8. Goreng Bakwan

2 1 0
                                    

———

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

———

“Eh, Kan, lo kenal sama cowok yang pake peci hitam, terus bajunya warna merah itu gak?” tanya Wangsa pada Kana yang sedang merapihkan beberapa koleksi komiknya pada rak buku. “Yang kemarin sama gue.”

Kana menggeleng. “Enggak,” jawab gadis itu.

“Masa, sih, lo gak kenal?” Wangsa berhenti menyisir rambutnya dan menoleh tidak percaya pada Kana. “Gue cuma pengen tau namanya aja, Kan!” Lantas kembali melanjutkan kegiatan menyisir rambutnya.

Kana menghela napas, kemudian menatap Wangsa. “Gue gak tau cowok yang lo maksud siapa? Di sini kan cowoknya bukan cuma satu atau dua. Lagipun ini pesantren, gue jarang papasan sama cowok.”

“Yang lo tau aja, siapa?” tanya Wangsa sembari melihat dirinya di kaca sedang menyisir rambut.

“Siapa ya?” Gadis itu sedang berusaha mengingat-ingatnya. “Duh banyak. Gue kadang inget muka, tapi lupa nama.”

“Masih muda udah pikun lo!” ledek Wangsa.

“Ah, gak tau, ah, gue mau baca komik aja!” kata Kana seraya membawa salah satu komik yang hendak ia baca ke atas kasur sambil rebahan.

“Ihh, Kan, masa lo gak tau satupun?” ucap Wangsa sembari merengek menghampiri Kana yang mulai fokus pada halaman pertama buku komiknya.

Gadis itu lalu mendongak. “Emang buat apa, sih?”

Aslinya Kana kenal beberapa, cuma males ngasih tau aja, tipe-tipe orang kayak Wangsa pasti banyak nanya.

“Gue suka cowok itu, Kan!” ungkap Wangsa dengan mata yang berbinar-binar penuh harap. “Gila 'kan?”

Kana sempat melongo, tidak percaya, kek... hah?!

“Secepet itu? Lo bahkan gak tau di pesantren ini cowok-cowoknya masih doyan cewek apa nggak,” ucapnya sembari mulai membuka halaman kedua.

“Loh, emang mereka pada gak doyan?” Senyum Wangsa yang awalnya mengembang, jadi kendor gara-gara mendengar ucapan Kana tersebut.

“Mungkin beberapa ada yang enggak,” jawabnya sembari menggedikan bahu. “Gak tau juga deh.”

“Kata Aisyah jangan fitnah, Kan,” ucap Wangsa yang membawa-bawa nama Aisyah, karena bayi sok suci satu itu apabila ada di sini pasti bakal dengan sotoy ikut nimbrung sambil ceramahin mereka satu-satu.

Kana terkekeh. “Gue gak bakal berani bilang gini kalau gak ngeliatnya sendiri, so just information.”

Wangsa mendecak, fakta itu tak membuatnya gentar untuk tidak jadi mengejar cowok tadi, ia yakin dengan pesonanya bisa menggaet cowok tersebut, sekalipun dia nggak doyan cewek.

“Gue seksi, Kan, gue yakin cowok itu suka sama gue. Secara gue montok gini kayak Cupi-cupita,” ucap Wangsa memvalidasi dirinya sendiri seraya memonyongkan bokongnya agar terlihat semok.

Kana meliriknya tidak yakin, lantas menghela napas. “Terserah lo aja deh.” Kana udah males komen.

“Assalamualaikum...” Aisyah tiba-tiba masuk ke dalam kamar sembari membawa nampan.

“Waalaikumsalam,” jawab mereka bersamaan.

“Lo bawa apaan, tuh, Bayi?” tanya Wangsa sembari berpegangan pada tiang serta berkacak pinggang ala preman yang sedang mengintimidasi targetnya.

“Ini aku bawain bakwan buat kalian, tadi habis bantuin Umi Hasan goreng bakwan,” ucap Aisyah seraya memamerkan bakwan goreng tersebut.

“Wah, seger banget sore-sore dikasih bakwan!” Kana yang awalnya fokus membaca komik mulai bangun saat mencium aroma bakwan yang masih hangat. Kalau soal makanan, Kana paling cepat.

“Lo cuma bawain bakwan?” tanya Wangsa lagi dan Aisyah mengangguk kalem. “Gak ada burger apa?”

“Ish, bakwan enak tau, Sa!” kata Kana seraya mengambil satu bakwan. “Makasih ya, Aish.”

“Iya sama-sama, Kana. Ayo Wangsa, kamu ambil juga, cobain bakwan buatan aku. Enak loh!” kata Aisyah yang terlihat seperti memaksa gadis itu.

Wangsa menghela napasnya. “Yaelah makanan kampung, doang. Yaudah kalo gitu gue ambil 2!”

“Iya gak papa, ambil aja, aku sengaja bawa banyak buat kalian.” Aisyah tersenyum, ia tampak senang apabila teman-temannya mau menikmati bakwan buatannya, setidaknya ia tidak sia-sia memasak.

“Gia ke mana, Aish?” tanya Kana yang tidak menemukan Gia sehabis sholat Dzuhur tadi.

“Piket masjid, bentar lagi soalnya mau maghrib. Kalian udah pada mandi?” Kana mengangguk sebagai jawabannya. “Bagus deh kalau gitu.”

“Bakwannya enak, mau lagi ya, Aish!” ucap Kana sambil nyengir saat mengambil satu bakwan lagi.

“Boleh, ambil aja. Habisin juga gak papa, ini emang buat kalian. Buat Gia udah aku sediain, kok, di masjid,” ucap Aisyah seraya menaruh nampan itu di nakas.

“Makasih, Ukhti, makin cantik, deh!” puji Kana sembari terkekeh pelan menggoda Aisyah.

“Modelan kayak lo pasti sukanya yang gratisan ya, Kan? Tipe-tipe yang kalo ditraktir pasti muji-muji,” sindir Wangsa yang langsung diangguki Kana.

“Tau aja lo kalo gue pencitraan!” ucap Kana sembari nyengir tak berdosa di sela-sela mengunyahnya.

———

Thank u, next

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Thank u, next.
Gavan Del Wazmi

|8

THIS IS CEGIL (on going)Where stories live. Discover now