor buruk karenaku," lanjut Elaine. "Dan seperti yang kubilang tadi, tidak akan ada pria lain yang berani mendekatiku. Selain itu, aku juga tidak akan pernah mengkhianatimu."

Reed mengernyit. "Kamu tidak akan pernah mengkhianatiku?" Reed mengulangi.

Elaine mengangguk. "Kakekku tidak pernah mengkhianati nenekku. Bahkan setelah Nenek meninggal, Kakek tidak pernah menikah lagi atau dekat dengan wanita lain. Begitu pun dengan papaku. Papa tidak pernah mengkhianati Mama dan setelah Mama meninggal pun, Papa tidak pernah mengkhianati Mama. Hingga akhir hayatnya, Papa setia pada Mama," cerita gads itu sembari tersenyum.

Reed tertegun. Hal seperti itu ... benar-benar ada?

"Karena itu, aku juga tidak akan pernah mengkhianatimu," tandas Elaine.

Reed menatap Elaine. "Lalu, kenapa kamu berkata jika aku bisa bertemu wanita lain, bahkan membawa anak dari wanita itu ke pernikahan kita?" singgungnya.

Elaine menelengkan kepala. "Karena aku tidak ingin mengekang kebebasanmu," jawabnya. "Lagipula, aku yang mengajukan penawaran pernikahan ini. Aku sendiri menginginkan kebebasan, jadi bagaimana bisa aku mengekang kebebasanmu?"

Reed menghela napas. "Kau tidak perlu khawatir tentang itu. Aku juga tidak berniat untuk membiarkanmu mengekang kebebasanku. Tapi, aku tidak akan bertemu wanita lain atau membawa anak dari wanita lain. Pertama, aku tidak menginginkan wanita. Kedua, aku tidak menginginkan cinta. Ketiga, aku tidak membutuhkan semua itu. Wanita, cinta, anak, keluarga. Aku tidak membutuhkan itu semua. Jadi ..."

Tatapan khawatir Elaine kemudian menghentikan kalimat Reed.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Reed penasaran.

"Kamu tidak perlu malu," ucap gadis itu kemudian.

Reed mengerutkan kening. Apa maksudnya?

"Jika rumor terburuk tentangmu itu benar, kamu tidak perlu malu padaku," terang Elaine.

Reed tak pernah jika ia akan berada di situasi di mana dirinya akan dibuat frustrasi karena rumor tentangnya. Selama ini, ia tak pernah peduli pada semua rumor itu. Namun, saat ini ...

"Kalaupun kamu ingin mengobati itu, aku bisa membantumu mencari dokter terbaik ..."

"Tidak," tolak Reed cepat. "Itu tidak perlu."

Elaine mengangguk. "Mengingat kamu tidak menginginkan wanita atau anak, yeah, sepertinya memang itu tidak perlu ..."

"Bukan itu," geram Reed. "Aku tidak perlu dokter karena aku baik-baik saja dan itu hanya rumor."

Elaine menatap Reed ragu. Ugh! Ini benar-benar membuat Reed frustrasi.

"Jika kita sudah menikah nanti, kamu juga akan tahu sendiri," Reed akhirnya berkata.

"Kamu akan menunjukkannya padaku?" tanya Elaine dengan polosnya.

Reed tak tahu kenapa ia tiba-tiba membayangkan situasi itu dan wajahnya seketika terasa panas. Satu tangan Reed menangkup wajahnya yang menunduk.

"Reed? Kau baik-baik saja?" tanya Elaine di depannya. "Telingamu merah sekali. Kamu kepanasan?"

Dammit, Darwin! Apa yang mereka lakukan pada gadis ini? Gadis ini terlalu polos untuk perempuan seusianya. Apa dia bahkan tahu apa yang dikatakannya barusan?

"Apa itu sakit?" tanya Elaine tiba-tiba.

Reed menarik napas dalam dan menarik turun tangannya untuk menatap gadis itu. "Apa maksudmu?" Reed balik bertanya.

Mengejutkannya, Elaine tiba-tiba berdiri dan mencondongkan tubuh ke arah Reed, mendekatkan wajah mereka. Lalu, satu tangannya menutupi sisi wajahnya yang menghadap ke arah dalam restoran dan berkata,

"Apakah impoten itu rasanya sakit?"

Apa ... katanya?

"Um ... Reed, wajahmu merah sekali. Sepertinya kamu sakit," sebut Elaine dengan wajah cemas kemudian.

Reed memundurkan tubuh untuk menjaga jarak dan mengendalikan suhu tubuhnya. Memangnya gara-gara siapa Reed bereaksi seperti ini? Terlepas dari rumor itu, Reed pria normal. Dan gadis itu ...

"Ah!" Elaine tiba-tiba memekik panik.

Apa lagi sekarang?

"Apa kamu sakit karena itu?" Gadis itu memelotot panik.

Reed bersumpah, dia akan melenyapkan rumor itu. Dia akan membuktikan rumor itu salah, setidaknya di depan Elaine.

Rumor sialan itu!

***

Our Contract MarriageWhere stories live. Discover now