Delapan

44 9 0
                                    


Di kursi pinggir danau tersebut mereka duduk bertiga dengan posisi Karel di tengah antara Dika dan Tara. Benar, orang itu adalah Dika.

Lihatlah orang itu, setelah mengganggu momen romantis Tara dan Karel dengan santainya ia meminum minuman yang tadi Karel beli.

"Minuman gue tuh," ujar Karel.

"Minta. Haus banget gue."

"Lo berdua ngapain sih ke sini? Mending di depan sana banyak tukang makanan," ujar Dika setelah menghabiskan minuman Karel.

"Ya lo sendiri ngapain disini? Kalo gue mah mau pacaran lah."

"Pacaran kok di tempat kayak gini. Minim cahaya, banyak nyamuk lagi." Sedari tadi memang Dika terus di gigit nyamuk entah memang nyamuknya yang banyak atau Dika yang belum mandi.

"Lo belum mandi kali makanya di gigit nyamuk, gue enggak tuh."

"Enak aja lo. Gue mandi kali nih cium aja."

"Najis. Mending gue cium cewek gue." Karel mendekatkan wajahnya ke Tara hendak mencium tapi malah di tahan oleh Tara.

"Stres kamu." Tangannya terus menahan wajah Karel yang terus terusan ingin mencium Tara. Sumpah, Karel mulutnya seperti Vacum cleaner.

Setelahnya Karel kembali menatap Dika. "Serius. Lo kok bisa ada di sini?"

"Gue mau cari makan, terus dari jauh gue liat lo berdua yaudah gue ikutin. Pas sampe sini bangkenya lo berdua lagi ... ah, merinding sebadan gue kalo di inget-inget." Niat hati ingin menyapa eh malah ia memergoki Tara dan Karel sedang berciuman, sial sekali.

Berbanding terbalik dengan Tara yang sembunyi di belakang Karel karena malu, Karel justru tertawa.

"Suruh siapa lo ngikutin kita."

"Ya tadinya gue kan mau ngajak bareng gitu, mana gue tau kalo ada adegan ciuman segala. Sial, mata suciku ternodai." Bukan Dika namanya kalau tidak drama.

"Lebay lo padahal tiap hari nonton video porno."

"Lo juga nonton ya anjir!"

Karel melotot. "Ra, bohong dia tuh, kamu percaya sama aku kan? Aku gak mungkin kaya gitu, aku paling cuma seminggu 2 kali doang nontonnya. Dia tuh sehari tiga kali kalo nonton."

"Bohong. Dasar kecebong bau asep! Bisa banget kalo ngomong, dia tuh sering nonton, Ra. Gue saksinya." Dika tak mau kalah, Tara hanya geleng-geleng kepala.

"Lo ya, setan." Karel menunjuk Dika.

"Lo tai!"

"Kok jadi ribut? Udah. Mending kita cari makan," ujar Tara menghentikan perdebatan mereka yang tidak ada artinya itu.

"Kamu laper? Kenapa gak ngomong?"

"Gak peka banget sih jadi cowok." Kalau tidak di tahan oleh Tara Dika pasti sudah di pukul Karel.

"Udah ish, kenapa malah berantem lagi."

"Ayo kita ke sana." Tara langsung berdiri.

"Gendong,"

Mendengar itu Dika langsung terbatuk. Karel sialan. Dika sampai merinding mendengarnya. Tersangka sedang menatap Tara dengan posisi merentangkan tangannya memjnta agar Tara menggendongnya, jangan lupakan bibirnya yang mengerucut iu.

"Lo ajak deh tuh temen lo, Dik."

"Ogah anjir, ngeri gue." Setelah mengatakan itu mereka berdua pergi meninggalkan Karel.

"Ra, tungguin."

*****

"Mau beli apa lagi?" Tanya Karel.

KATARAWhere stories live. Discover now