11. Perkara Jodoh

2 0 0
                                    

———

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

———

Tanpa terasa sudah terhitung satu bulan Wangsa bersemayam di pesantren Al-Ikhlas, ia sudah cukup paham dengan aturan dan prosedur untuk menjadi santri Sholehah di pesantren ini, dan dalam waktu satu bulan tersebut momen bertemu dengan sang pujaan hatinya hanya bisa dihitung dengan jari.

Beruntung hari ini Wangsa mendapat jadwal piket masjid bersama cowok itu, lumayan buat digodain. Kapan lagi coba bisa punya timing bareng kayak gini? Walau konteksnya lagi bersih-bersih masjid.

Ini adalah hari Minggu, Garden libur mengajar dan kebetulan jadwalnya piket harian. Ternyata jodoh emang gak bakal ke mana, begitulah kata Wangsa.

“Kiw, cowok!” Wangsa nempel di pintu layaknya seekor cicak sembari memandangi Garden yang tengah mengelap kaca jendela. “Lirik aku dong!”

Garden menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa menghiraukan perkataan Wangsa, sembari terus melanjutkan kegiatannya mengelap kaca jendela.

Gadis itu lantas mulai bernyanyi lagu alakadarnya dengan lirik yang sudah ia ubah-ubah tanpa peduli terhadap kualitas suaranya, entah bagus atau tidak, yang terpenting Garden dapat memahami liriknya.

“Kau jantanku yang ganteng, aw
Coba lihat aku di sini
Di sini ada aku yang cinta padamu
Oh-ho

Walau ku tahu, bahwa dirimu
Belum ada yang punya
Namun 'kan kutunggu
Sampai kau mau, wo-wo

Jangan, jangan kau menolak cintaku
Jangan, jangan kau ragukan hatiku
Lepas lah saja masa bujangmu
Ku siap jadi istrimu, jeng, jeng, jeng.”

“Dih?” Abu yang sedang memunguti sampah langsung bergidik. “Suara lo gak enak, liriknya ngawur. Dan lo gak menarik buat dinotis Aden!”

“Lebih gak menarik liat muka idiot lo, sih,” balas Wangsa seraya memberinya tatapan yang sinis, membuat cowok itu menggerutu karena sebal hingga terbitlah adu mulut di antara mereka.

“Berantem mulu dah, curiga kalian bakal jadi jodoh,” ucap Kana sembarangan sembari terkekeh pelan di sela-sela kegiatannya yang sedang menyapu lantai.

“Dih, amit, gue mah pengennya jodoh gue si Gia! Bukan cewek stres kayak dia!” Abu menolaknya tanpa pikir panjang sambil baca-baca mantra.

“Emangnya lo pikir gue juga mau gitu sama cowok modelan kayak lo? Amit-amit, gue cuma mau doi!” balas Wangsa dengan memasang wajah gondok.

“Siapa tau 'kan? Hidup itu penuh plot twist-nya.”

“Paok, lo ngomongnya jangan gitu, dong! Namanya itu mah lo nge-doain, ege!” Abu mendengus gusar. “Mana mau gue modelan bebegig kayak begitu!”

“Heh, Abu Lahab! Gue juga punya standar kali!” Wangsa melempar cowok itu menggunakan kain lap. “Tetap Garden di era gempuran bujang NCT! Inget doa-nya Abu Nawas, kalau gak jodoh, coba tolong dipikir-pikir lagi Ya Allah, takutnya salah.”

“Itu namanya lo maksa!” semprot Kana seraya memukul pelan pantat gadis itu menggunakan gagang sapu yang ada di genggamannya.

“Terkabulnya sebuah doa adalah dimulai dari kita yang senantiasa membujuk Allah,” jelas Wangsa sok iye, padahal mencontek kata-katanya Aisyah.

“Lo mah jodoh gue aja udah, jangan mau jadi jodohnya si Garden. Ribet, hafalan terus ntar!” sambar Nabawi dari arah kamar mandi.

“Yeuu, justru bagus itu, namanya ngebimbing!”

“Hei, ayo istirahat dulu. Ini ada apa, sih?” tanya Aisyah yang baru saja datang dengan membawa minuman dingin serta gorengan bakwan. “Masih kecil sudah bahas jodoh segala. Ada-ada saja. Bukannya piket yang bener, malah ngobrol.”

“Saya juga nggak ngerti dengan pembahasan mereka, Aish, padahal yang namanya jodoh dan kematian sudah ada yang atur,” jawab Garden seraya menghampiri Aisyah untuk beristirahat sembari menikmati jus jeruk dingin buatannya.

“Termasuk kamu yang ditakdirkan untuk menjadi jodohku, Bub,” ucap Wangsa, sangat percaya diri. Lantas ikut mengambil segelas jus jeruk dingin.

“Jangan terlalu berharap pada saya, saya masih banyak kekurangannya. Belum tentu juga Allah menjodohkan kita. Belajar dulu saja memperbaiki diri kamu, nanti kalau sudah saatnya pasti jodoh akan datang dengan sendirinya. Gak perlu takut, jodoh gak akan tertukar dengan milik orang lain,” jelas Garden sembari tersenyum pada Wangsa.

“Sakit gak sih? SAKITNYA TUH DI SINI, BUB!” ucap Wangsa sembari memegangi dadanya sedramatis mungkin begitu mendengar ucapan cowok itu yang secara tidak langsung menolaknya dengan halus.

Melihat itu, Kana langsung menciprat wajah cantik Wangsa menggunakan air sabun untuk mengepel.

“Udah gak usah lebay, mending bantu gue ambilin pel sana cepetan!” titah Kana pada gadis itu yang sedari tadi tidak memberikan kontribusi apapun pada piket hari ini selain sibuk menggoda Garden.

“Ngoks ah!” Wangsa berekspresi layaknya babi, kemudian segera pergi mengambilkan Kana pel. Satu bulan berada di sini tak membuat gadis itu tobat menjadi cegil, justru malah makin-makin.

“KELAKUAN MASA DEPAN LO, NOH, DEN!”

Garden hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sembari menikmati bakwan yang dibawa Aisyah. Sementara dalam diamnya, Aisyah tersenyum samar memandangi cowok di sampingnya.

“Eh? Astagfirullah, Aish!” Aisyah yang tersadar lantas memalingkan wajahnya ke arah yang berlawanan sambil mengusap-usap matanya.

“Kenapa, Aish?” tanya Garden yang melihat perempuan itu tiba-tiba bersikap aneh.

“Gak papa, cuma kelilipan,” jawabnya bohong.

“Oh.” Garden menganggukkan kepalanya.

———

Thank u, next

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Thank u, next.
Gavan Del Wazmi

11|

THIS IS CEGIL (on going)Where stories live. Discover now