14 - Our Win

74 12 0
                                    

14 – Our Win

Selama tiga minggu terakhir ini, Reed merasa ada yang janggal. Skandalnya dengan aktris dengan reputasi buruk dari agensi Shane itu berakhir dengan aktris itu ditangkap Van ketika sedang menguntit Reed dan dilaporkan ke polisi karena menyetir dalam keadaan mabuk. Dia bahkan memiliki obat terlarang di mobilnya. Skandal mereka pun berakhir karena Reed melaporkan kejahatan wanita itu.

Setelah itu, entah kenapa, Reed mendapat banyak e-mail tentang permintaan bantuan untuk beberapa selebriti. Ada yang terlibat kasus prostitusi agensi, ada yang terjebak kontrak budak yang merugikan, bahkan ada anak di bawah umur yang dipalsukan umurnya.

Berkat kasus bullying penyanyi baru dan kasus aktris yang menjadi lawan skandalnya itu diungkap olehnya, sepertinya orang-orang berpikir jika Reed adalah semacam penegak keadilan atau semacamnya. Reed menyerahkan semua itu pada Van untuk membereskannya. Dia sendiri punya perang yang harus ia bereskan melawan Remia.

Namun, berkat rumor tentang Reed yang membantu para artis yang tertindas itu, eksekutif perusahaannya tidak segahar di awal-awal dulu ketika menyerangnya setiap kali Remia menyerang perusahaan mereka. Image perusahaan mereka pun perlahan naik lagi karena Reed.

Masalahnya, hanya ada satu orang ... lebih tepatnya, satu keluarga, yang bisa melakukan hal seperti ini. Dan melihat ranah kuasanya, ini adalah Shane Darwin. Namun, apa yang ia lakukan ini?

Dia yang menjebak Reed, tapi malah justru dia seolah membantu Reed. Tunggu. Jangan bilang ... Elaine mengatakan sesuatu pada Shane?

Reed harus menanyakan itu pada Elaine nanti. Ia tak ingin melibatkan Elaine dalam perangnya. Ia tak tahu bagaimana Remia akan bereaksi tentang ini. Jika dia menyerang Elaine karena masalah ini ...

Tidak. Dia tidak akan melakukan itu pada Elaine. Namun, dia juga tidak akan tinggal diam. Jika dia tidak menyerang Elaine, maka targetnya adalah Reed, atau Shane. Dan dia akan melakukannya di depan Elaine.

Reed menghela napas. Ia baru saja merasa lega karena akhirnya perang melawan Remia sebulan ini berakhir dengan acara makan malam ini. Namun, sepertinya ia masih harus menghadapi panah terakhir dari sulung Darwin bersaudara itu.

Ia hanya berharap, Elaine akan baik-baik saja, apa pun yang dilakukan Remia pada Reed nanti.

***

Ketika Nancy memanggil Elaine untuk makan malam, Elaine pikir Reed sudah datang. Namun, saat ia memasuki ruang makan, alih-alih Reed, ia justru mendapati kakak-kakaknya yang sudah menunggu di sana. Ah, kecuali ... Shane.

"Kak Shane lembur lagi meski ini akhir pekan?" tanya Elaine sembari duduk.

"Tidak," jawab Remia. "Tapi, kurasa kamu yang lebih tahu jawabannya, kenapa dia tidak ada di sini, Elaine." Remia tersenyum kecil padanya.

Elaine mengernyit kecil. Apa ini karena ... apa yang dilakukan Shane untuk membantu Reed?

"Tuan Reed sudah tiba," Hermann, head butler rumah itu mengumumkan dari pintu ruang makan.

Elaine seketika menoleh, menatap Reed yang baru masuk ke ruangan itu dengan khawatir. Jika Shane saja sampai diusir dari makan malam ini, bagaimana Remia akan menghukum Reed? Dia pasti akan menyalahkan Reed karena menerima bantuan Shane, alih-alih Elaine.

"Maaf, aku terlambat," Reed berkata sembari menunduk kecil.

Tak ada jawaban.

"Reed ..." Elaine berusaha untuk tetap tenang di hadapan pria itu, tapi ... ia tidak bisa.

Reed menatap Elaine dan menghampirinya. Pria itu mengernyitkan kening sembari menyentuh bahu Elaine lembut.

"Elaine, ada apa?" tanya Reed. Suaranya terdengar khawatir.

Elaine bahkan tak bisa menjelaskan pada pria itu apa yang terjadi. Pria itu juga pasti tidak tahu jika Elaine melakukan sesuatu di belakangnya. Ia hanya ingin membantu Reed. Ia hanya ...

"Duduklah, Reed Barraga." Suara dingin Remia membuat suasana di ruang makan itu semakin tegang.

Reed akhirnya duduk di sebelah kanan Elaine. Namun, Elaine kemudian merasakan tangan kiri Reed terulur untuk menggenggam tangan kanan Elaine.

"Sepertinya ada yang membuatmu tidak puas dengan hasil tesmu untukku," Reed berbicara tanpa gentar pada Remia.

"Kamu menyadari kecuranganmu?" dengus Remia.

"Aku tidak merasa melakukan kecurangan," balas Reed. "Tapi, jika kamu butuh seseorang untuk disalahkan untuk itu, kamu bisa menyalahkanku dan berhenti membuat Elaine merasa tak nyaman."

Elaine menahan napas, terkejut karena Reed menantang Remia seperti itu.

"Reed ..." Kalimat Elaine terhenti tatkala pegangan tangan Reed di tangannya mengerat.

"Kamu bisa melakukan apa pun padaku. Tapi, jangan pernah menempatkan Elaine di situasi yang tak nyaman untuknya," Reed berkata. "Bahkan setelah kami menikah, jika kamu ingin terus menyerangku, aku tidak akan mempermasalahkan itu. Aku akan menghadapimu. Tapi, jangan libatkan Elaine."

Elaine seketika panik mendengar itu. Tidak. Apa yang Reed katakan itu? Jika Remia tetap melanjutkan perangnya dengan Reed bahkan setelah mereka menikah, apa untungnya pria itu menikah dengan Elaine? Dia hanya akan menderita karena Elaine.

"Elaine, jangan khawatir," Reed berbicara tanpa menatap Elaine. "Selama aku ada di sampingmu, tak ada yang perlu kamu khawatirkan. Dan jangan takut lagi." Pria itu lantas menoleh pada Elaine dan tersenyum. "Cause it's our win." Pria itu mengangkat tangan Elaine yang ada dalam genggamannya dan mendaratkan kecupan di jemari Elaine.

Elaine mengerjap, tersadar. Pria itu benar. Ini kemenangan mereka. Dan Remia tidak akan menarik kata-katanya. Terlepas dari apa pun yang ditawarkan Reed, dia tidak akan menarik kembali keputusannya.

Ketika Elaine kembali menatap Reed, ia tak bisa menahan senyumnya. Lega. Syukurlah, pria itu ada di sampingnya.

***

Ketika Reed melihat ekspresi pucat ketakutan Elaine saat ia tiba di rumah Elaine tadi, ia bisa merasakan seolah ada yang meremas jantungnya. Ia tak pernah merasa seperti itu sebelumnya. Namun, ia tak suka itu.

Untungnya, setelah Reed mengklaim kemenangannya dengan Elaine tadi, Remia tidak mengatakan apa pun lagi tentang apa yang dilakukan Shane di belakangnya. Dia juga tidak mengatakan apa pun tentang pernikahan Reed dan Elaine.

Usai makan malam tadi, Elaine mengajak Reed pergi ke ruang tamu untuk bicara. Begitu mereka hanya berdua di ruang tamu itu, gadis itu menggenggam kedua tangan Reed dan dengan ekspresi lega berkata,

"Terima kasih, Reed."

"Bukankah aku yang seharusnya berterima kasih?" balas Reed. "Aku bahkan tidak tahu jika kamu membantuku di belakangku."

Elaine tersenyum. "Karena kamu juga selalu membantuku, aku ingin melakukan sesuatu untukmu. Aku juga ingin membantumu," balasnya.

"Kamu tidak perlu melakukan itu, Elaine," Reed menolak halus.

Elaine menggeleng. "Sama seperti kamu selalu berada di sampingku ketika aku menghadapi kakak-kakakku seperti tadi, aku juga akan berusaha untuk selalu ada di sampingmu," ucapnya sembari tersenyum.

Jika gadis itu tersenyum seperti itu, bagaimana Reed bisa menolaknya?

***

Our Contract MarriageWhere stories live. Discover now