Chapter 16

85.1K 4.6K 19
                                    

"Kau akan tidur di kamarku ?" Pertanyaan Ayra meluncur dengan tiba-tiba ketika mereka berdua baru saja sampai di rumah.

Sebelum pulang ke rumah Gideon mengajaknya untuk mampir ke salah satu mall. Membeli beberapa barang yang diperuntukkan untuk Ayra.

Hal itu membuat Ayra merasa terenyuh karena Gideon menyadari perubahan tubuhnya yang membuat baju Ayra tidak muat.

Baik Ayra dan Gideon terlihat sama terkejutnya dengan ucapan Ayra. Namun ucapannya tidak bisa ditarik dan Ayra memilih diam menunggu jawaban Gideon.

Pria itu terlihat tersenyum geli dan menutup pintu mobil. Sebelum berjalan mendekati Ayra yang masih berdiri di samping mobil.

Gideon mengulurkan tangannya dan mengusap pipi Ayra dengan lembut. Sebelum tangannya turun dan melingkar di pinggang Ayra.

"Tidur di kamarmu hm... Kau tau itu adalah kalimat paling seksi yang pernah kudengar" kedua pipi Ayra memerah dan Ayra memilih memundurkan tubuhnya.

Namun Gideon menahannya dengan memiringkan kepalanya. Bahkan jarak wajah mereka yang cukup dekat membuat Ayra semakin berdebar.

Kedekatan mereka akhir-akhir ini membuat Ayra hampir lupa jika pria di depannya ini. Tak lebih dari suami hanya untuk pertanggung jawaban.

Bukan karena sesuatu yang lebih.

Namun sepertinya tidak ada yang menyalahkan Ayra. Jika dirinya benar-benar jatuh pada pesona Gideon.

Bagaimanapun pria itu nyaris sempurna untuk dijadikan suami. Bahkan tidak ada tanda-tanda Gideon tidak menyetujui kedekatan mereka.

Sepertinya pria itu juga menikmati semua waktu yang mereka nikmati bersama. Bukankah itu sesuatu yang baik ?

"Sepertinya aku akan mempertimbangkan untuk kita jadi satu kamar" Ayra mengernyitkan keningnya dan Gideon seperti mengerti lalu tersenyum.

"Tidak ada sebutan kamarmu ataupun kamarku Ayra. Kau akan pindah ke kamarku, mulai malam ini"

*-*-*

Gideon menggandeng tangannya dan membuat Ayra kearah pintu yang selama ini hanya mampu di pandangnya.

Aroma khas Gideon langsung menguar ketika pintu terbuka dan Gideon membawanya masuk. Pria itu terlihat tersenyum melihat reaksi Ayra dan menutupnya.

"Ini akan menjadi kamar kita" suara Gideon terdengar dan membuat Ayra menolehkan kepalanya.

Pria itu berjalan mendekat dan berdiri di sampingnya. Sedangkan kedua mata Ayra langsung menatap ke sekitar.

Jelas kamar ini dua kali lipat lebih besar daripada kamarnya di rumah ini. Semua yang ada di kamar ini benar-benar bisa mewakili sosok Gideon.

Semua tatanan ruangan dan warnanya benar-benar menggambarkan sosok Gideon. Kombinasi warna Hitam dan putih yang dipadukan dengan bagus.

Belum lagi aroma maskulin yang digunakan Gideon tercium samar di ruangan ini.

"Kau menyukainya ?" Suara Gideon terdengar dan Ayra menolehkan kepalanya.

Kali ini dengan senyuman dan menganggukkan kepalanya. Hatinya menghangat membayangkan jika hubungan mereka semakin maju.

Jika dulu Ayra membayangkan hubungan mereka hanya layaknya pernikahan saling memanfaatkan. Namun karena hal ini Ayra mulai merasakan segarnya harapan.

"Lalu kamarku ?" Tanya Ayra dengan menghadap Gideon.

"Kita bisa mengubahnya menjadi kamar anak kita. Sebenarnya sejak awal aku akan menempatkan mu di sini, di kamarku. Hanya saja aku berpikir kau mungkin ingin penyesuaian diri di sini. Jadi... Saat kau tak menolakku di kamarmu aku yang berinisiatif ke sana tiap malam" ucapan Gideon membuat kedua pipi Ayra memerah dan pria itu tersenyum geli.

Scandal of BillionaireKde žijí příběhy. Začni objevovat