3. Pengen Semok

9 1 0
                                    

———

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

———

Gavan kembali mengecek lembar demi lembar setiap isi dari notebook milik Wangsa, pria itu tidak bisa berkata-kata apapun lagi setelah mengetahui semuanya telah tercatat di buku ini. Termasuk semua kasus gadis itu dari awal masuk sekolah!

Belum lagi, sebagian buku itu isinya sketsa wajah cowok yang Wangsa maksud, Januar namanya. Gavan hanya berpikir, “Kok bisa anak gue seniat ini cuma demi cowok? Emang gak ada cowok lain?”

Bagian paling mencengangkan itu pada saat di lembar ke 12, di situ terdapat serangkaian daftar masalah yang harus dia lakukan di kelas akhir.

Kalau Gavan baca-baca lagi seperti ini:

Dan masih banyak lagi rencana yang ditulis Wangsa dalam bukunya, kasus paling menyeramkan yang pernah anak gadisnya itu lakukan yaitu pada nomor 9, hari di mana ia sengaja menaruh beberapa jarum di kursi guru sehingga ketika guru tersebut duduk ma...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dan masih banyak lagi rencana yang ditulis Wangsa dalam bukunya, kasus paling menyeramkan yang pernah anak gadisnya itu lakukan yaitu pada nomor 9, hari di mana ia sengaja menaruh beberapa jarum di kursi guru sehingga ketika guru tersebut duduk maka pantatnya akan otomatis tertusuk, dan hal itu membuat si guru langsung mengalami pendarahan sehingga segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk melakukan pengobatan dengan biaya yang ditanggung oleh Gavan. Karena hal itu pula, Wangsa langsung mendapat SP 2 dengan ancaman akan dikeluarkan dari sekolah apabila sekali lagi berbuat ulah yang membahayakan nyawa seseorang.

Gavan memejamkan matanya, ia tidak ingin anak gadisnya itu malah melanjutkan aksinya pada nomor-nomor yang belum dicentang, dan untuk menghindari hal itu sepertinya Gavan harus melakukan sesuatu. Setidaknya, ia harus mencari cara bagaimana agar Wangsa berhenti membuat kekacauan yang dapat merugikan semua orang!

Tok. Tok. Tok.

Seseorang mengetuk pintu, membuat fokus Gavan teralihkan. Dilihatnya ada Wangsa menyembulkan kepala, pria itu lantas menyuruhnya untuk masuk.

Setiap kali ia masuk ke ruangan ayahnya pasti atmosfir-nya langsung seketika berubah. Terasa menegangkan walaupun sebenarnya tenang.

Tapi gak juga sih, Wangsa cuma lebay aja dikit. Biar kayak di film-film, wong orang papinya itu asik.

“Papi gak akan marahin kamu, asalkan kamu bisa jelasin semua yang ada di dalam buku ini ke Papi,” terang Gavan seraya menyodorkan sebuah buku yang menjadi sumber masalah utama mengapa Wangsa bisa disidang papinya malam ini.

“Ini cuma buku coret-coret biasa aja, Pih.” Wangsa gak mau jujur dulu, siapa tahu Gavan bisa percaya, walaupun nihil, karena hampir semua daftar yang ada di buku itu sudah ia lakukan di sekolah. Dan Gavan orang yang selalu datang menanganinya.

“Biasa matamu pekok!” Gavan menyentil pelan kening Wangsa. “Kalau emang biasa kamu gak bakalan mungkin hampir di DO sama sekolah!”

“Ya gak tau, kebetulan aja mungkin,” jawab Wangsa sekenanya. Gavan pun mendengus gusar.

“Kamu, tuh, kenapa, sih, Teh?” Kadang Gavan tidak habis thinking dengan pola pikir anak gadisnya itu. “Apa yang kamu mau? Papi udah turutin semua mau kamu, emangnya masih kurang juga?”

“Aku ngelakuin itu ada alesannya, kok, Pih,”

“Buat caper ke cowok?” tanya Gavan meledek.

“Aku colok mata Ibnu karena dia pernah ngintipin aku ganti baju, aku kasih ludah ke minuman Jamal karena dia pernah numpahin minuman ke baju aku sampe baju aku kotor, aku nempelin upil ke giginya Erina karena pas aku sakit gigi dia ledekin aku—”

“Tapi perbuatan kamu gak bisa dibenarkan, Teh!” Gavan memberi jeda, membasahi bibirnya. “Jangan terlihat seperti orang yang gak berpendidikan, kamu anaknya pengusaha keramik terbesar di Asia, kamu anak Papi, apa kata orang kalau anaknya Gavan Del Wazmi kelakuannya bikin kacau semua orang?”

“Jangan bikin mami kamu sedih kalau tau kamu selalu bikin masalah di sekolah. Papi malu, Teh. Kesannya Papi gak bisa ngurus anak!” lanjut Gavan, sedih.

“Kenyataannya emang Papi gak bisa ngurusin aku dengan baik! Papi cuma mikirin kerjaan Papi aja!”

“Papi kerja juga buat kamu!” ungkap pria itu.

“Pokoknya aku gak mau tau, aku mau disuntik biar semok kayak Cupi-Cupita!” ucap Wangsa seraya berdiri dari duduknya, hendak pergi ke kamar.

Gavan melongo... kek, “Hah?! Hubungannya apa?”

“Aku tepos, Pih! Januar gak mau sama cewek tepos kayak aku, makanya aku mau semok!” teriak gadis itu di ujung pintu sebelum benar-benar lenyap dari pandangan Gavan.

Tampak pria itu meringis memegangi keningnya. Ia yang tadinya sedih, kayaknya mending dicancel aja deh. Ujung-ujungnya pasti tentang cowok juga 'kan?

Dahlah.

———

Thank u, next

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Thank u, next.
Gavan Del Wazmi

3|

THIS IS CEGIL (on going)Where stories live. Discover now