Dua puluh satu

16 1 0
                                    

Selamat membaca guys...

****
Sudah jam dua belas siang, saatnya makan siang. Tara sedari tadi sedang cekikikan di kamar Tirta dan Karel. Ia sedang mengabadikan momen berharga hanya sekali seumur hidup yaitu Tirta dan Karel yang tidur sambil berpelukan.

Merasa cukup ia pun memasukan ponselnya ke dalam saku celananya kemudian mulai membangunkan dua lelaki itu.

"Tirta bangun, Karel bangun." Ia guncangkan badan keduanya.

Karel membuka matanya perlahan, begitu sadar ia kaget saat melihat posisinya dengan Tirta. Ingin melepaskan diri pun tak bisa karena Tirta memeluknya erat sekali, mungkin ia menganggap Karel itu guling.

Karel menoleh pada Tara yang sedang tertawa melihatnya itu.

"Ra, ini gimana aku lepasinnya?" Tara mengangkan kedua bahunya tanda kalau ia tak tahu.

Tak lama Tirta bangun, ia menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Sama halnya dengan Karel, ia pun kaget bukan main kala melihat wajah cowok itu dekat sekali dengan wajahnya.

"Hai," sapa Karel sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Anjing!" Di dorongnya Karel sampai lelaki itu jatuh dari kasur, lucunya lagi Tirta juga ikut terjatuh. Tara tertawa terbahak melihat mereka.

"Katanya gak mau se kasur sama gue, tapi tidurnya peluk-peluk gue," ledek Karel.

"Lo yang peluk-peluk gue ya anjir!"

"Jelas-jelas lo yang peluk gue kenceng banget. Lain kali kalo mau di peluk bilang aja, nanti gue peluk kok." Lagi, Karel mengedipkan sebelah matanya dan Tara kembali tertawa.

Karel terhuyung ke samping saat kepalanya terkena bantal yang di lempar oleh Tirta.

"Gila lo!" Cowok itu memilih pergi, bisa gila lama-lama kalau ia meladeni Karel.

Setelah kepergian Tirta, Karel tertawa kemudian ia mendekati Tara dan mendekap cewek itu.

Setelah kepergian Tirta, Karel tertawa kemudian ia mendekati Tara dan mendekap cewek itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kenapa peluk?" Tanya Tara yang masih di dalam dekapan Karel.

"Gak boleh?"

"Boleh, tapi ya kenapa gitu tiba-tiba peluk?"

"Kangen, seharian kita belum pelukan."

"Aku kira kenapa."

Cukup lama mereka dalam posisi seperti itu sampai akhirnya keduanya melepaskan pelukannya karena kaget saat ponsel Tara berbunyi. Ternyata panggilan masuk dari Tirta.

"Cepet ke resto," ujar Tirta dari seberang sana.

"Iya." Panggilannya di matikan sepihak oleh Tirta.

"Ayo ke sana aku udah laper," kata Tara.

"Tunggu bentar, aku mau cuci muka dulu sama sikat gigi." Tara mengangguk.

KATARAWhere stories live. Discover now